webnovel

Fairy Spring

Ferza adalah seorang summoner kuat yang punya nama, tapi setelah mengetahui kalau kekuatan yang didapatkannya memerlukan korban. Dia memilih untuk kembali jadi orang biasa setelah menyelamatkan sebanyak mungkin calon-calon korban yang bisa dia temukan. Tapi sayangnya, usahanya untuk jadi orang biasa kembali diganggu ketika seorang False God. Dewa dari mitologi yang bermaterialisasi di dunia dengan bantuan tangan manusia.

lenovoaxioo · Fantasy
Not enough ratings
7 Chs

False God Vs Spirits

"Jatuhkan aku di pulau kecil itu"

Normalnya, untuk mendaratkan seseorang dari sebuah helikopter yang sedang terbang tinggi. Mereka perlu terlebih dahulu menurunkan ketinggian dan mempersiapakan alat pendaratan lain seperti parasut lalu pengaman. Tapi kali ini, apa yang akan mereka daratkan bukanlah orang. Karena itulah, yang kru dari helikopter yang Valien tumpangi perlu lakukan hanyalah melemparkan Valien ke luar.

Yang mereka jatuhkan adalah astra dari Valien yang berbentuk sebuah pedang besar, dan sebab astra dibuat untuk dijadikan senjata melawan dewa. Benda itu bukanlah sesuatu yang bisa rusak hanya karena dijatuhkan dari jarak satu atau dua kilometer dari tanah.

"Dan. . .sampai"

Bersamaan dengan astra miliknya yang menancap di permukaan yang agak berbatu, tubuh spiritual Valien mendarat dengan dengan mulus layaknya kapas yang jatuh dari udara.

"Saatnya untuk jadi pahlawan yang sesungguhnya"

Dia sudah sering bertempur melawan Visitor, dia juga sudah sering diajak menghadapi summoner bermasalah, lalu yang terakhir dia juga sudah terbiasa digunakan untuk menghancurkan sesuatu agar sesuatu yang lain bisa tetap berdiri. Tapi dalam semua situasi itu, yang dipanggil sebagai pahlawan bukanlah dirinya. Tapi orang yang memegangnya.

Karena itulah saat ini ketika dia akan menjalankan tugasnya sendiri tanpa ditemani siapapun. Dia baru bisa menyebut dirinya sebagai pahlawan.

"Ahh. . . kenapa di saat seperti ini aku masih repot-repot berbohong?"

Apa yang dia lakukan sama sekali tidak berbeda dengan apa yang dia lakukan sebelumnya.

Debut pertamanya begitu menjadi roh di dalam astra adalah berpartisipasi dalam perang. Meski semua orang bilang kalau dia dan partnernya adalah pahlawan, yang terjadi sebenarnya adalah dia mereka berdua hanya menjadi alat politik. Perang tidak pernah terjadi karena ada orang yang ingin 'membela kebenaran' tapi karena ada masalah yang tidak bisa diselesaikan oleh orang yang berada di atas.

Valien yakin, kalau dari sudut pandang musuh dia dan partnernya dulu hanyalah seorang penjahat.

Saat inipun, dia tidak mencoba menghadapi Sekhmet karena dia ingin membela kebenaran. Dia hanya ingin balas dendam, lari, dan membuang tanggung jawabnya dari masa depannya.

"Apa ini yang namanya karma?"

Dalam kehidupan setelah matinya yang sudah berlangsung selama lebih dari lima puluh tahun, dia sudah banyak melakukan hal sangat jauh dari tindakan kepahlawanan dengan alasan 'melindungi lebih banyak orang', 'melindungi negaranya', ataupun 'menyelamatkan dunia'. Oleh sebab itulah dia tidak akan heran kalau selama dia sudah menumpuk banyak kutukan dari orang-orang yang masa depannya sudah ditebas dengan pedangnya.

"Tapi setidaknya aku merasa lega"

Sebab setelah saat ini, dia tidak perlu lagi mengingat semua rasa tidak enak yang ada di dadanya. Kekecewaan, kesedihan, dendam, mimpi, dan juga kenangannya akan dia tinggal hari ini.

Astra adalah barang berharga, dan nilainya bukan hanya ada pada nilai monetarinya. Benda itu secara literal adalah satu-satunya senjata yang bisa manusia gunakan untuk melawan makhluk supranatural yang datang dari dunia lain. Yang saat ini bisa dengan mudah dipanggil untuk disalahgunakan kekuatannya. Bahkan bisa dibilang kalau nilainya jauh lebih tinggi dari nyawa seseorang.

