webnovel

Fairy Spring

Ferza adalah seorang summoner kuat yang punya nama, tapi setelah mengetahui kalau kekuatan yang didapatkannya memerlukan korban. Dia memilih untuk kembali jadi orang biasa setelah menyelamatkan sebanyak mungkin calon-calon korban yang bisa dia temukan. Tapi sayangnya, usahanya untuk jadi orang biasa kembali diganggu ketika seorang False God. Dewa dari mitologi yang bermaterialisasi di dunia dengan bantuan tangan manusia.

lenovoaxioo · Fantasi
Peringkat tidak cukup
7 Chs

I'm So Dumb!

Ketika Ferza sampai ke helipad, semua orang sudah siap untuk berangkat. Dan ketika anak-anak asuhnya melihat wajahnya, mereka semua langsung memasang wajah lega. Tapi, hanya untuk sesaat sebab mereka langsung menggantinya dengan wajah bingung. Yang membuatnya juga jadi merasa bingung.

Setelah melihat satu-sama lain, Lista sebagai anak yang paling tua maju dan bertanya. .

"Di mana kak Valien?"

"Dia. . . ."

Memutuskan pergi untuk mengulur waktu agar semua orang bisa kabur dengan mengorbankan dirinya sendiri.

Ferza tentu saja tidak bisa mengatakannya.

Dia tidak tahu bagaimana mereka kenal dengan satu sama lain saat dia tidak bisa melihat Valien berinteraksi dengan anak-anak asuhnya. Hanya saja, kenyataan kalau mereka memasang wajah khawatir sambil menanyakan keadaanya sudah cukup jadi bukti kalau bagi mereka. Valien bukan hanya sekedar orang tidak dikenal yang kebetulan mampir ke rumah mereka.

"Kak Ferza?"

Salah satu anak asuhnya menunjuk ke arah helikopter militer yang mulai terbang. Lalu, begitu mereka melihat arah terbangnya yang berlawanan dengan arah ke mana mereka akan dievakuasi. Mereka akhirnya paham kenapa Ferza tidak bisa menjawab.

Sebagai calon vessel, mereka cukup akrab dengan dunia summoning. Apa yang bisa dan tidak bisa seorang vessel lakukan. Dan apa yang harus melaka lakukan ketika mereka tidak punya summoner yang dikontrakan padanya, ada musuh yang datang, dan tidak ada bantuan yang datang dalam waktu dekat.

Mereka mungkin masih kecil, tapi bukan berarti mereka itu bodoh.

Tidak, hal itu bukan masalah pintar atau bodoh. Mereka hanya tahu, kalau mereka ada di posisi Valien mereka juga akan melakukan hal yang sama. Sama seperti orang yang menyelamatkan mereka dulu.

Mereka akan mengulur waktu agar semua orang bisa kabur.

"Kak Ferza?"

"Ada apa Lista?"

"Kenapa kau masih ada di sini?"

"Kenapa? karena aku ingin menemani kalian"

"Dan meninggalkannya?"

Untuk suatu alasan, kenyataan kalau Ferza meninggalkan Valien demi anak-anak asuhnya kelihatan aneh. Dia adalah pengganti orang tua mereka, jadi tentu saja dia lebih memprioritaskan mereka daripada Valien. Jadi kenapa mereka memasang muka bingung seakan Ferza baru saja melakukan hal yang tidak pernah mereka bayangkan?

"Dia punya tugasnya, dan aku juga punya tugasku sendiri"

Dan tugas utamanya adalah memastikan kalau semua anak asuhnya baik-baik saja.

"Apa kau serius? maksudku? kau itu kak Ferza kan?"

Orang mesum yang suka dengan gadis kecil, pemuda yang hobinya mengumpulkan gadis manis dari seluruh dunia untuk dirinya sendiri, dan juga laki-laki yang impiannya adalah membangun harem loli.

"Tunggu dulu!!! jangan bilang kalau kalian semua berpikir seperti itu tentangku!"

