"Nyonya, apa kamu tidak memiliki mata?"
Suara itu terdengar dingin namun sangat seksi, suara yang cukup familiar ditelinga Gina
"Beruntung kamu hanya menabrakku, bagaimana kalau kamu manabrak tiang listrik atau mungkin mobil?"
Gina mengangkat kepalanya untuk melihat wajah lelaki yang dirasa suaranya cukup familiar itu. Dengan senyum penuh kegetiran dan air mata yang masih membasahi pipinya, Gina memandang lekat wajah sang pria. Lelaki yang selalu mengulurkan tangannya ketika dia terjatuh. Lelaki yang sekali lagi datang disaat Gina terpuruk dan membutuhkan uluran tangan untuk menguatkan hatinya
"Tuan, apa kamu tahu kalau hari ini aku berusaha untuk memutuskan hubungan ku dengan mereka? Sekarang aku hanya punya kamu, ibu juga kakek. Aku tidak memiliki ayah ataupun nenek. Apakah kamu bersedia untuk selalu menjagaku?"
Suaranya begitu lemah dan wajahnya sudah sangat pucat, warna gaun yang gelap kini terlihat semakin gelap karena darah. Yudha hanya melihat luka kecil didahi, karena rambut Gina yang cukup panjang dia tidak menyadari bahwa pundak Ginalah yang mengeluarkan darah cukup banyak dan masih ada pecahan gelas yang menancap cukup dalam disana
"Berhenti bicara, kita kerumah sakit sekarang! dahimu terluka!"
Gina menggelengkan kepala. Dia masih ingin bicara pada Yudha
"Tuan mereka menjadikanku hanya sebagai alat disaat mereka butuh. Apa kamu juga akan seperti itu padaku? Apa kamu bersedia menikahiku karena cinta? hiks. hiks.. hiks.. Tidak ada yang mencintaiku.. tidak ada yang benar - benar mencintaiku"
Kesadaran Ginapun akhirnya habis, dia hampir saja terjatuh ke tanah. Beruntung Yudha meraihnya dengan cepat dan berujung menyandarkan tubuh Gina padanya
"Gina! Gina! bangun! Buka matamu Gina!"
Yudha berkali - kali menggoyangkan tubuh Gina. Dia melihat bercak darah dibajunya, barulah menyadari luka Gina begitu parah
"Gadis bodoh!"
Yudha mengangkat Gina dan berjalan dengan cepat menuju mobilnya
"Tuan, ada apa dengan nyonya?"
Hendri terlihat panik melihat Gina yang pingsan dan dengan cepat mendekati Yudha
"Kita kerumah sakit sekarang!" kata Yudha tegas tanpa ingin bantahan
"Baik tuan"
Hendri membuka pintu mobil untuk Yudha dan bergegas mengemudi menuju rumah sakit terdekat
"Tuan, apa kita perlu memberitahukan keluarga Atmaja mengenai kondisi nyonya?"
sambung Hendri setelah mulai mengendarai mobil
"Tidak perlu. Perintahkan seseorang memeriksa kejadian tadi di pesta!" pinta Yudha dengan nada suara datar dan tatapan mata tajam
"Baik tuan!"
Hendri tidak bertanya lebih jauh lagi. Dia fokus mengemudi dan sesekali melihat tuannya melalui kaca spion. Terlihat wajah panik Yudha dan sesekali dia bergumam di tengah kepanikannya
"Gina, bangun. Aku sudah berjanji pada ibu dan kakekmu kalau aku akan menjagamu. Bangunlah!
Shit!
"Harusnya aku tidak membiarkan mu pergi sendiri kerumah itu. Harusnya aku mengikuti kata hatiku dan masuk saja ke dalam. Mungkin ini tidak akan terjadi padamu!"
Terlihat penyesalan dan juga kemarahan pada mata Yudha. Tak berselang lama. Mereka tiba dirumah sakit. Yudha menggendong Gina dan berjalan dengan cepat dengan Hendri yang berjalan di depannya
"Dokter! Suster! Cepat tolong nyonya!" kata Hendri dengan nada panic
"Silahkan baringkan disini!" kata seorang perawat pria yang membawa ranjang dorong pasien ke arah Yudha.
Yudha membaringkan Gina perlahan dan mereka bergegas mendorongnya ke ruang ICU
"Maaf, kalian tidak boleh masuk!" kata perawat kepada Yudha dan Hendri kemudian menutup pintu ICU. Yudha dan Hendri akhirnya menunggu diluar ruang ICU.