Meski Valien tidak bisa membanggakannya, di masa lalu ada banyak sekali orang yang secara literal disuruh untuk mengorbankan diri hanya demi dirinya.

Normalnya, jika sebuah astra tidak memiliki summoner mereka akan buru-buru diamankan agar tidak jatuh ke tangan orang yang tidak bertanggung jawab atau dihancurkan oleh pihak yang tidak menyukai keberadaan mereka. Atau, jika mereka tidak bisa ditarik dari sebuah lokasi tertentu. Seorang summoner darurat dengan afinity paling minim sekalipun akan dikirimkan untuk menggunakannya. Meskipun mereka mungkin tidak akan bisa mengubah keadaan, tapi setidaknya dia bisa membawa Valien kabur ke tempat yang lebih aman.

Tapi kali ini, untuk suatu alasan tidak ada satupun orang yang dikirimkan ke tempatnya. Bahkan, anggota organisasi saja tidak ada yang mencoba membawanya pulang dan dengan sigapnya mengantarnya menemui kehancurannya.

Valien bersukur karena niatnya tidak ada yang mengganggu, tapi dia tidak bisa berhenti berpikir kalau ada sesuatu yang aneh. Dia merasa. . .tidak! dia yakin kalau ada kepentingan lain yang lebih besar di balik keputusan aneh yang diturunkan oleh Organisasi. Bau konspirasi bisa dia cium dengan jelas dari plot yang dilaluinya sampai sekarang.

Tapi meski begitu. .

"Sudahlah"

Saat ini ada hal lain yang lebih penting untuk dipikirkan.

Seperti yang sudah Valien jelaskan sebelumnya, roh astra sama sekali tidak punya kesempatan untuk mengalahkan seorang Visitor. Meski seorang summoner bersamanya, kesempatan untuk bisa mengalahkan Visitor juga pada dasarnya hanya ada di posisi lima puluh lima puluh. Kompabilitas dengan musuh, afinity dengan astra, serta pengalaman seorang summoner punya pengaruh besar dalam menentukan hasil dari sebuah pertempuran yang mereka lakukan.

Dan dengan keadaannya yang sekarang, bisa menang pada dasarnya sudah tidak mungkin. Tanpa seorang summoner yang terkontrak padanya, dia tidak bisa membuat koneksi ke dunia lain sendiri dan menerima divinity dewa yang terikat padanya.

"Karena itulah, tolong bantu aku"

Valien menyatukan kedua telapak tangannya, memejamkan matanya, lalu mulai membuat energi spiritualnya menyebar ke berbagai arah. Properties dari roh sebuah astra salah untuk mengundang makhluk supranatural kepadanya biasanya adalah hal buruk, tapi kali ini hal buruk itu adalah satu-satunya harapannya agar bisa memperlambat perjalanan Visitor yang akan dia hadapi.

Ketika Valien meminta dijatuhkan di tempat itu, hal yang dia pertimbangkan bukan hanya seberapa jauh lokasi itu dari pemukiman. Tapi juga seberapa besar bantuan yang akan bisa dia dapatkan dalam pertempurannya nanti. Sebab baginya, tempat itu bukanlah tempat yang asing.

Dalam tahun-tahun akhir perang dunia kedua, dia ke tempat itu sebagai bagian dari pasukan imperial yang mencoba mengamankan posisi strategis mereka di pasifik. Di tempat itu juga dia bersama dengan angkatan laut pasukan imperial melawan pasukan sekutu dalam pertempuran laut yang statusnya masih terbesar bahkan sampai sekarang. Di kepulauan itu, sekitar empat ratus ribu orang bertempur melawan satu sama lain.

Dan tentu saja, dalam pertempuran yang melibatkan orang sebanyak itu. Korban yang jatuh tentu saja jumlahnya juga tidak akan sedikit. Ada lebih dari enam puluh empat ribu orang yang pulang hanya tinggal nama. Dengan kata lain, ada roh dengan jumlah yang sama yang bisa dia manfaatkan untuk membantunya kembali bertempur. Meski kali ini melawan Visitor, seorang dewa.