Pembicaraannya tadi dengan Lista membuatnya sadar kalau ada beberapa anak yang salah paham tentang alasannya menyelamatkan mereka dan menampungnya di panti asuhannya. Hanya saja dia tidak menyangka kalau semua gadis yang ada di bawah naungannya berpikir kalau dia itu punya maksud tersembunyi semacam itu saat mengajak mereka tinggal bersamanya.

"Image macam apa yang kalian punya tentangku?"

Dan pertanyaan itu dijawab serentak oleh semua anak yang ada di sana dengan. .

"Lolicon mesum!"

Yang langsung membuat petugas dari organisasi yang ada di sekitar mereka melihat ke arah Ferza dengan pandangan seakan dia itu sampah.

"Sudahlah, cepat masuk saja"

"Kalo ada yang perlu buru-buru, orang itu adalah kau kak Ferza! cepat pergi susul Valien"

"Kalian lebih membutuhkanku"

"Kenapa?"

Tidak ada ada satupun dari mereka yang punya cacat fisik dan perlu perhatian khusus, dan tentu saja tidak ada juga yang mentalnya punya masalah. Selain itu, petugas dari organisasi juga siap untuk membantu mereka kalau mereka memerlukan sesuatu. Lalu yang terakhir, karena pengalaman hidup mereka, semuanya cukup pintar untuk tidak bisa ditipu oleh seseorang dengan kata-kata manis maupun permen.

"Karena itulah kak Ferza bisa meninggalkan kami dan menyusul Valien"

"Aku tidak akan menyusulnya!"

Mendengar ucapan tegas itu, semua anak asuhnya langsung memasang wajah heran dan bingung. Ferza yang mereka kenal adalah orang yang suka ikut campur urusan orang lain, tidak bisa diam saat melihat seseorang butuh bantuan, dan cukup gila untuk tidak mempedulikan banyak nilai minus yang akan dia dapatkan dengan menyelam ke sebuah masalah.

"Apa kau serius kak Ferza?"

"Aku sangat serius"

Anak-anak asuh Ferza kembali melihat satu sama lain, tapi kali ini. Setelah sepertinya berbicara di antara mereka sendiri tanpa kata, mereka mengangguk dan membiarkan salah satu dari mereka untuk mengatakan isi dari kesepakatan diam mereka.

"Kalau begitu kami tidak akan mengungsi"

"Ha?"

"Kalau kak Ferza tidak pergi menyusul Valien maka kami tidak akan mau mengungsi"

"Kenapa?"

Meski anak-anak asuhnya tidak bisa dibilang anak penurut yang tenang, mereka juga bukanlah anak nakal yang selalu mencoba melawan kata-katanya. Mereka tahu kapan mereka harus menikmati hak mereka sebagai anak kecil dan mereka juga tahu kapan mereka harus bertingkah sedikit lebih dewasa dan menuruti instruksi Ferza. karena itulah Ferza heran kenapa tiba-tiba mereka semua dengan sengaja menyusahkannya.

"Kenapa? bagaimana kalau bercermin dulu dan lihat bagaimana wajahmu kak Ferza?"

"Hah?"

Ferza menyentuh wajahnya sendiri, tapi dia tidak menemukan ada yang salah di wajahnya. Hanya saja, ketika dia melihat ke arah helikopter dan melihat bayangannya yang terpantul di cermin kokpit benda itu akhirnya dia sadar apa yang coba anak-anak asuhnya beritahukan padanya.

"Kenapa?"

Kali ini, yang bertanya adalah dirinya sendiri.

"Bukankah alasannya jelas kak Ferza? sebenarnya kau ingin menyusul Valien kan?"

Ekspresi yang sedang dia pasang di wajahnya adalah ekspresi dari seseorang yang menyimpan sangat banyak sekali penyesalan. Penyesalan yang akan terus dia simpan sampai mati. Jika di sana tidak ada orang yang melihatnya, bukan tidak mungkin kalau air mata mungkin akan mengalir dari kelopak matanya.

