Setelah Baginda duduk di tempat beliau, mereka berdua diperintahkan untuk duduk. Tentu saja, orang di samping Gustaph itu membungkukkan badannya seraya berterima kasih. Anak itupun mengikutinya dan duduk bersamanya.
Sempat Gustaph berpikir kalau raja-raja di dalam cerita itu kerjanya hanya duduk-duduk saja di atas tahtanya. Namun, melihat banyaknya dokumen di atas meja Baginda membuat pemikiran anak itu berubah tiga ratus enam puluh derajat. Baik raja ataupun pekerja kantoran hampir tidak ada bedanya sama sekali.
Satu-satunya perbedaan hanyalah pekerja kantor di El Dunya menggunakan komputer dan buku induk untuk mendata pemasukan dan pengeluaran yang ada. Sedangkan di sini, ia tidak tahu dokumen apa yang ada di depan mata raja itu dan tidak ingin tahu apa isi dokumen tersebut. Menanyakan hal itu akan terasa sangat tidak sopan. Dalam benaknya, Gustaph hanya menebak-nebak bahwa semua kertas-kertas dan kumpulan file di atas meja tersebut mungkin adalah sebuah laporan, surat perizinan, atau hal-hal lainnya yang berhubungan dengan administrasi negara.
––Sesuai dengan perkataan Kakek Halim, Baginda adalah raja yang mencintai kesibukan.
Kepala Pelayan itu juga pernah bercerita bahwa Baginda tidak ingin menjadi seorang raja yang hanya duduk dan memerintah. Sesekali ia akan menengok para pelayan di sekitar istananya dan menanyakan kabar mereka, bahkan akan membantu pekerjaan mereka dengan memaksa. Tentu saja, mereka akan sangat segan karena untuk beliaulah mereka bekerja dan mengabdi. Tetapi, meminta maaf dan memaksa raja itu untuk tinggal diam adalah suatu hal yang mustahil.
Karena tidak ada konflik politik dalam pemerintahan, beliau punya banyak waktu untuk lebih dekat dengan warganya. Bukan hanya orang-orang di sekitar istana, bahkan beliau pernah pergi ke pelosok-pelosok hanya untuk mengetahui keadaan warga di sana. Baginda sangat memahami bahwa ada kemungkinan mereka belum tersentuh oleh kemakmuran.
Sosok raja yang sempurna, bahkan Gustaph sangat mengagumi beliau sekalipun ia baru melayaninya selama satu minggu. Ada harapan, suatu waktu ia bisa ikut bersama rajanya untuk melakukan blusukan ke berbagai daerah. Baginya, membagikan kebahagiaan kepada orang lain adalah suatu hal yang menyenangkan seperti yang ia lakukan dengan Ricky dan Lusiana di El Dunya dulu.
"Natasha, Adezia, bisakah kau membantuku mengantarkan dokumen-dokumen ini?"
"Dengan senang hati, Baginda."
Kedua pelayan itu, mengambil dokumen-dokumen tersebut dan membawanya keluar ruangan. Melihat mereka membawa tumpukan dokumen tersebut mengingatkannya ketika magang di sebuah kantor pajak negara. Saat itu, Gustaph harus membawa tumpukan dokumen setinggi gunung ke lantai tiga dengan menggunakan tangga sampai tiga kali.
Jika bukan karena Baginda memanggilnya, mungkin Gustaph akan membantu kedua pelayan itu untuk membawanya ke tempatnya.
Setelah pintu ruang ini tertutup, Baginda mulai berbicara.
"Baiklah, maksud tujuanku memanggil kalian berdua adalah untuk membahas pergerakan Kerajaan Hellix dan Negara Teokrasi Izre. Oh ya, sebelumnya nak, apakah kau sudah mengenal orang di sampingmu?"
Gustaph menengok ke orang di sampingnya. Setelah diamati cukup lama, ia baru menyadari ksatria di sampingnya itu bukanlah manusia.
"Anda… anda pasti Tuan Cyperjack. Pemimpin para solomon dan kakak tertua Jack bersaudara." Tebak Gustaph.
"Kau benar, nak. ini pertama kalinya kita berjumpa. Aku sudah banyak mendengar cerita dari orang-orang dan Baginda tentangmu. Tapi, kau tahu tentangku darimana?"