"Maafkan aku, meski dulu mungkin kita bukan teman, aku harap kalian mau membantuku"

Valien memejamkan matanya dan genggaman tangannya semakin erat, lalu dengan penuh konsentrasi dia terus menyebarkan energi spiritualnya sejauh yang dia bisa. Dilihat dari luar, dia kelihatan seperti seorang gadis yang sedang berdoa dengan khusuk, tapi ironisnya. Yang dia lakukan adalah usahanya untuk bisa mendapatkan kekuatan untuk melawan seorang Visitor, seorang dewa yang seharusnya jadi tujuan dari doa yang dia buat.

Waktu terus berjalan, dan satu persatu roh-roh dari prajurit yang gugur di tempat itu mulai bermunculan. Bayangan-bayangan hitam layaknya minyak yang tumpah merayap dari tanah, dari pasir, dari bebatuan, dari air dan perlahan-lahan membentuk siluet seorang manusia. Lalu, setelah siluet itu selesai bermaterialisasi, benda lain seperti seragam, perlengkapan, lalu senjata mereka juga ikut bermaterilisasi.

Dan begitu semua proses itu selesai, pasukan pribadi Valienpun siap untuk melakukan tugasnya. Atau lebih tepatnya, siap menunggu kesempatan mereka untuk bisa membajak tubuh spiritual Valien dan mengambil alih kesadarannya.

"Ini lebih menyeramkan dari yang kuduga"

Setelah merasa sudah tidak ada lagi roh yang bisa dia panggil ke permukaan, Valien melihat ke sekitarnya dan menemukan ada belasan ribu makhluk menyerupai manusia yang kesemuanya itu tidak memiliki wajah dan sedang menatapnya dengan mata merah mereka yang lebih mirip dengan api dari sebuah lampu minyak.

Dan layaknya zombie, satu persatu dari mereka mulai mendekati Valien. Atau dalam kasus ini, mereka mencoba menarik tubuh fisik Valien yang berupa astra berbentuk pedang dari tanah.

"Maaf tapi aku tidak sembarangan membiarkan kalian menyentuhku"

Untuk melawan Visitor, yang dia butuhkan bukan hanya angka tapi juga kualitas. Karena itulah dia tidak bisa membiarkan sembarang orang untuk menggunakannya. Dia tidak ingin jadi mob yang bisa dihancurkan dengan sekali pukul. Oleh sebab itulah dia memerlukan seseorang dengan skill, kekuatan spiritual, dan benang takdir yang cukup tebal untuk tidak langsung putus begitu dihadapkan pada kekuatan absolute seorang Visitor.

Selama beberapa menit, Valien terus menggoreng tangan-tangan yang mencoba menyentuhnya dengan menggunakan aliran listrik yang dia keluarkan sebagai perlindungan. Tapi tidak lama setelah itu, ada seseorang yang berhasil memegang handle dari astra miliknya meski tanpa mempedulikan hal itu.

"Turuti perintahku!"

Begitu roh tadi berhasil mencabut astra Valien dari tanah, kepalanya langsung diserang dengan suara keras yang menyakitkan. Suara yang berasal dari roh yang mencoba mengambil alih kontrol atas kesadarannya.

"Yang harus menuruti perintah itu kau!!!!!"

Valien menolak dan mencoba membajak balik roh dari makhluk itu. Kemudian, Valien dan makhluk itu memandang satu sama lain dengan serius. Keduanya, mencoba menentukan siapa yang mengendalikan siapa.

Jika Valien menang dalam duel dominasi pikiran itu, maka dia akan bisa mendapatkan partner yang kuat untuk melawan Sekhmet. Tapi sebaliknya, jika dia kalah maka dialah yang akan dimanfaatkan dan digunakan untuk memenuhi kepentingan makhluk itu.

"Ughaaaaa. . . . ."

"Berhenti melawan dan menurut padakuuuuu!!!!!"

Tentu saja, tidak seperti permintaan Valien makhluk itu tidak berhenti melawan. Malah sebaliknya, makhluk itu melawan dengan lebih keras.

"Biarkan aku mengontrolmu tua bangkaaa!!!!"

Kekuatan spiritual seseorang dipengaruhi oleh beberapa hal. Bakat yang mereka miliki dari lahir, seberapa besar takdir yang mereka pikul, dan juga sekuat apa mental mereka. Dengan kata lain, seberapa keras kepala mereka.

Dan beruntungnya, Valien tidak kalah satu aspekpun dari makhluk itu. Kompabilitasnya dengan seorang visitor adalah bukti akan bakatnya, tanggung jawabnya untuk menyelamatkan dunia adalah bukti dari takdir besarnya, lalu keinginannya untuk melawan Sekhmet meski dia tahu dia tidak bisa menang. Adalah bukti kalau kepalanya jauh lebih keras dari karang yang ada di sekitarnya.