Hendri terus memperhatikan wajah Yudha yang terlihat sangat panic
"Tuan, nyonya pasti akan baik - baik saja. Anda tidak perlu khawatir!"
Hendri berusaha menenangkan hati Yudha
"Ya, aku tahu kalau dia akan baik - baik saja. Apa kamu sudah memiliki informasi mengenai apa yang terjadi di rumah Atmaja?" nada bicaranya kembali tenang namun terdengar dingin
"Sudah tuan. Akan saya berikan dalam bentuk laporan"
"Baiklah!"
Ceklek
Setelah sekian lama menunggu akhirnya dokter keluar dari ruang ICU. Yudha segera berdiri dari duduknya dan menghampiri sang dokter
"Bagaimana keadaan istri saya dok?" tanya Yudha dengan wajah yabg penuh kekhawatiran
"Kondisinya sudah mulai stabil, kami sudah mencabut setiap pecahan kaca yang menancap pada bagian pundaknya"
"Pecahan kaca?"
Yudha nampak terkejut mendengar penjelasan dari dokter
"Benar, luka di dahinya tidak terlalu parah. Namun pecahan kaca pada pundaknya menancap cukup dalam. Kami berhasil mengeluarkannya. Hanya saja, akan ada bekas luka di bahunya nanti"
"Itu tidak masalah yang penting dia baik - baik saja"
"Satu lagi, ada sedikit keretakan pada salah satu pergelangan kakinya. Jadi dia juga butuh istirahat dan tidak boleh berjalan - jalan terlebih dulu. Hingga tulang kakinya kembali pada kondisi semula"
Yudha mendengarkan penjelasan dokter mengenai kondisi Gina dengan serius
"Baik dokter, saya mengerti"
"Saya akan meminta perawat untuk memindahkannya ke ruang pasien, jadi anda bisa melihatnya"
"Terimakasih dokter!"
Sang dokter langsung berbalik dan berjalan meninggalkan ruangan ICU. Tak lama perawat keluar dan hendak membawa Gina munuju ruang rawat inap yang terletak dilantai atas.
Yudha mengikuti perawat dari belakang
========
Diwaktu yang bersamaan di kediaman Atmaja, pesta tetap berlangsung meski sempat diwarnai ketegangan
"Nak Rudy, saya minta maaf atas ketidak sopanan cucu saya tadi. Nanti saya akan kembali membujuknya dan akan saya pastikan kalau dia bersedia menjadi istri nak Rudy" Arin berusaha meminta maaf pada Rudy dan membujuknya
"Tidak masalah nyonya Arin. Tapi, apa anda tidak mengkhawatirkan keadaannya? Sepertinya lukanya cukup parah" kata Rudy pada Arin.
Dia adalah pria yang berumur sekitar 40 tahun dan telah memiliki seorang istri juga 2 orang anak. Satu diantaranya telah menginjak usia remaja
"Anda tidak perlu khawatir karena saya telah meminta seseorang untuk membawanya kerumah sakit" Arin menjawab dengan senyum ramah. Rudy hanya mengangguk dan tersenyum
Tak jauh dari sana, Riko sedang menikmati pesta bersama Siska
"Riko, apa kamu tidak menikmati pestanya? Kenapa kamu diam saja? Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Siska pada Riko
"Aku memikirkan Gina, bagaimana keadaannya? Tadi dia pergi dalam keadaan terluka. Aku sangat mengkhawatirkan dia"
Terlihat jelas kekhawatiran di mata Riko
"Kakak pasti baik - baik saja. Lagipula, dia masih bisa berdiri dan berjalan itu tandanya lukanya tidak serius"
"Ku harap yang kamu katakan itu benar, kalau Gina dalam keadaan baik - baik saja"
Kekhawatiran Riko pada Gina membuat Siska semakin membenci Gina
"Lagi - lagi Riko mengkhawatirkan Gina. Aku pasti membuatmu kembali membencinya, tidak akan ku biarkan Gina kembali merebutmu dariku"
Hallo pembaca sekalian. Terima kasih sudah membaca novel ini.
Cara memberikan ulasan & batu kuasa itu gampang banget!
Di aplikasi, kalian pergi ke informasi novelnya, lalu scroll ke bawah & tekan tombol mengundi.
Untuk ulasan kalian tekan ulasan dibawah tombol mengundi lalu setelah itu tekan tombol bergambar pensil, lalu tulis deh ulasan kalian.
Gampang banget bukan? ;)
Kalian bebas mau kasi bintang berapa, mau kritik dan saran juga boleh