"Saya tidak sengaja membuka sebuah buku di perpustakaan lantai lima. Di sana berisikan nama-nama para pelayan dan ksatria di sini."
"Buku induk kepegawaian istana, ya. Aku yakin kau sudah menghapal semua nama-nama yang ada di dalam buku tersebut."
"Iya Baginda, tetapi sejujurnya hamba hampir tidak bisa membedakan antara Tuan Cyperjack dengan saudara-saudaranya yang lain."
Di dalam buku yang dibaca oleh Gustaph, wajah tiga bersaudara itu memang hampir sama. Satu-satunya yang membedakan mereka hanyalah ukuran telinga dan mata mereka saja. Namun, Gustaph tetap saja merasa kesusahan jika harus membedakan mereka dengan melihat keduanya.
"Tidak perlu khawatir nak, akupun hampir lupa bagaimana membedakan ketiga prajuritku ini. Tetapi, kita kesampingkan itu dulu. Aku merasa sangat senang jika kalian sudah saling mengenal. Kalau begitu, kita kembali ke pembahasan kita."
"Baik Baginda."
Cyperjack berdiri dari tempat duduknya dan melangkah mendekati kursi Baginda. Iapun bertekuk lutut dan memberikan sebuah gulungan kertas. Itu adalah hasil interogasi yang dilakukan oleh para prajurit kepada empat penyusup dari Teokrasi Izre. Beberapa informasi penting telah ditulis ulang di atas kertas tersebut.
Baginda membacanya dengan hati-hati dan teliti agar beliau tidak salah memahami ataupun meninggalkan petunjuk sedikitpun dalam dokumen itu.
Isi dari dokumen itu adalah sebuah peringatan dari mereka akan datangnya serangan dari Kerajaan Hellix dan Teokrasi.
Ketika semuanya diinterogasi secara terpisah, mereka memberikan informasi dengan jujur dan tidak satupun yang mereka katakan adalah kebohongan. Bahkan, tanpa paksaan dan ancaman senjatapun, mereka bersedia untuk menjawab semua pertanyaan yang diberikan oleh para prajurit. Jumlah pertanyaan yang ditanyakan oleh mereka kurang lebih sekitar dua ratus pertanyaan. Begitulah Cyperjack menerangkan.
Di antara dua ratus pertanyaan tersebut, memang ada beberapa yang tidak mereka jawab. Bukan karena mereka bungkam, tetapi karena ketidaktahuan mereka yang murni. Alasannya adalah mereka mendapatkan hak terbatas sebagai manusia dan selalu mendapatkan perlakuan tidak adil dari prajurit asli Teokrasi.
Selain itu, di antara dua ratus pertanyaan itu hanya ada beberapa informasi penting saja yang benar-benar berhasil didapatkan. Salah satunya adalah ancaman serangan tersebut.
Salah satu dari tawanan berkata jika dia pernah mendengar bahwa Jewish akan memerintahkan para prajurit Teokrasi untuk menyerang Kota Azkha dalam jangka waktu yang dekat. Selain daripada itu, mereka juga mendengar jika Kerajaan Hellix juga akan ikut serta dalam penyerangan tersebut.
Sayangnya, para prajurit tidak mendapatkan informasi lebih tentang kapan mereka akan menyerang dan apakah kedua negara tersebut akan menyerang secara padu atau terpisah?
Setelah membaca semua yang tertulis di atas kertas itu, Baginda menarik napas panjang-panjang. Mungkin ada sedikit rasa kecewa yang berusaha ia tutupi di depan kedua bawahannya.
"Lalu bagaimana dengan keadaan di sekitar Hutan Varaaksha? Apakah ada tanda-tanda pergerakan para iblis?"
"Sampai sekarang ini, hamba belum mendengar kabar dari para penjaga perbatasan Baginda. Adapun informasi dari mereka sehari sebelum kedatangan anda kemari hanyalah lima prajurit Teokrasi itu."
"Lima?"
"Iya, nak. salah satu dari mereka tewas terlebih dahulu."
Baginda mengambil napas dalam-dalam dan memejamkan matanya.
Melihat ekspresi beliau yang seperti ini, Cyperjack merasa sedikit takut.