"Ugh. . . . ."

Sebuah aliran listrik besar mengalir ke tubuh makhluk itu, lalu bersamaan dengan jatuhnya makhluk itu ke lututnya. Tubuh fisik Valien mulai menghilang dan bersatu dengan aliran listrik tadi dan masuk ke dalam tubuh spiritual makhluk itu.

". . . "

Setelah itu, sedikit demi sedikit penampilan makhluk itu mulai berubah. Seragam militernya berubah menjadi pakaian zirah yang biasa kau lihat dalam film samurai, wajahnya yang kosong ditutup helm bertanduk, wajahnya diselimuti topeng dengan bentuk wajah asura, lalu matanya yang awalnya hanya seperti api berwarna merah berubah menjadi api dengan warna emas.

Dengan begitu, Valien berhasil menemukan partner sementarnya dan juga jendral yang bisa memimpin prajurit yang datang dari dunia kematian di sekitarnya.

"Apa kalian sudah siap?"

Pertanyaan Valien tidak ada yang menjawab, tapi sebagai gantinya semua orang di pasukannya menyiapkan senjata masing-masing dan mengarahkannya pada benda yang sekarang jadi fokus Valien.

"Akhirnya dia datang juga"

Dari horizon, Valien melihat ada sebuah kapal besar yang berlayar ke arahnya. Meski dalam hidupnya yang sudah sangat panjang itu dia sudah melihat kapal yang jauh lebih besar, tapi kapal Mistral Class, atau helicopter carrier yang sedang berlayar ke arahnya sama sekali tidak kalah dalam hal intimidasi.

Dalam masalah persenjataan, kapal yang sedang menuju ke arahnya termasuk underpowered. Jika kapal itu diajak melakukan pertempuran laut dengan sebuah destroyer modern, kapal yang hanya dibekali 2 SAM, 2 autocannon 20mm, 2 minigun, dan 4 machinegun dengan kaliber 50 itu akan jadi bahan bulan-bulanan kapal lain.

Hanya saja, seperti namanya. Mistral class adalah sebuah helicopter carrier, cara utamanya melakukan pertempuran adalah menerbangkan apa yang dibawanya lalu membiarkan helikopter yang berada di bawahnya menghancurkan musuh. Selain itu, sebab kapal ini termasuk dalam kategori amphibious assault ship. Apa yang dia bisa bawa tidak terbatas hanya sekedar helikopter saja. Dengan kapasitas sebanyak 22.000 ton, kapal itu bisa dijejali landing craft dan bahkan tank di dalamnya.

Bisa dibilang, kendaraan itu adalah sebuah benteng berjalan. Dan menyerang pangkalan militer mini itu sama saja dengan menepuk sarang lebah.

"Semuanya bersiap!"

Valien memberikan perintah pada pasukannya yang dengan sigap langsung mengangkat senjata mereka dan mengarahkannya seseorang yang sedang berdiri di atas superstructure kapal di depannya.

Sekhmet.

Atau berdasarkan info terakhir sebelum dia masuk ke medan tempur, Frie. Lapis Onofrie, mantan summoner seperti Ferza yang tubuhnya dijadikan medium oleh Sekhmet untuk bisa bermanifestasi di dunia ini.

"Serang!"

Dengan komando itu, belasan ribu peluru melesat dari senjata pasukan yang Valien panggil menuju tepat ke sebuah target kecil. Kepala Frie yang sepertinya sedang dimiringkan karena penasaran dengan apa yang sedang mencoba menghalangi jalannya. Belasan ribu roh manusia yang mencoba melawannya.

"Meski aku disebut dewi perang, bukan berarti aku akan merasa senang disambut dengan tembakan dari banyak orang"

Untuk sesaat, kapal yang Frie tumpangi mengeluarkan sinar redup dengan berbagai macam bentuk huruf yang tidak Valien kenal dari badannya. Setelah itu, sebuah MANPADS terbang dan melesat ke depan tubuh Frie dan meledak tidak jauh dari lokasinya.

"Jadi kau punya urusan apa denganku?"

Ledakan itu menjatuhkan, melemparkan balik, dan bahkan menghancurkan belasan ribu peluru spiritual yang pasukan Valien tembakan menjadi partikel-partikel kecil yang dengan mudahnya terbang dibawa angin laut. Meninggalkan Frie yang bahkan kelihatan masih memasang wajah bosan.

