3 Wasiat Kakak

"Padahal aku sudah sayang banget dengan Vania, aku tidak sabar menyambutnya menjadi menantu di rumahku, dia gadis yang cantik dan baik hati. Tapi ternyata, Tuhan lebih menyayanginya dari aku makanya dia mengambilnya duluan" Ucap Sarah menyela pembicaraan Julian dan Renata.

"Kamu benar. Semoga ia bahagia disana. Oh iya, kalian kesini hanya untuk silaturrahmi atau ada tujuan lain?"tanua Renata seolah dia tidak tau apa-apa.

Sarah langsung menoleh ke arah Julian. Julian pun langsung mengerti dan membuka mulutnya untuk menyampaikan tujuan kedatangannya.

"Ulang tahun Vania sebentar lagi. Jadi, aku datang untuk memenuhi wasiatnya. Aku sangat mencintai Vania oleh karena itu aku ingin menjalankan wasiat terakhirnya karena aku tidak ingin merasa bersalah seumur hidupku jika mengabaikan wasiatnya inu. "Jelas Julian dengan ekspresi sendu.

"Itu benar Re. Awalnya aku ragu, tapi setelah membaca surat dari Vania yang dia tulis di detik terakhirnya, aku langsung mengiyakan permintaan Julian. Lagi pula Qiara juga anakmu dan adik Vania, mereka tidak akan jauh berbeda bukan? " Kata Sarah sambil meneteskan air mata.

Renata menarik nafas dalam mendengar perkataan Julian dan Renata karena Qiara dan Vania bagaikan langit dan bumi.

Renata tidak menyangka kalau Julian akan menyetujui permintaan Vania, makanya ia tidak pernah memberitahu Qiara soal surat terakhir Vania.

"Aku juga menerima surat dari Vania, dia memintaku untuk mengijinkanmu menikahi adiknya tepat di hari ulang tahunnya." Kata Renata dengan berat hati, sebab ia juga tidak mau mengecewakan putrinya yang sudah tiada.

"Apakah kamu sudah memberitahu Qiara?"Tanya Sarah.

"Aku ingin memberitahunya sebulan yang lalu saat aku membaca surat Vania. Tapi, aku khawatir Qiara akan menolak secara dia masih SMA dan sangat labil." Jawab Renata dengan ekspresi yang rumit.

"Aku mengerti kalau itu pasti berat buatmu. Pelan-pelan saja kamu menjelaskanya pada Qiara!" Ucap Sarah seraya menarik nafas dalam.

"Tapi, jika aku tidak menjalanlan wasiat Vania, aku takut dia kecewa di alam sana. Karena semasa dia hidup aku tidak bisa membahagiakannya, jadi aku ingin membahagiakannya ketika dia ada di alam sana. Akan tetapi, bagaimana dengan sekolah Qiara dan dia masih dibawah umur. "Kata Renat dengan bingung.

"Renata, kamu jangan khawatir! Kalau kamu percaya pada Julian. Ayo kita nikahkan mereka minggu depan! Tidak perlu pesta, cukup mereka akad nikah saja setelah itu Qiara kembali ke sekolah dan Julian kembali ke kota A. Dan ketika Qiara lulus SMA barulah ia tinggal bersama Julian. Bagaimana?" Kata Sarah mencoba memberikan solusi.

Julian termenung sejenak, ia berfikir haruskah Vania mewasiatkan hal yang begitu berat untuk dia jalani? Bagaimana bisa dia menikahi wanita yang tidak dia kenal dan cintai terlebih gadis itu masih duduk di bangku SMA, tidakkah dia akan merebut masa remajanya?.

"Aku setuju!"Jawab Julian dengan berat hati setelah bergelut dengan fikirannya.

"Kalau begitu, bagaimana denganmu Renata?" Tanya Sarah seraya menoleh ke arah Renata.

"Sebaiknya, kita tanya langsung pada Qiara, biar dia yang memutuskan! Saya akan ke kamarnya sebentar, kalian tunggu ya!"