"Anak itu, seharusnya ia bisa menahan emosinya sedikit…"
Cyperjack langsung membungkukkan badannya. "Hamba mohon pengampunan anda untuk adik hamba, Baginda."
"Jangan takut prajuritku, bangkitlah dan berdirilah tegak!"
Cyperjack kembali tegak, Baginda melanjutkan: "Aku sangat memahami perasaan adikmu itu. Ini juga kesalahanku karena aku lupa memberitahu bahwa sebagian dari mereka adalah para tawanan perang dari Velas. Aku minta maaf."
"Jangan meminta maaf, Baginda. Kesalahan hambalah yang tak menahan emosi adiknya. Tidak peduli dari Teokrasi ataupun kerajaan lain, jika musuh sudah menyerah maka akan menjadi sebuah dosa untuk membunuhnya. Ini murni kesalahan hamba sebagai pemimpin dan kakaknya, Baginda. Hamba memohon hukuman dari anda."
"Baiklah, akan ku pikirkan nanti. Selain itu, adakah informasi lain yang kau dapatkan dari para ksatria?"
"Iya. Hamba mendengar banyak laporan dari berbagai sektor kota ini. Banyak warga kota yang tiba-tiba menghilang begitu saja dan tidak kembali lagi. Ada juga dari mereka yang kehilangan anak-anak mereka yang masih kecil."
"Berapa banyak korban yang menghilang?"
"Sampai saat ini, jumlahnya sudah mencapai tiga ratus enam puluh jiwa yang menghilang."
"Apakah ada petunjuk yang bisa ditemukan oleh prajurit di sana?"
"Sampai sekarang belum ada, Baginda. Mereka tidak menemukan jejak yang berarti."
"Aku dengar kejadian itu sudah terjadi sejak dua minggu lalu, ya? Apakah prajurit kita tidak melakukan pergerakan? Lalu, bagaimana dengan Kepala Prajuritku itu? Apakah dia sudah melakukan kontrol?"
"Hamba tidak tahu Baginda, mohon maaf."
Baginda menyenderkan tubuhnya pada sandaran kursinya yang empuk. Dari semua informasi yang beliau dapatkan, semuanya masih belum cukup.
Kapan Pasukan Teokrasi akan bergerak, kapan para iblis akan menyerang kota ini? Semuanya masih belum terjawab.
Orang-orang yang menghilang…
Serangan para Iblis…
Prajurit Teokrasi…
––Tidak… aku tidak yakin. Jika memang mereka sudah melakukan penyerangan, anak itu pasti dapat merasakan kehadiran mereka.
Tapi…
"Nak, bagaimana dengan dirimu sendiri?"
Baginda sengaja tidak melengkapi pertanyaannya itu, beliau sangat yakin bahwa Gustaph akan tahu maksudnya.
Anak itupun berdiri dan menjawab: "Jika yang anda maksudkan adalah pergerakan prajurit iblis, hamba belum merasakannya Baginda."
"Begitu, ya?"
"Tapi, jika yang anda maksudkan adalah di sektor lainnya, maka hamba tidak tahu."
"Maksudmu, nak?"
"Ya, Kemampuan [Blood Eyes] ini hanya dapat merasakan kehadiran mereka yang ada di sekitar hamba saja. Selain itu, hamba tidak tahu kecuali Raja Iblis itu sendiri yang memberikan sinyalnya pada hamba…"
Blood Eyes hanyalah salah satu dari sekian banyak Hell Ability yang bisa didapatkan dari Raja Iblis. Bisa dikatakan, ini adalah sebuah kutukan dan hadiah.
Dengan kemampuan ini, Gustaph dapat merasakan kehadiran para prajurit iblis melalui tetesan darah dari mata kirinya.
Tetapi setiap kali itu terjadi, Gustaph juga akan merasakan sesak yang amat sakit di hulu hatinya, rasa panas di sekujur tubuhnya, dan kepala yang terasa sangat berat. Dan ketika itu terjadi, Gustaph bisa melihat kasar sosok Raja Iblis yang tersenyum sinis padanya seraya duduk di atas tahtanya.