"Sudah kuduga, semuanya majuu!!"

Sudah jadi pengetahuan umum jika Visitor dan manusia punya pandangan yang berbeda terhadap dunia. Dan sudah jadi pengetahuan umum juga kalau kehadiran seorang visitor punya pengaruh yang besar terhadap dunia. Dan tentu saja, pengaruh mereka juga bisa mencapai pikiran seorang manusia. Oleh karena itulah, Valien tidak mengindahkan kata-kata Frie demi melindungi jiwanya. Yang saat ini tidak punya rumah untuk dijadikan tempat berlindung dari pengaruh spiritual seorang visitor. Dia tidak mau mengambil resiko.

Merasa kalau serangan jarak jauh tidak akan ada gunanya, Valien memimpin pasukannya untuk menyerbu benteng berjalan milik Frie.

Sebab sudah jelas kelihatan Valien tidak bisa melawan dengan quality, dia akan kembali ke rencana awalnya dan menggunakan quantity. Layaknya pasukan sekutu yang ditugaskan dalam serangan ke normandy, pasukan Valien berlari ke arah Frie sambil terus menembakan senjatanya.

Sebagai roh, tentu saja pasukan mereka tidak lagi terikat dengan hukum fisika dan secara teori bisa terbang layaknya Tanya D*gurechaff lalu menyerang Frie dari udara. Tapi apa yang roh bisa dan tidak bisa lakukan sangat tergantung pada kenangan, ingatan, dan kebiasaan seseorang saat mereka masih hidup. Oleh karena itulah, meski sekarang mereka

sudah jadi makhluk spiritual. Cara mereka bertempur masih sama seperti infantri normal.

Dan karena itu juga, taktik human wave yang Valien gunakan sekarang punya interpretasi ganda. Secara tersirat dan tersurat. Secara tersirat, jumlah pasukan yang dia kerahkan sangat banyak sampai pasukannya terlihat seperti lautan manusia yang siap menyapu musuhnya, dan secara tersurat. Pasukannya benar-benar kelihatan seperti ombak, mengingat mereka semua secara literal menggunakan air laut sebagai pijakannya. Sehingga ketika ada ombak, mereka juga akan terbawa olehnya.

"Ahh, jadi kalian ingin melawak ya! maaf sekali tapi aku sedang buru-buru"

Pemandangan yang dilihat Frie persis seperti apa yang biasa kartun lama tunjukan. Jika moodnya sedang baik, bahkan mungkin dia bisa tertawa saat menontonnya. Tapi sayangnya, moodnya sedang tidak baik dan melihat apa yang pasukan Valien lakukan hanya membuatnya jadi semakin kesal.

Frie melihat ke arah sebuah helikopter di dekatnya lalu memfokuskan pandangannya ke sebuah minigun dengan drum magazine yang terpasang di bagian sampingnya. Yang beberapa saat kemudian lepas dari slotnya dan dengan pelan terbang ke arahnya sebelum berhenti dan melayang di belakang punggungnya.

"Minggir kalian semua!!"

Simbol-simbol yang berada di tubuh kapal Sekhmet mulai bersinar, lalu senjata-senjata yang ada di atasnyapun satu-persatu mulai aktif dan secara aktif mengorientasikan dirinya masing-masing ke arah pasukan Valien. Sesaat kemudian, bersama dengan Frie. Semua senjata itu memuntahkan amunisinya ke arah pasukan Valien.

Belasan misil dari sistem simbad, puluhan peluru 20mm dari autocannon M621, ratusan peluru berkaliber 50bmg dari machinegun Browning M2, dan ribuan peluru 7.62x51mm dari minigun merobek-robek formasi pasukan yang Valien bawa layaknya kertas.

Dalam sekali serang, belasan, bahkan puluhan roh pasukah Valien langsung dibasmi tanpa ampun. Sama seperti dalam pertempuran yang sesungguhnya, ledakan misil, tembakan autocannon, dan juga machinegun dari kapal Frie dengan mudahnya mengurangi jumlah pasukan Valien yang repot-repot dia kerahkan.

Kalau dibiarkan begitu saja, pasukannya akan habis duluan bahkan sebelum Valien bisa mencapai Sekhmet yang sampai sekarang masih dengan sombongnya mendekap kedua tangannya di dadanya seperti G*lgamesh.

"Tch!"

