24 AKU TIDAK MEMILIKI HUBUNGAN APAPUN LAGI DENGAN KELUARGA ATMAJA! KALIAN TIDAK BISA LAGI MEMANFAATKAN AKU DAN JUGA MENYIKSAKU

Gina akhirnya masuk ke dalam rumah keluarga Atmaja. Para tamu sudah berkumpul disana, termasuk dengan Siska dan Riko yang tengah berbincang dengan para tamu. Tiba - tiba seorang pelayan mendekatinya dan berkata

"Permisi nona Gina. Nyonya besar sudah menunggu anda diruang kerjanya" kata pelayan dengan sopan

"Baiklah. Terima kasih" jawab Gina kemudian dia berjalan menuju lantai dua, dimana ruang kerja Arin berada

Tok tok tok

"Masuk!"

Setelah mendapatkan izin dari Arin, Gina pun membuka pintu dan masuk ke dalam ruang kerja

Ceklek

Terlihat Riska juga tengah berada diruangan itu menemani sang mertua

"Apa kabar nenek? Maaf, karena aku baru mengunjungi nenek. Aku benar - benar sibuk belakangan ini"

"Tidak apa-apa. Duduklah dulu! Bagaimana kabarmu?" tanya Arin sambil menuangkan teh untuk Gina

"Aku baik - baik saja nek"

"Minumlah tehnya. Ini teh yang aku bawa dari luar negeri"

"Terimakasih"

Gina meraih cangkir teh dan mulai mengesapnya meskipun hanya sedikit

"Gina, sekarang kamu sudah memiliki jabatan yang cukup tinggi di perusahaan Kusuma. Aku ingin meminta sesuatu padamu"

Arin berterus terang dengan nada bicara santai, dia orang yang tidak suka basa basi

"Apa itu nek? Jika aku bisa mengabulkannya, pasti akan aku penuhi"

"Pertama, aku ingin meminta saham yang kamu miliki di perusahaan Atmaja. Perusahaan Atmaja tengah mengalami penurunan, jadi aku ingin menjadikannya sebuah perusahaan yang memiliki 1 kepala. Bukan 2 kepala"

Deg

Gina terdiam sejenak setelah mendengar permintaan neneknya. Dia cukup terkejut mendengar apa yang diinginkan nenek Arin darinya. Meskipun dari kecil Gina tidak pernah diperlakukan dengan baik. Tapi Gina mengira bahwa nenek Arin setidaknya akan membiarkan Gina memiliki apa yang menjadi haknya dari mendiang kakek Surya Atmaja

"Jadi dia mengundangku kesini bukan karena dia rindu padaku setelah sekian lama tidak pernah bertemu, melainkan karena saham perusahaan?" pikir Gina dengan senyum mencibir kepada neneknya.

"Jadi nenek mengundang ku karena alasan saham? Lalu apa yang aku dapatkan dari keluarga Atmaja?" Gina berkata dengan acuh tak acuh

"Aku akan menggantinya dengan sejumlah uang yang sesuai dengan harga saham yang kamu miliki"

Gina tersenyum sinis kemudian kembali bertanya pada nenek Arin

"Selain karena saham, apalagi yang nenek inginkan dariku?" tanya Gina dengan nada yang sinis

"Aku ingin kamu menikah dengan Rudy dari perusahaan Agatha. Dia akan jadi investor besar kita kedepannya" Arin bicara dengan sangat santai, seakan dia hanya meminta seorang anak kecil melakukan hal sepele

Gina mengernyitkan dahi karena heran kepada neneknya ini

"Apa nenek serius dengan apa yang nenek minta dariku? Pernikahan itu bukanlah hal yang main - main. Itu menyangkut masa depanku nantinya. Lagipula aku tidak mengenal pria bernama Rudy itu"

Gina menjawab dengan suara yang santai namun sangat terlihat kalau dia mulai kesal

"Memang apa yang salah? Rudy itu orang yang mapan, meskipun jarak usianya cukup jauh darimu. Tapi nenek yakin kalau dia bisa membahagiakan mu nantinya"

"Cih, nenek sudah gila! Bisa - bisanya memintaku untuk menikahi pria tua bangka seperti itu? Kenapa tidak nenek nikahkan saja dengan Siska?"

"Kamu sendiri tahu kalau Siska dan Riko akan segera bertunangan. Sedangkan kamu kan tidak punya kekasih. Apa salahnya kalau kamu menikahinya demi memperkuat posisi kita diperusahaan?"

"Aku tidak mau. Aku tidak akan mengabulkan permintaan gila nenek. Aku ingin menikah dengan pria yang aku cintai"

Gina yang kesal berjalan keluar hendak meninggalkan ruangan kerja Arin

Bruk

Dia membanting pintu dengan keras dan berjalan menuju tangga dengan wajah yang menahan amarah

"Gina, bagaimana bisa dia memintaku mebikahi pria yang usianya jauh diatasku? Jangan mimpi untuk kembali mendapatkan apa yang kamu inginkan dariku!" gerutu Gina dengan air mata mengalir dan wajah kesal

"Gina! Kembali, kami belum selesai bicara!"

