webnovel

Puding Buah

Keterkejutan di wajah Clara tidak bisa disembunyikan ketika bertemu dengan gadis pujaan hati putra tunggalnya, Lerry. Bukan karena Lerry tidak pernah menceritakan tentang hubungannya dengan seorang gadis teman sekolahnya, tapi karena wajah gadis itu mirip sekali dengan Lerry.

Rasa yang tidak bisa di jelaskan dalam hati Clara membuatnya cepat akrab dengan Felly, bahkan ketika Lerry sedang meninggalkan mereka berdua untuk mandi, Clara dan Felly terlihat sedang bersama-sama menyiapkan puding dan es buah untuk menyertai hidangan makan malam hari ini.

Mata Clara tidak lepas-lepasnya mencuri pandang ke arah Felly sambil berpikir, mengapa ada kemiripan seperti ini, namun Clara tidak berani untuk menanyakan tentang hal yang mendalam yang akan menimbulkan sebuah kecurigaan.

Dengan rambut yang masih basah, Lerry keluar dari kamarnya. Pemuda ganteng dengan tubuh atletis itu terlihat sangat bahagia melihat keakraban kedua wanita yang sangat ducintainya. Dia berjalan menghampiri Clara dan Felly yang sedang menyusun mangkok dan piring di atas meja makan.

"Wuow.. Rupanya kalian berdua sudah bersepakat untuk meracuniku malam ini." seru Lerry sambil tertawa lebar.

Hampir bersamaan Clara dan Felly mengalihkan mata mereka ke arah Lerry.

"Kamu bicara aneh sekali.." kata Clara dengan mengernyitkan matanya.

"Itu, Mami dan Felly membuat hidangan manis yang akan membuat badanku nanti membengkak gemuk." tangan Lerry menunjuk ke arah puding di atas meja sambil nyengir.

"Kamu ini seperti perempuan saja, sedikit-sedikit takut gemuk. Usiamu masih terlalu muda untuk menjadi gemuk, lagian tidak setiap hari kita membuat makanan seperti ini.", timpal Clara dengan nada membantah.

Mereka bertiga tertawa bersama, dan bersamaan dengan itu terdengar langkah langkah kaki mendekat. Terlihat Leon yang sudah berganti dengan pakaian casual di rumah, muncul dari ruang tengah membuat ketiga orang itu mengalihkan pandangan ke arah Leon.

"Loh, sayang kapan sampai..? Aku tidak mendengarmu masuk rumah tadi..", kata Clara ke arah Leon sambil membelalakkan matanya.

Lerry yang sedang dudukpun tidak kalah herannya dengan Clara, karena sejak tadi dia mengira Leon belum pulang ke rumah. Lerry buru-buru berdiri, di tariknya tangan Felly berjalan mendekati Leon yang belum sempat menjawab pertanyaan Clara.

"Papi, ini kenalkan Felly, gadis cantik calon menantu Papi yang sering aku ceritakan." kata Lerry dengan semangat.

Mata Leon sedikit membelalak melihat ke wajah Felly, matanya secara bergantian melihat ke arah Lerry dan Felly, kemudian ke arah Clara yang juga sedang menatap ke arah mereka.

Felly sampai merasa kikuk sendiri karena uluran tangannya masih belum di balas oleh Leon.

"Selamat malam Om, saya Felly.."

Suara canggung Felly memecahkan keheningan beberapa saat itu, sekaligus menyadarkan Leon yang sedang berdiri mematung dengan ekspresi yang tidak bisa di tebak.

"O...Oh..Iya, saya Leon ayahnya Lerry." ujar Leon sambil menyambut uluran tangan Lerry.

Melihat itu Leon tiba-tiba tertawa tergelak sambil berkata,

"Aku tidak heran dengan reaksi kalian, ini bukan pertama kalinya aku temui ketika aku memperkenalkan Felly sebagai pacarku.."

Ucapan Lerry barusan di sambut oleh tawa kecil yang kaku oleh Clara dan Leon, sepertinya sepasang suami istri ini sedang memikirkan hal yang sama.

Setelah mereka berempat mengambil tempat duduk masing-masing, merekapun menikmati hidangan makan malam sambil berbincang-bincang ringan.

Kekakuan suasana yang tadi sempat terjadi sudah tidak terlihat lagi, mereka terlihat akrab bahkan sesekali Leon dan Lerry saling melontarkan candaan mereka. Suasana hangat di rumah itu membuat Felly merasa sangat nyaman.

Namun ketika dia mengingat komunikasi orang tuanya sendiri di rumah, dia hanya bisa tersenyum getir, karena menurut cerita Monic kakaknya, hubungan orang tua mereka tidak sehangat dulu semenjak Felly lahir. Dan hal itu menjadi beban tersendiri untuk Felly, tapi dia tidak pernah berani menanyakan langsung kepada orang tuanya.