Tidak seperti pasukan yang Valien panggil, kapal yang Sekhmet kendarai adalah item dari dunia ini dan bukan dimaterialisasikan lewat kekuatan supranatural. Hal ini membuat perbedaan kekuatan di antara Valien dan Sekhmet semakin jauh.

Kekuatan supranatural tidak bisa mempengaruhi benda fisik tanpa medium, dan roh yang dipanggil Valien adalah murni makhluk supranatural tanpa medium. Sehingga serangan mereka sama sekali tidak bisa digunakan untuk menghancurkan benda fisik seperti senjata dan juga kapal yang digunakan oleh Frie.

Serangan dari senjata yang digunakan pasukan Valien hanya menembus benda-benda yang ada di sekitar Sekhmet. Meski seharusnya hal itu jadi sebuah keuntungan baginya sebab serangannya jadi secara virtual tidak bisa ditangkis oleh benda apapun, tapi dalam kasus ini. Sebab Frie, Sekhmet punya pertahanan yang statsnya sangat tinggi sampai Valien perlu menumpuk serangan-serangannya, dan dia juga punya Vessel yang bisa dia gunakan untuk memperluas pengaruh kekuatannya. Keuntungan itu tidak lagi jadi keuntungan.

Entah itu Visitor tak diundang alias False God ataupun Summoner keduanya punya sesuatu layaknya regenerating shield yang dihasilkan dari byproduct divinity mereka. Dan hal yang punya kesempatan untuk menembus benda itu hanyalah serangan fisik sekelas artileri kapal, kekuatan spiritual selevel pahlawan dari dongeng anak kecil, ataupun seseorang yang sama-sama diberkahi divinity seperti summoner lain.

Selain Valien yang masuk dalam kategori kedua, tidak ada satu orangpun dari pasukannya yang bisa menghancurkan senjata di kapal Frie. Membuat pasukannya, secara literal hanya menjadi cannon fodder.

Valien tidak bisa kehilangan lebih banyak pasukannya, tanpa mereka Valien tidak yakin dia bahkan bisa mengulur waktu sampai seseorang bisa datang dan benar-benar mampu mengatasi Frie.

"Menyebar!"

Berkat koneksi spiritualnya dengan pasukannya, Valien tidak perlu memberikan perintah yang terlalu detail. Isi pikirannya bisa dia siarkan pada semua pasukannya dengan mudah, karena itulah satu kata saja sudah cukup untuk membuat pasukannya menyebar, mengelilingi kapal Frie, dan memberikan mereka perintah untuk memanjat benda itu dengan buru-buru.

"Merepotkan"

Melakukan manuver tajam sama sekali bukan sesuatu yang bisa dilakukan oleh sebuah kapal besar dengan berat dua puluh dua ribu ton. Meski kapal itu sudah dibantu oleh sebuah azimuth thruster yang tentu saja ukurannya tidak kalah besar, memutar benda itu masih tetaplah sebuah pekerjaan yang menyusahkan.

Selain itu, sebab kebanyakan senjata yang berada di atasnya punya jarak serang yang terbatas. Membuatnya tidak bisa menyerang musuh yang berhasil masuk ke waterlinenya.

"Serangga-serangga ini!!"

Frie membuka pintu kargonya yang berada di bagian belakangnya kemudian mendorong 3 landing craft dan menggerakannya untuk berpatroli di sekitar kapal utamanya. Tentu saja sambil menyapu pasukan Valien menggunakan machinegun yang ada di atasnya.

Mundur sama sekali bukan pilihan, menghindar hanya akan membuat jumlah mereka semakin menipis, lalu di lautan yang luas itu sama sekali tidak ada tempat untuk berlindung. Oleh sebab itulah, langkah yang bisa Valien ambil hanyalah maju. Sekarang dia dan pasukannya berada dalam situasi yang bisa jadi contoh tepat dari pepatah 'pertahanan terbaik adalah penyerangan'.

Setelah hanya fokus untuk berlari. Valien dan beberapa pasukannya yang berhasil lolos dari serangan balik Frie naik ke kapal. Ada yang memanjat waterline dengan menggunakan tali yang entah mereka dapatkan dari mana, ada yang masuk lewat pintu kargo di bagian belakang kapal, dan ada juga yang melompat secara langsung seperti Valien dan roh yang dia gunakan.

Dan begitu mereka sampai.

"Tch . . ."