Setelah mengatakan itu Renata langsung ke kamar Qiara dengan berbagai fikiran yang berkecamuk karena ia tau betul watak keras putrinya itu.

"Qiqi kamu lagi apa sayang?" Tanya Renata sambil duduk di samping Qiara yang lagi asik main game. Untung Qiara tidak menutup pintu sehingga Renata bisa masuk tanpa mengetuk pintu.

"Lagi main game Ma," Jawab Qiara tanpa melihat kearah Mamanya.

"Qi, kalau orang tua ngomong itu jangan cuwekin begini dong!" Ucap Renata sambil merebut ponsel Qiara.

"Arrrggg ... Mama, padahal Qiqi bentar lagi mau menang, kenapa ponselku di ambil?"Kata Qiara dengan cemberut.

"Mama butuh bicara sama kamu sayang" Jawab Renata dengan serius.

Melihat raut wajah Mama yang serius, Qiara pun melunak karena tidak ingin membuatnya kesal.

"Mama mau bicara apa?" Tanya Qiara seraya menatap Mama dengan ekspresi penuh arti.

Renata menarik nafas, setelah itu ia berkata, "Apa kamu mau melihat Vania bahagia di alam sana?"

"Tentu saja Ma" jawab Qiara sambil menganggukkan kepalanya.

"Kalau begitu, apa kamu mau melaksanakan wasiatnya?"

"Wasiat apa? "Tanya Qiara dengan heran.

Tanpa mengatakan apapun, Renata menjulurkan selembar surat untuk Qiara, dengan bingung Qiara mengambil surat itu.

"Sebenarnya Mama ingin memberimu sebulan yang lalu. Akan tetapi, waktunya tidak tepat makanya Mama simpan dan sekaranglah waktu yang tepat. Bacalah dengan baik-baik! Setelah kamu selesai membacanya, temui Mama di ruang tamu!"

Setelah mengatakan itu, Renata langsung keluar dari kamar Qiara.

Tanpa menunggu lama, Qiara langsung membuka dan membaca surat yang di berikan Mamanya itu.

Qiara ercaya kalau itu dari Vania karena dia mengenal betul tulisan kakaknya.

~To. Adik kesayanganku, Qiara Putri Senja~

~Mungkin, ketika kamu membacanya, kakak sudah tidak ada lagi di dunia ini. Oleh karena itu, tolong jaga Mama! Jangan membuatnya sedih. Kakak punya permintaan buatmu, kakak harap kamu mau melaksanakannya! Qiara, kakak minta, menikahlah dengan lelaki pilihan kakak tepat di hari ulang tahun kakak tahun ini! Jangan khawatir karena lelaki pilihan kakak pasti bisa menjadi pemimpin yang baik buatmu. Jika kamu sayang sama kakak maka penuhilah permintaan kakak ini, aku mencintaimu!~

Setelah membaca surat Vania, hati Qiara merasa sesak, air mata mengalir di pipinya, bagaimana mungkin dia menikah secara dia masih muda dan banyak mimpi, terlebih dia belum tamat SMA sedang ulang tahun Vania minggu depan.

'Kak Vania, kenapa kamu melakukan ini padaku? Bagaimana aku bisa menikah dengan lelaki yang tidak aku kenal, terlebih aku masih sekolah. 'Gumam Qiara sambil menyeka air matanya.

Setelah lama bergulat dengan fikirannya, Qiara bangun dari tempat tidur dan menyeka air matanya.

Tidak lama kemudian, ia berlari menuju ruang tamu, namun yang tidak di sangkanya, kalau Mama tidak duduk sendiri di ruang tamu itu.

"Mama?"

Renata langsung menoleh ke arah sumber suara yang diikuti oleh Sarah. Seketika itu mereka tersenyum melihat Qiara yang berdiri dengan menggunakan celana pendek dan baju kaos berwarna hitam karena Qiara sangat tidak menyukai warna pink.

"Qiara ayok sini sayang duduk di dekat tante!" Kata sarah dengan lembut.

avataravatar
Bab berikutnya