"…tetapi jika memang para iblis telah menyerang, maka tidak lama lagi mereka akan datang ke pusat kota ini dengan pasukan yang lebih kuat."
"Apakah kau mempunyai petunjuk untuk memperkuat hipotesismu, nak?"
"Hamba tidak begitu yakin, Baginda. Tetapi, satu-satunya yang hamba yakini adalah… para warga yang menghilang itu mungkin telah diculik oleh para Dark Goblin."
"Dark Goblin?"
"Iya, hamba sudah banyak membaca tentang mereka. Salah satu kemampuan mereka adalah dapat memanipulasi diri menjadi manusia. Ada kemungkinan mereka semua telah menyusup ke dalam kota ini sebagai manusia dan menculik warga satu per satu."
Baginda diam sejenak, beliau mengangguk setuju. Semua kemungkinan yang dikatakan oleh anak itu benar-benar meyakinkan.
Namun tetap saja, kapan mereka menyerang pusat kota masih menjadi sebuah pertanyaan.
Baginda membuka matanya kembali dan mengajukan pertanyaan pada Cyperjack: "Kalau begitu, bisakah kau sebutkan sektor mana saja yang memberikan laporan secara berurutan?"
"Kalau begitu, hamba mohon izin untuk mengambil laporannya terlebih dahulu."
***
Suara ketukkan pintu terdengar di sana, ini sudah dua jam lebih mereka menunggu dalam ruangan dan hanya berbincang-bincang kecil.
"Masuklah."
"Izinkan hamba membukakan pintunya, Baginda."
"Silahkan, nak."
Gustaph berdiri dan berjalan menuju pintu.
Memutar gagang pintu yang bundar itu, maka pintu itu menunjukkan siapa orang di baliknya. mereka adalah Halim, Salim, dan tentu saja Cyperjack dengan bawaan mereka masing-masing. Sebuah nampan dengan gelas-gelas dan teko besar di atasnya juga sebuah map. Di antara mereka bertiga, hanya Salim yang tidak membawa apapun di tangannya.
"Mohon izin melayani anda, Baginda."
"Ah, kepala pelayanku."
Mereka bertigapun masuk secara bersamaan.
"Dimana Natasha dan Adezia?"
"Kaki mereka berdua terkilir karena jatuh dari tangga saat ingin kembali ke lantai dua. Karena itu, hamba memerintahkan mereka untuk beristirahat sampai kaki mereka sembuh."
"Astaga, mereka berdua. Seharusnya aku tidak menyuruh mereka untuk membawa dokumen-dokumenku." Baginda menepuk dahinya, ia lupa jika pelayannya hari ini adalah perempuan.
Salim yang telah menuangkan teh ke gelas-gelas kepada mereka, iapun berdiri dan berkata: "Silahkan dinikmati tehnya, Baginda, Tuan Cyperjack, dan saudaraku Gustaph."
"Terima kasih, Salim."
"Terima kasih, saudaraku."
"Dengan senang hati, Baginda, saudaraku Gustaph."
"Kalau begitu hamba akan berjaga di depan. Salim, kau akan menggantikan posisi Adezia dan Natasha bersamaku untuk hari ini."
"Dengan senang hati, kakak."
Setelah Baginda beristirahat sejenak dengan seteguk gelas teh yang telah dituang oleh Salim, beliau kembali memulai pembicaraan.
"Baiklah, Cyperjack. Langsung saja sebutkan sektor-sektornya secara berurutan."
Maka dibacakanlah oleh Cyperjack sektor-sektor yang melaporkan kejadian tersebut.
Seraya mendengarkan, Gustaph dan Baginda membuat sebuah peta Kota Azkha di dalam pikiran mereka. Ini dimaksudkan agar mereka memahami pola gerak daripada Dark Goblin yang mereka curigai ini.
Kota Azkha memiliki wilayah yang cukup luas. Jika Gustaph tidak salah membaca, luas kota ini adalah enam ratus enam puluh satu koma lima kilometer persegi dan terbagi menjadi tujuh belas sektor. D
Dimulai dari sektor 0 (nol) yaitu pusat kota, empat sektor di utara, empat sektor di selatan, empat sektor di barat, dan empat sektor di bagian timur.
Cyperjack mulai lokasi-lokasi tempat kejadian perkara.
1. Hari pertama, Sektor Ufrats (u1) di utara dengan jumlah korban satu orang
2. Hari kedua, Sektor Ufrats (u1) di utara dengan jumlah korban tiga orang
3. Hari ketiga, Sektor Eastri (t3) di timur dengan jumlah korban enam orang dan Sektor Wesfreon (b4) dengan jumlah korban sepuluh orang
4. Hari keempat, Sektor Southcity (s1) di selatan dengan jumlah korban lima belas orang
5. Hari kelima, Sektor Sfourth (s4) di selatan dengan jumlah korban enam orang dan Sektor Ufcond (u2) dengan jumlah korban dua orang
6. Hari keenam, Sektor Southcity (s1) di selatan dengan jumlah korban lima orang dan Sektor Ufcond (u2) di utara dengan jumlah korban 2 orang
7. Hari ketujuh, Sektor Wfriest (b1) di barat dengan jumlah korban sepuluh orang dan Sektor Easter (t1) di timur dengan jumlah korban enam belas orang
Total warga yang menghilang dalam kurun waktu satu minggu adalah 76 jiwa.
"Cukup." Titah Baginda. Ini membuat Cyperjack terkejut.
"Tapi, hamba belum membaca seluruh laporannya, Baginda."
"Tidak apa. Aku sudah memahami pola pergerakkan mereka. Bagaimana menurutmu, nak?"
"Mereka menyerang dengan formasi seperti sebuah lingkaran besar…"
Selagi anak itu mendengarkan, ia dengan cepat menaruh titik-titik merah di lokasi kejadian di atas peta dalam pikirannya. Mengamati laporan yang diberikan oleh Cyperjack, mereka seperti membentuk sebuah lingkaran yang ingin mengepung kota ini. Di mulai dari utara, timur, barat, dan kemudian selatan.
Jika mengikuti laporan tersebut, Gustaph bisa menebak daerah mana lagi yang menjadi tempat hilangnya warga kota…
Dan akhirnya ia menemukan satu sektor yang kemungkinan menjadi target serangan mereka berikutnya.
"Sektor Eusfrat (t4) dan Sektor Southreem (s3)." Gumam anak itu.
Cyperjack dan Baginda terkejut dengan jawaban dari Gustaph.
Eusfrat adalah sebuah tanah hijau yang tidak diaspal. Karena itu, kota ini juga dijuluki sebagai hutan dalam kota. Banyak aneka satwa hidup dan tinggal, juga beberapa makhluk demihuman yang secara resmi menjadi warga Kota Azkha dan diistimewakan oleh Kerajaan Varaashia. Tanah di sana sangat subur dimana berbagai macam bahan pangan bisa tumbuh dan ternak-ternak mereka bisa berkembang biak dengan baik.
Selain itu, Eusfrat juga kaya akan bahan tambang minyak dan bijih-bijih. Sumber daya alam di sana juga melimpah dan merupakan tanah tersebur yang ada di kotar ini.
Sektor Eusfrat juga pusat militer kota ini. Di sana banyak sekali para prajurit tinggal dan beberapa pelayan kerajaan. Sebagian besar pengungsi dari Velas juga menjadi mayoritas penduduk di antara para ksatria dan pelayan. mereka semua hidup di sana dalam kerukunan bersama dengan alam yang senantiasa memberikan berkat kepada mereka.
Sektor ini adalah pusat kekuatan militer, ekonomi, dan bahan pangan. Jika mereka bermaksud untuk menghancurkan sektor tersebut, maka kota Azkha akan mati dalam sekejap.
"Kau yakin itu, nak?"
"Iya, jika kita mengikuti pola pergerakan mereka berdasarkan laporan tersebut. Hamba juga meyakini bahwa mereka menculik para warga untuk dijadikan sebagai boneka tempur."
"Boneka tempur, bukan sebagai tameng?"
"Iya, Tuan Cyperjack. Saya merasa ada kemungkinan para warga yang telah diculik telah terbunuh. Tetapi, itu tidak menutup kemungkinan jika masih ada yang hidup di antara mereka untuk dijadikan sebagai tameng."
Baginda mengangguk paham, setuju dengan pendapat anak itu.