Seperti yang Valien duga, Frie tidak bisa lagi menyerang mereka dengan sesukanya. Sebab kali ini, kemampuannya untuk menggunakan senjata konvensional malah jadi sesuatu yang membatasi serangannya. Jika dia sembarangan menggunakan senjata yang ada di sana untuk menyerang Valien dan pasukannya, bisa saja yang hancur bukan hanya musuhnya. Tapi juga kapalnya.

Sebagai seorang Visitor yang elemennya adalah api, dia tidak bisa kehilangan kapalnya saat dia sedang berada di tengah laut.

"Bersiap!!!"

Dengan komando itu, semua pasukannya yang berhasil naik ke deck langsung menembakan senjata mereka ke arah Frie bersamaan dengan Valien yang melesat dengan cepat untuk menebas tubuh False god it.

"Jangan sombong kau bocah!!"

Seakan ingin menunjukan statusnya sebagai dwi perang, Frie menerima tantangan pertarungan jarak dekat Valien dengan tidak mencoba menghindar ataupun menggunakan senjatanya yang lain. Dengan tangan kosong, dia menangkap badan astra Valien layaknya seorang master. Lalu dengan mudah dia memutar tangannya dan melemparkan roh yang Valien gunakan beberapa meter dari tubuhnya.

"Cover!!"

Untuk melindungi roh yang Valien kontrol, dia memberikan perintah pada pasukannya untuk menembakan senjata mereka ke arah Frie dari berbagai arah. Setiap prajurit yang Valien kontrol hanya memiliki satu senjata, dan kesemuanya itu adalah bolt action yang rasio tembakannya sangat kecil. Tapi jumlah dari prajuritnya yang sangat banyak membuat serangan itu bahkan lebih intense dari tembakan sebuah machinegun.

"Agh, aku yakin kalau kau tahu jika serangan mereka itu tidak ada gunanya? jadi tolong jangan repot-repot"

Regenerating Shield Frie mengehentikan serangan buru-buru Valien. Tanpa menumpuk serangan mereka terlebih dahulu, roh-roh yang jadi pasukan Valien tidak bisa melakukan apa-apa. . .

"Memang benar kalau serangan mereka tidak akan bisa melukaimu. ."

Tidak bisa melakukan apa-apa kecuali mengalihkan perhatian lebih tepatnya. Mereka masih cukup merepotkan untuk membuat Frie harus membagi konsentrasinya. Membuat Valien bisa menyerang lebih mudah dan juga.

"Ah, jadi begitu"

Membuat serangannya pada pasukannya yang masih ada di luar kapal berkurang intensitasnya. Membuat mereka bisa dengan mudah masuk ke dalam kapal. Dan ketika pasukan-pasukannya sudah ada di dalam, dia bisa menggunakan mereka untuk merusak benteng berjalan Frie dari dalam.

Meski mereka mungkin tidak punya kekuatan yang cukup untuk menghancurkan sesuatu, kekuatan spiritual mereka masih cukup untuk digunakan sebagai senjata sabotase. Mereka bisa menekan tombol, memutar knob, dan menggerakan lever. Dengan kata lain, mereka masih bisa memperlambat perjalanan Frie secara signifikan. Dan bagi Valien, semua itu sudah cukup.

Sebab dari awal, dia tahu kalau dia tidak akan bisa menang. Sudah tahu kalau nanti, yang bisa pulang ke tempat organisasinya hanyalah namanya saja.

"Baiklah, aku terima tantanganmu"

Selama perjalanan bersih-bersihnya, ada banyak orang yang sudah mencoba menghentikannya. Tapi entah itu pasukan dengan kapal perang, pilot dengan jet tempur maupun pelaut dengan kapal selam. Mereka semua tidak ada yang bisa berbuat apa-apa di hadapannya.

Tanpa adanya divinity di dalamnya, misil dan torpedo yang mereka tembakan pada Frie bisa dengan mudah dia ambil alih dan kirim balik ke penyerangnya. Bom yang dijatuhkan ke atas kepalanya juga bisa dengan mudah dia tembak dan ledakan di udara. Lalu, di hadapan divinitynya, cartdride dalam ukuran apapun tidak ada yang mampu bahkan untuk menggores kapalnya.

Frie, atau lebih tepatnya Sekhmet bersama dengan kapalnya pada dasarnya adalah one man army. Jika kau melawannya dengan persenjataan yang levelnya sama, satu-satunya hasil yang bisa kau dapatkan adalah kekalahan telak.

Sebab.

