Kemesraan Leon dan Clara tidak pernah berubah sejak dulu. Setelah sekian lama akhirnya Leon benar-benar berhasil menyembuhkan luka hati Clara. Delapan belas tahun hidup bersama, sikap Leon terhadap Clarapun tidak pernah berubah seperti masa-masa lalu, meskipun hingga saat ini mereka berdua hanya memiliki Lerry sebagai anak dalam keluarga kecil mereka.
Peran Leon sebagai seorang ayah untuk Lerry patut diacungi jempol, dia sangat menyayangi dan sangat dekat dengan Lerry lebih dari kedekatan Clara terhadap Lerry.
Leon yang bisa di bilang hanya hidup sebatang kara setelah kepergian orang tuanya, merasa tidak sendirian lagi semenjak kehadiran Clara dan Lerry dalam hidupnya.
Malam ini setelah Lerry keluar rumah untuk mengantarkan Felly pulang, terlihat di wajah Leon dan Clara saling memendam sesuatu yang sulit untuk di ungkapkan, membuat mereka berdua lebih banyak diam sambil menonton televisi di dalam kamar. Sesekali mereka saling menoleh bertatap muka lalu saling melemparkan senyum tipis. Namun setelah hitungan yang entah sudah berapa puluh kali, Leon dan Clara sama-sama tidak tahan untuk mengeluarkan isi benaknya. Hampir bersamaan mereka mencoba membuka suara dan bersamaan pula menghentikannya secara spontan, membuat mereka berdua tergelak pelan.
Tangan Leon bergerak merangkul pundak Clara dan merapatkan posisi duduk mereka.
"Kamu duluan deh..." kata Leon sambil mengecup kening Clara.
"Enggak.. Kamu saja duluan.." jawab Clara menatap wajah tampan Leon yang di hiasi oleh senyuman tipis.
"Mmm okay.." Leon berdehem pelan lalu melanjutkan kata-katanya, "Mungkin yang sedang kita pikirkan saat ini sama. Itu..Tentang gadis yang di pacarin Lerry, sepertinya mengingatkan kita pada seseorang."
Dengan agak canggung karena takut membuka kembali hal yang sudah lama terkubur yang bisa melukai hati mereka berdua, dengan hati-hati Clara bicara.
"Tapi...Tadi aku sempat mengobrol dengan gadis itu, katanya orang tuanya bisnis di bidang property, jadi kemungkinan besar yang kita pikirkan salah.."
Leon manggut-manggut mendengar kalimat Clara, diapun juga tidak mau memperpanjang suasana kaku di antara mereka berdua. Dia menarik Clara ke dalam pelukannya.
"Ya sudahlah, mungkin kita yang berpikir berlebihan.."
Clara membalas pelukan Leon dan menyandarkan kepalanya di pundak suaminya, terdengar Leon berbicara lagi setelah tadi berhenti sejenak.
"Sepertinya daripada aku memikirkan gadis itu, malam ini lebih baik aku memikirkan gadisku sendiri.." sambil berbisik di telinga Clara dan menciumi di bagian leher, tangan Leon sudah menyelinap masuk ke dalam baju tidur Clara.
Wanita cantik dengan tubuh sintal itu kaget sejenak dengan sentuhan Leon yang tiba-tiba, namun dia segera ingat kembali, Leon selalu saja seperti ini jika mengingat tentang seorang pria di masa lalu Clara. Seakan-akan Leon ingin mengatakan pada Clara dengan aksinya itu, kamu hanya milikku sekarang, hanya aku yang boleh menyentuhmu seperti ini.
Clarapun tidak pernah nenolak Leon, awalnya karena merasa berhutang budi, namun akhirnya Clara menjadi jatuh cinta pada pribadi dan sosok Leon.
Sentuhan tangan Leon di tubuh Clara terasa semakin liar, bibirnyapun tidak berhenti menciumi Clara dan sesekali menggigit lembut leher jenjang itu, keduanya semakin terhanyut dalam gejolak yang membutuhkan sebuah pelepasan secepatnya. Desahan dan erangan dari mulut Clara membuat Leon semakin tidak bisa menahan diri lagi, diangkatnya tubuh istrinya ke atas ranjang yang empuk, dan dengan cepat melucuti semua yang menempel di tubuh mereka berdua lalu segera melakukan penyatuan dengan wanita yang sangat di cintainya itu.
Malam ini Leon kembali tersenyum puas setelah membuat Clara kelelahan dan tertidur nyenyak dalam pelukannya.
Dalam keremangan lampu tidur, Leon menatap wajah cantik yang terlihat semakin cantik di matanya setelah betahun-tahun menjalani hidup bersama. Leon bergumam pelan sambil mengusap lembut rambut Clara.
"Aku tidak akan membiarkan dia hadir kembali di dalam hatimu, apapun akan aku lakukan agar kamu benar-benar menghapus dia dari hatimu..."