"Ya, kalian memang benar"

Ferza, tanpa perlu menggali terlalu dalam ke hatinyapun sudah tahu kalau sebenarnya dia ingin menyelamatkan Valien. Tapi sayangnya dia tidak bisa melakukannya. Alasan pertama adalah sesuatu yang sudah dia jelaskan, dia tidak bisa bermain judi dengan nyawanya sebab hidupnya bukan lagi miliknya sendiri. Lalu, alasan lainnya adalah . .

"Semuanya sudah terlambat! dia sudah lama mati!"

Karena itulah menyelamatkan gadis itu sudah tidak mungkin lagi. Kalau Valien masih hidup, tentu saja dia tidak akan ragu untuk mengulurkan tangannya pada gadis it. Hanya saja sekali lagi, semuanya sudah terlambat.

"Apa-apaan alasan itu?"

"Lista?"

"Kalau aku ada di posisi Valien, apa kak Ferza juga akan membuangku?"

"Pertanyaan macam apa itu?"

"Jawab saja!"

"Aku . . ."

Ferza tidak bisa menjawabnya. Sebab pertanyaan itu adalah sebuah pertanyaan bodoh. Dan Ferzapun yakin kalau yang menanyakannya paham kalau pertanyaan itu adalah sesuatu yang bodoh. Sebab tujuan Ferza menyelamatkan mereka semua adalah demi mencegah agar mereka tidak mengalami nasib yang sama seperti Valien. Jadi, jika mereka sampai ada di posisi Valien itu berarti usahanya sudah gagal.

Hanya saja, alasan logis itu. Dia tidak bisa ucapkan di depan gadis kecil itu.

"Kak Ferza, aku yakin sebenarnya Valien ingin seseorang untuk membantunya"

Anak asuh Ferza bisa mengatakan hal itu dengan yakin sebab mereka pernah ada di posisi yang mirip dengan Valien. Dan ketika mereka ada di posisi itu, hal yang paling mereka harapkan adalah datangnya seseorang untuk membantu mereka.

"Agh. . .kenapa aku lupa tentang hal sesimple itu?"

Ferza yakin kalau ada banyak orang yang sudah Valien bantu baik secara langsung atau tidak. Akan sangat tidak etis kalau saat gadis itu paling membutuhkan bantuan malah tidak ada yang mau membantunya. Selain itu, keinginan Ferza untuk membantunya itu sudah terlambat atau tidak sama sekali tidak ada hubungannya dengan apapun.

Kenapa dia harus mencari-cari alasan untuk membantu seseorang? jika ada yang kesusahan maka dia akan membantu. Membantu orang yang membutuhkan adalah sesuatu yang normal.

Oleh sebab itulah.

"Aku akan membawa teman baru untuk kalian, karena itulah bersiaplah untuk membuat pesta penyambutan"

Dia tahu kalau dia itu plin-plan, jika pada akhirnya dia akhirnya ingin membantu Valien kenapa dia tidak melakukannya dari awal? kenapa dia harus memikirkan banyak hal untuk menolak tawaran Valien kalau dia hanya perlu meyakinkan dirinya jika gadis itu sama seperti anak-anak asuhnya yang lain.

Selama perjalanannya melindungi semua anak-anak asuhnya, dia sudah mengalami banyak kesulitan. Dan di masa lalu, dia bahkan pernah kehilangan salah satu dari mereka. Sejak saat itu, dia memutuskan untuk bergantung pada kakak perempuannya untuk sangat banyak hal. Lalu, sepertinya lama-lama ketergantungannya itu membuatnya jadi penakut.

Penakut yang bahkan tidak berani mengambil resiko sekecil apapun.

Anak-anak asuh Ferza tersenyum padanya, lalu. Setelah memeluk semua orang, Ferza pergi menyusul Valien.