Dia bisa menembakan senjatanya dengan akurasi pinpoint dengan mudah. Misil dan rual yang dia luncurkan bisa dia kontrol flight pathnya dengan hanya pikirannya saja, membuat sistem pertahanan musuh kelihatan bahkan tidak ada. Lalu yang terakhir, jika mereka membiarkan Sekhmet terlalu dekat bisa jadi senjata mereka juga akan bisa ikut diambil alih. Membuat Frie yang saat ini sudah terlalu kuat, akan lebih kuat lagi.

Sebagai dewi perang, dia punya authority yang mengijinkannya mampu mengetahui cara kerja apapun yang dikategorikan sebagai 'senjata'. Dan sebagai keturunan RA yang memiliki authority atas matahari, secara literal dia bisa mengoperasikan apapun yang sumber energinya diambil dari panas bahkan tanpa bahan bakar.

Semua hal itu membuat banyak negara memilih untuk menarik pasukan reguler mereka karena takut menjadikannya semakin kuat. Dan menjadikan siapapun yang akhirnya berani menghadapinya, sebuah target untuknya berlatih menembak.

"Semua roh itu terhubung padamu kan?"

Dengan kata lain, jika Frie bisa mengalahkan Valien. Mereka semua juga akan hilang bersamanya.

"Humph, apa kau yakin bisa mengalahkanku sebelum kapal ini tenggelam?"

Roh yang Valien gunakan sebagai partner tidak bisa bicara. Tapi meski tubuh manusianya sudah dia asimilasikan pada Astranya, dia masih bisa melakukan telepati. Asalkan seseorang tidak secara aktif menolak komunikasi dari luar, dia masih bisa bicara dengan siapapun.

"Ah? biar kuberitahukan kau sesuatu"

Meski dengan kemampuan yang dibatasi, dia tetap akan menang.

Dia tidak bisa menggunakan serangan besar, dia dikepung dari berbagai arah, dan pertempurannya bahkan dibatasi oleh sebuah timer. Timer yang kalau dia biarkan saja akan menenggelamkan kapal yang dia tumpangi bersama dengannya ke laut. Sesuatu yang harus dia hindari apapun taruhannya.

Dilihat dari manapun, keadaannya sekarang bukan hanya merugikan tapi sudah ada taraf check mate.

Hanya saja sekali lagi, semua itu tidak ada yang bisa membuat kepercayaan dirinya menghilang. Sebesar itulah kepercayaan diri Frie, kepercayaan diri Sekhmet akan kekuatannya, skillnya, dan kekuasaannya sebagai seorang dewi perang.

Dan yang lebih buruknya lagi adalah, kepercayaan diri itu sama sekali bukan tanpa landasan.

"Biarkan aku lihat seberapa lama kau bisa bertahan menghadapiku"

Frie menurunkan minigun yang melayang di belakang tubuhnya dan juga mengembalikan pistol yang dipegangnya ke holsternya. Kemudian, dia kembali memberikan gesture yang menunjukan agar Valien untuk segera datang padanya.

". . . ."

Seakan merasa terhina dengan gesture itu, roh-roh yang Valien kendalikan termasukan yang jadi partner sementaranya melihat ke arah Frie dengan tatapan tajam. Mata bersinar mereka yang biasanya hanya kelihatan kosong kali ini terlihat terbakar. Dan perasaan membakar itu juga tersampaikan pada Valien sendiri. Dari dalam hatinya, dia mulai merasa kalau tujuannya untuk mengulur waktu terdorong menjadi prioritas keduanya.

Sekarang, hal yang paling dia inginkan adalah membuat Frie menarik kata-katanya sendiri.

"Maju kau! FAKER!!!"

"Aaaaaa!!!!!!. . ."

Dengan teriakan yang tidak bisa ditangakap telinga itu, Valien dan partner sementaranya langsung melesat ke arah Frie dengan kecepatan yang bisa dibilang layaknya kilat. Dan tentu saja, dengan reaksi yang tidak kalah cepatnya. Frie mempersiapkan kuda-kuda bertahannya.

Lalu.

Begitu pedang Valien mulai mendekati leher Frie, kepalan tangan dewi perang itu mengerat lalu melesat ke arah badan pedang Valien dari bawah. Mengirimkan sebuah pukulan kuat ke arah atas yang langsung membuat lintasan serangan Valien meleset jauh dari targetnya.

Serangan itu, menjadi awal dari ronde kedua pertarungan di antara Valien dan Frie.