Rena kesal.
Rasa kantuk dan letihnya tergantikan dengan kekesalan yang naik hingga ke ubun-ubun. Ucapan Kaiho itu sukses membuatnya gelisah sekaligus meradang.
"Beraninya dia mengatakan hal seperti itu? Setia? Tahu apa dia tentang kesetiaan?" ketusnya.
Rena melampiaskan kekesalannya dengan melepaskan pakaian dan menyeburkan diri ke kolam renang. Gadis itu menyelam hingga ke dasar kolam.
Entah sejak kapan ia suka berendam dengan cara seperti ini. Menenangkan diri sambil terkenang, merupakan obat yang mujarab baginya. Terlebih jika ia mulai bosan dengan rutinitas yang itu itu saja.
Ke kantor. Melayani tuannya. Pergi bermain golf. Belanja. Itu semua palsu!
Ia lebih suka berburu. Meloncat. Menjahili penduduk desa, atau berkelana dengan Chae.
Chae. Apa dia masih hidup? — monolognya.
"Rena! Kau di sana?"
Rena terkesiap. Ia nyaris menelan air jika tak cepat-cepat naik ke dasar. Dilihatnya kini pemuda pemilik mulut tajam itu berdiri mengamatinya. Setelah cukup puas menemukan apa yang dia cari, Kaiho duduk dengan dua gelas wine dihadapannya. Menawarkan Rena bergabung namun yang diajak memilih untuk menyipitkan mata curiga.
Rena heran mengapa bosnya itu berbaik hati membawakan minuman. Terlebih dengan kedua tangannya itu. Jangan abaikan bagaimana Kaiho sangat pembersih dan alergi akan barang yang berdebu.
Untuk membuat rumah ini selalu bersih dan higinies sesuai standartnya, Kaiho tak keberatan membayar dua puluh asisten rumah tangga. Itu belum dengan beberapa supir dan fasilitas lain —seperti perabot— Kaiho tidak sungkan untuk menggantinya beberapa kali jika dia menganggap itu dapat mengganggu OCDnya.
—Note *OCD : Obsessive compulsive disorder (OCD) adalah gangguan mental yang menyebabkan penderitanya merasa harus melakukan suatu tindakan secara berulang-ulang. Bila tidak dilakukan, penderita OCD akan diliputi kecemasan atau ketakutan. Gangguan obsesif kompulsif dapat dialami oleh siapa saja.*
Tidak mengherankan jika Kaiho akan memintanya untuk selalu menyiapkan antiseptik dimanapun mereka berada. Atau memakaikannya pakaian yang sesuai dengan seleranya. Jika ia tak merasa nyaman akan hal itu, siap-siap saja Rena akan mendapatkan amukan singa yang tak terduga.
Jadi, apa gerangan yang membuat Kaiho mendatanginya dengan dua gelas wine yang tentu saja botol-botol itu disimpan di ruang bawah tanah?
Atau bukan dia yang mengambilnya? Bisa jadi.
"Kenapa belum tidur?"
"Belum mengantuk," jawab Rena ketus.
Kaiho menaikkan alis.
"Kalau begitu naiklah dan temani aku minum," ajak Kaiho yang tak sungkan mengangkat gelas ke arah Rena yang masih belum ingin beranjak dari kolam.
Rena acuh tak acuh. Tapi ia juga tak bisa menolak apalagi itu adalah ajakan yang sangat langka yang tuannya lakukan kepadanya.
Kesempatan tidak akan datang kedua kali. Itulah motto dari seorang CEO seperti Kaiho.
Akhirnya Rena menurut dan ia langsung duduk di tepian kolam mengambil gelas yang tuannya sodorkan kepadanya. Sekali teguk dan Rose cukup tenang dengan wine berumur puluhan tahun itu.
"Maaf jika ucapanku tadi menyinggung perasaanmu."
Rena terbelalak. Ia tak menyangka hal tak terduga datang lagi. Rena mendekat untuk memastikan bahwa suhu tubuh tuannya itu dalam keadaan normal, namun tentu saja ditepis mentah-mentah oleh Kaiho.
"Jangan mendekat dengan tubuh basahmu itu —"
"Apa tuan sedang demam?"
Kaiho mundur menjauh. Ia tak suka disentuh. Tapi bukan Rena namanya jika tak menjahilinya sesuka hati.