Riska mengejar Gina menuju tangga

"Tidak ada lagi yang perlu dibicarakan, tante!" jawab Gina dengan cepat

"Kubilang berhenti!"

Riska kembali berteriak dan berhasil meraih tangan Gina. Dia memegangnya dengan sangat kuat

"Tante lepaskan tanganku! Aku tidak sudi menikah dengan pria tua itu!"

Gina dan Riska menjadi pusat perhatian semua tamu. Mereka begitu penasaran dengan suara keributan yang terjadi dari tangga dekat lantai dua

"Kamu tidak bisa menolak, kamu harus tetap menikah dengan Rudy!"

"Tidak akan. Aku tidak akan pernah mau kalian atur lagi!"

Set...

"Aaahhhh!!!!"

Gina menarik paksa lengannya yang dipegang oleh Riska, hingga akhirnya dia terjatuh dari tangga dan berguling - guling hingga lantai bawah. Tubuhnya tak sengaja menabrak pelayan yang sedang membawa nampan berisi gelas minuman ditangannya hingga semua gelas terjatuh ke lantai. Ruangan riuh dengan teriakan para tamu kemudian hening karena menyaksikan Gina yang terjatuh dan berlumuran darah. Gina terkapar dilantai. Dahi sebelah kanannya mengeluarkan darah karena benturan, bahu dan tangannya terkena pecahan kaca dari gelas. Kakinya pun terkilir. Gina masih berusaha bangkit dengan luka disekujur tubuhnya. Beberapa tamu berusaha membantu. Riska hanya memperhatikan dari atas. Dia juga cukup terkejut dengan jatuhnya Gina. Begitu pun Siska dan Riko.

"Apa kamu baik - baik saja? Kita pergi kerumah sakit sekarang"

Riko berusaha membantunya namun Gina menepis tangan Riko

"Lepaskan. Jangan pernah menyentuhku dan berhentilah berpura - pura baik padaku!"

Gina berhasil berdiri meskipun tidak stabil

"Mulai hari ini, didepan semua orang yang menjadi saksi aku Gina Yulia Atmaja memutuskan bahwa aku tidak memiliki hubungan apapun lagi dengan keluarga Atmaja! Kalian tidak bisa lagi memanfaatkan aku, dan juga menyiksaku"

Dengan suara lemah dan terbata - bata Gina berkata dihadapan banyak orang

"Gina! Apa yang kamu lakukan? Berhenti membuat keributan dan kita kerumah sakit sekarang!"

Terdengar suara ayah Gina dari arah belakang Riska, diapun terlihat menuruni tangga kemudian meneriaki Gina. Bukan wajah khawatir yang terlihat namun tatapan penuh amarah yang nampak diwajahnya. Gina masih berusaha mempertahankan kesadarannya di hadapan semua orang

"Tidak perlu! Tuan Budi Atmaja dan juga nyonya Arin yang terhormat. Kalian tidak perlu lagi ikut campur urusanku. Semua hutangku pada keluarga ini telah lunas. Aku tidak harus membalas budi pada siapapun lagi disini, karena aku telah membayat semua hutangku pada kalian dengan darahku" Gina berkata dengan derai air mata dipipinya

"Selama ini aku cukup bersabar, dari kecil hingga aku dewasa kalian selalu memintaku melakukan apapun sesuai dengan keinginan kalian. Mengatakan bahwa aku berhutang budi karena telah dibesarkan dalam keluarga ini. Bodohnya aku, karena hanya diam mendapatkan segala perlakuan kasar kalian terhadapku. Kini aku tidak ingin lagi jadi boneka mainan dirumah ini. Aku akan jadi orang bebas dan kupastikan kalau aku akan membayar setiap perlakuan kalian terhadapku tanpa kurang satupun"

Gina berbalik dan berjalan keluar meninggalkan ruangan pesta. Darah dari lukanya tak berhenti menetes memberikan jejak pada lantai yang di lewati Gina. Dengan derai air mata dan langkah yang tertatih Gina berjalan sempoyongan. Dengan susah payah akhirnya dia tiba diluar pintu gerbang. Karena tidak dapat menyetir mobil sendiri akhirnya Gina berjalan menyusuri jalan.

Tak jauh dari kediaman Atmaja seseorang memperhatikan gelagat Gina dari dalam mobil. Tatapan matanya berubah tajam. Dia turun dari mobil dan berjalan mendekati Gina. Gina yang pandangan matanya mulai gelap dan langkah kakinya mulai lemah tiba - tiba hampir menabrakkan dirinya

Duk

"Ahh!!"

"Nyonya, apa kamu tidak memiliki mata?"

avataravatar
Next chapter