Gustaph pun berdiri dan dengan berani berkata: "Baginda, kirimkanlah hamba ke Jalan Z-cross. Hamba memohon dengan sangat."
Semua yang ada di dalam ruang tersebut terkejut, tidak terkecuali Halim di luar sana dapat mendengar suaranya yang keras.
"Z-Cross? Untuk apa, nak?"
"Untuk apa lagi? Selain membasmi mereka semua!"
"Maafkan aku, nak. aku tidak bisa!"
Sekalipun wajahnya tertutup kain jubah, Baginda masih dapat merasakan bahwa anak itu benar-benar serius akan melakukan ini.
Tetapi itu terlalu berbahaya…
"Aku tidak bisa mengambil resiko mengutusmu untuk ikut serta mengurus para Dark Goblin itu. Sebagai Slavian, kau sangat memahami keadaanmu saat ini bukan?"
Kepala anak itu tertunduk sedikit. "Hamba tahu, Baginda. Tetapi… tak bisakah hamba untuk ikut melindungi satu-satunya kotak permata yang hamba sayangi?"
Kekecewaan menyelimuti relung kalbu anak itu, sekalipun wajahnya tidaklah menggambarkan apapun.
Meskipun ia sangat memahami, Baginda bermaksud untuk melindunginya dari incaran para iblis. Karena itulah saat ia pertama kali menghadap Yang Mulia Varaash, beliau hanya mengkaryakannya sebagai pelayan istana di bawah pengawasan Halim. Selain karena Halim adalah kepercayaannya yang cukup dekat dengan Gustaph, ia juga bisa mengawasi anak itu dan menjadi orang tua yang baik untuknya.
Ini juga membantu anak itu mengekang kekuatannya. Sebagai seorang Slavian, Gustaph memiliki banyak kemampuan dan jumlah mana yang sangat banyak melebihi batas makhluk-makhluk normal. Namun, sampai sekarang ini ia hanya bisa menggunakan Scythe sebagai senjata utamanya dan menyerang hanya dengan mengandalkan kecepatan. Terlebih, keadaan tubuhnya yang sangat tidak stabil, bisa sewaktu-waktu diambil alih oleh Raja Iblis.
Sekalipun demikian…
"Hamba hanya ingin mencoba mempertahankan apa yang hamba miliki, tidak lebih. Hamba tidak ingin mereka mencuri kembali apa yang menjadi milik hamba…"
Saat Gustaph mengatakan itu, terlintas dalam benaknya ketika para iblis menyerang El Dunya. Ketika ia bersama kedua sahabatnya berusaha menyelamatkan anak-anak sekolah. Dan ketika… kedua sahabatnya itu akhirnya berubah menjadi iblis dan akhirnya mati oleh kedua tangannya sendiri…
Setelah membunuh kedua orangtuanya, ia juga membunuh sahabat-sahabatnya…
Ia benar-benar kehilangan keempat permata berharganya.
Karena itu, ia tidak ingin kehilangan apapun lagi.
Ia sangat mengetahui seberapa besar kekuatan para prajurit iblis. Kekuatan merekapun tidak akan cukup untuk menghentikannya. Sekalipun kekuatan Dark Goblin –yang belum diketahui seberapa besarnya– tidak lebih kuat dari para prajurit iblis lainnya, tentu saja pasti akan ada banyak orang yang terluka.
Rasa tidak ingin kehilangan juga rasa balas budi, kedua menjadi satu menjadi tekadnya ingin melindungi. Inilah satu-satunya keegoisan yang tertinggal dari dalam dirinya.
"Aku sangat memahami perasaanmu, nak. tetapi, kami benar-benar sangat mengkhawatirkanmu… karena itu, aku mohon bersabarlah. Suatu saat nanti pasti akan ada waktunya kau bisa menggunakan kekuatanmu untuk melindungi yang lain dengan kekuatanmu sendiri."
Mendengar jawaban dari beliau, iapun tunduk dan pasrah. "Hamba dengar dan hamba taat Baginda. Ampunilah permohonan egois hamba."
"Tidak apa, nak. kalau begitu, kalian bisa kembali ke tempat kalian masing-masing. Aku yakin kalian sudah cukup lelah untuk membahas hal seperti ini, bukan?"
***