"Rena —"
Rena tertawa keras. Ia akhirnya bisa menemukan hal lucu dengan meluapkannya dalam tawa itu. Sampai ia tak menyadari, sepuluh jam waktunya berubah wujud telah habis. Rena tak memiliki pijakan hingga dirinya pun terpaksa masuk kembali ke dalam kolam.
Giliran Kaiho yang terbahak. Apalagi melihat Rena yang berubah ke wujud aslinya. Mencoba menggapai dasar air dengan susah payah.
"Sudah. Jangan bermain lagi. Cepatlah naik," pinta Kaiho yang masih belum menyadari keadaan Rena yang kesulitan.
"Hei. Kau —"
Kaiho mulai khawatir dengan Rena yang semakin terdengar memilukan. Rena juga tampak semakin berenang ke tengah dan perlahan semakin tak bergerak. Kaiho panik. Ia terus mondar mandir sebelum akhirnya memilih melepas sendalnya dan melompat masuk ke kolam.
Dengan cepat ia mendapatkan Rena kemudian menepi untuk memberikan pertolongan. Syukurnya Rena masih dalam keadaan sadar. Sehingga ia cukup mengeringkan tubuh gadis itu lalu membawanya masuk ke tempat yang lebih hangat.
Beberapa pelayan terkejut melihat tuan muda mereka dalam keadaan basah kuyup. Pasalnya, Kaiho juga mulai panik dengan gejala kecemasannya yang tiba-tiba kambuh.
"Keringkan tubuhnya!"
Kepala pelayan tertua di rumah tersebut mengangguk paham dan langsung melaksanakan tugasnya. Sedangkan Kaiho memilih langsung masuk ke kamar untuk membersihkan diri.
Ia kedinginan. Di tubuhnya juga mulai muncul bintik-bintik karena tak biasa mandi di kolam renang pada jam seperti ini. Terlebih, bau kaporit membuatnya mual hingga tak mungkin bisa hilang dengan mudah — menurut intuisinya.
Kaiho tersiksa. Dia amat tersiksa dengan apa yang ia rasakan itu. Entah sudah berapa kali ia menggosok tubunya agar bau itu menghilang. Namun gagal karena dia pikir kaporit itu masih terasa lengket sekali di tubuhnya.
Kaiho terlihat sangat kesal dan dia mulai menangis tersedu. Pikirannya kacau. Bahkan ia ingin sekali menghancurkan cermin di depannya karena membenci pantulan yang ia lihat itu.
Ya..bayangannya sendiri. Kaiho benci dengan apa yang ia alami ini. Dalam kekacauan itu, Kaiho hanya bisa menangis sambil kembali menggosok tubunya dengan sabun pembersih.
Rena tersadar dari pingsannya namun dia terpaksa masih belum bisa berubah wujud kembali menjadi manusia.
Mengetahui apa yang mungkin terjadi dengan tuannya itu, Rena lantas berlari menuju kamar tuannya itu dan memaksa masuk.
Kamar itu gelap. Suara air masih menyisakan tetesan yang berulang di salah satu shower. Rena menajamkan penglihatannya dan ia mendengar napas tak beraturan yang arahnya berasal di atas tempat tidur.
Tentu saja itu Kaiho. Pria malang itu masih menggigil namun ia memutuskan untuk tak memanggil siapapun. Rena melompat naik mencoba berinteraksi dengan tuannya itu.
Dengan perlahan ia mendekat mencoba mencari kehangatan yang bisa ia berikan. Rena menyeruak masuk ke dalam selimut. Mengelus dagu dan leher pria itu mencoba untuk menenangkan.
Kaiho membuka mata dan menyadari apa yang tengah Rena lakukan kepadanya. Awalnya Kaiho cukup terlena dengan belaian halus bulu-bulu rubah Rena yang halus tersebut. Namun lama kelamaan ia mulai terjaga dan merasa tak nyaman dengan hal tersebut.
Dibantingnya Rena menjauh membuat gadis itu tersungkur dengan merasakan tubrukan yang terjadi antara dirinya dengan kaki nakas.
Suara rintihan terdengar dari bibir mungilnya namun Kaiho tak peduli. Ia dengan tegas menyuruh rubah malang itu pergi keluar dari kamarnya.
"PERGI! TINGGALKAN AKU SENDIRI!"
Rena nekat ingin maju kembali untuk mencoba memperbaiki kesalahpahaman ini, namun sepertinya Kaiho benar-benar tengah kambuh dan sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun.