26 SELAMA DENGANKU KAMU DI IZINKAN UNTUK JADI WANITA YANG EGOIS

Yudha terus menemani Gina disebelahnya. Dia tidak beranjak satu langkah pun dari tempat tidur Gina. Ditatapnya wajah pucat sang istri dengan lekat. Sudah satu hari Gina belum sadarkan diri, dokter mengatakan ada sesuatu yang membuatnya tidak ingin sadar.

Di alam bawah sadar Gina, dia sedang duduk sendiri di taman

"Gina, apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu tidak pulang kerumah?"

Seorang pria tua menyapa Gina dan duduk disebelahnya

"Kakek, aku senang bisa melihatmu. Kenapa kakek meninggalkan ku sendiri dirumah itu?

Ayah tidak pernah percaya padaku. Nenek sejak kecil memang membenciku.. Tapi aku tidak diizinkan pergi kerumah ibu,, hiks.. hiks.. hiks.. Kakek, sampai kapan mereka akan terus menyiksaku? hiks... hiks.. hiks.. Aku tidak pernah melawan ayah, meskipun dia memukul dan mengurungku di gudang gelap, aku selalu percaya kalau suatu hari ayah bisa menyadari kalau selama ini aku tidak bersalah.. hiks.. hiks.. hiks.. Tapi sampai sekarang, ayah tidak pernah mau mendengarkanku hiks... hiks... hiks.. "

Gina dalam mimpinya menangis tersedu - sedu, mencurahkan isi hatinya kepada mendiang sang kakek yang begitu menyayangi nya. Dia adalah Surya Atmaja

"Cucuku sayang, kakek tahu apa yang kamu alami selama ini. Kakek selalu yakin kalau kamu gadis yang kuat dan bisa melalui semuanya sebelum kamu menemukan bahagia. Kebahagiaan sedang menantimu didepan mata. Tapi,, jika kamu sudah tidak sanggup menerima kepedihan lagi. Kakek akan membawamu pergi bersama kakek"

"Aku ingin ikut dengan kakek. Bawa aku pergi denganmu kek..hiks... hiks... hiks.."

Gina meraih tangan sang kakek dan berdiri dari duduknya kemudian berjalan bersama sang kakek, namun terdengar suara seseorang yang memanggil namanya

"Gina! Gina! Jangan pergi! Jangan tinggalkan aku sendiri!"

Gina menoleh ke arah sumber suara, dilihatnya seorang pria dengan tubuh tinggi berdiri di kejauhan. Dengan air mata yang menetes dari pipinya, dia menatap pilu kearah Gina. Hati Gina terasa sakit melihat air mata sang pria. Diapun ikut menitikan air mata

"Gina, kita baru memulai awal hidup baru kita. Kamu tidak boleh meninggalkan ku begitu saja. Kita sudah berjanji akan selalu bersama dan mulai semua dari awal. Bagaimana bisa kamu pergi begitu saja meninggalkan ku sendiri?"

Pria itu berkata dengan senyum yang terukir dibibirnya, lesung pipi menyempurnakan ketampanannya, tapi air mata tak berhenti mengalir membasahi pipinya. Membuat hati siapapun yang melihatnya ikut bersedih merasakan kepahitannya. Hati Gina semakin pilu melihat kesediham pria yang belum lama dinikahinya, Yudha. Dengan isak tangisnya Yudha membuat Gina semakin bingung.

"Gina, kakek tidak akan memaksamu. Tetaplah bertahan. Ada seseorang yang dengan tulus menunggumu. Kakek yakin dia bisa melindungimu kedepannya. Jangan biarkan pria itu kecewa. Lihatlah kesedihan yang terukir jelas dimatanya. Pergilah bersamanya nak. Kakek akan selalu menunggumu hingga saatnya tiba untuk kita bisa kembali bersama"

Sang kakek tersenyum lembut sambil membelai kepala Gina, kemudian berjalan kearah cahaya putih yang menyilaukan sebelum akhirnya menghilang. Gina terus menatap jejak sang kakek yang sudah tak terlihat, tanpa dia sadari Yudha mendekat dan menggenggam tangannya kemudian berkata

"Mulai saat ini, aku tidak akan pernah melepaskan tanganmu ini dan membiarkan mu sendiri"

Gina dan Yudha saling menatap. Genggaman tangan Yudha menghangatkan hati Gina. Gina akhirnya telah sadar, perlahan dia membuka mata dan mengerjapkan mata berkali - kali. Orang yang pertama kali dilihatnya adalah Yudha yang sedang menggenggam tangannya dengan erat

"Akhirnya kamu sadar juga. Nyonya, apa kamu tahu kalau aku sangat khawatir?" kata Yudha dengan senyum di bibirnya begitu Gina membuka mata

Gina berusaha untuk duduk dan Yudha pun membantunya, dia kembali mengingat saat terakhir di pesta

"Tuan, apa kamu tahu apa yang terjadi dipesta? Aku begitu naif dan bodoh hingga mengira bahwa nenek benar - benar merindukan ku, dan ku kira ayah akan menyesal setelah apa yang dia lakukan terakhir kali padaku. hiks.. hiks.. hiks.... Mereka sama sekali tidak merasa menyesal atau kasihan padaku. Mereka terus saja berusaha menindasku"

Gina tertunduk dengan memeluk sebelah lututunya yang ditekuk dan dagunya diatas lutut. Air mata terus mengalir membasahi wajah cantiknya. Yudha mengelus lembut kepala Gina dan berkata dengan lembut

"Kamu sudah bekerja keras selama ini. Kemarin adalah akhir dari pengorbanan mu untuk keluarga Atmaja"

Gina mengangkat kepala dan menatap wajah Yudha. Yudha menghapus air mata Gina dengan ibu jarinya sambil berkata

"Kamu tidak perlu lagi menghiraukan mereka. Mereka tidak pantas jadi bagian hidupmu. Kini ada aku disampingmu. Kamu tidak perlu berkorban apapun lagi" suara Yudha terdengar sangat lembut namun tatapan matanya sangat tajam

"Mereka meminta saham milikku di perusahaan Atmaja. Itu satu - satunya yang ditinggalkan kakek untukku. Kini mereka mengambilnya juga" kata Gina dengan wajah sedih dan suara lirih

"Apa kamu menginginkan perusahaan Atmaja?"

Yudha bertanya dengan nada suara yang rendah

"Maksudmu?"

Gina menatap Yudha penuh selidik

"Jika kamu menginginkan perusahaan itu, aku akan mendapatkannya untukmu"

"Aku tidak tahu"

Gina kembali menundukkan kepala

"Ya sudah, sebaiknya sekarang kamu istirahat lagi. Kamu tidak boleh banyak bergerak untuk saat ini. Kita akan membicarakan masalah ini lagi nanti, setelah kamu keluar dari rumah sakit"

Yudha kembali membantu Gina untuk berbaring

"Yudha, apa kamu menyesal karena telah menikah denganku? Apa suatu saat kamu juga tidak akan mempercayai perkataan ku dan meninggalkan aku pergi?"

Gina yang telah kembali berbaring bertanya dengan air mata yang membasahi pipi. Yudha menghapus air mata Yudha sebelum menetes ke dalam kupingnya

"Aku sudah bilang padamu tadi. Aku ada disampingmu, jadi kamu tidak perlu khawatir. Dan aku akan selalu mempercayaimu, karena aku yakin kalau kamu bukan orang yang akan dengan mudah menyakiti hati orang lain. Mulai sekarang, berhentilah untuk memikirkan orang lain, kamu harus mementingkan dirimu terlebih dahulu"

Yudha memberi tahu Gina dengan nada bicara yang sangat lembut

"Tapi, jika aku hanya mementingkan diriku saja. Aku bisa jadi wanita yang sangat egois"

"Tidak masalah. Selama denganku kamu di izinkan untuk jadi wanita yang egois. Kamu sudah cukup berusaha untuk membuat mereka senang. Kini saatnya kamu menjadi dirimu sendiri. Tidak perlu memikirkan apapun. Cukup lakukan apa yang ingin kamu lakukan!"

Senyuman Yudha begitu menenangkan hingga Gina ikut tersenyum meski dengan mata merah dan sembap karena habis menangis. Diapun perlahan kembali menutup matanya

avataravatar
Next chapter