webnovel

CEO MENGEJAR CINTA

Oktavia Prayuda terpaksa harus menerima perjodohan dan pernikahan dengan seorang CEO muda bernama Elang Sastra Pratama sebagai pelunas utang dan  kerja sama perusahaan papanya. Oktavia Prayuda berumur 19 tahun. Seorang gadis cantik alami,  periang,  pintar, murah senyum dan menurut kepada orang tuanya.  Elang Sastra Pratama seorang CEO pemilik perusahaan Pratama. Corp berusia 30 tahun. Pria yang diincar setiap wanita di dunia. Suka menghalalkan segala cara untuk mencapai ambisinya Akankah pernikahan Oktavia dan Elang bahagia nantinya? 

kirei_ardilla · perkotaan
Peringkat tidak cukup
483 Chs

Bab. 4 Keputusan Tuan Elang

"Jangan ada yang meninggalkan meja makan ini. Ada yang ingin papa sampaikan ke kalian terutama sama Via.  Untuk acara pertunganmu dibatalkan…." kata tuan Raksa berucap diruangan itu. 

Semua orang diam dan tak bersuara sama sekali di ruangan itu. Via merasa senang bahwa dia tidak jadi dijodohkan dengan tuan Elang. Nyonya Sandra dan Tia merasa kecewa kalau Via tidak akan pernah bisa diusir dari rumah ini. 

Rasa senang yang dirasakan oleh Via hanya bertahan sebentar saja. Setelah mendengar lanjutan kalimat yang terjeda dari papanya.  Nyonya Sandra dan Tia merasa senang akan kalimat terakhir yang mereka dengar. 

"Acara pertunganmu memang dibatalkan tapi langsung ke acara pernikahan. Kamu harus siapkan dirimu mulai sekarang Via. Acara pernikahannya akan dilangsungkan 2minggu lagi dari sekarang. Semua sudah dipersiapkan olehnya" lanjut tuan Raksa setelah menjeda beberapa menit ucapannya sebelumnya. 

Flash back on

Setelah Via meninggalkan ruang kerja papanya tak lama terdengar suara dering telpon. 

Drrt drrt drrt drrt

"Selamat malam tuan Elang,  ada yang bisa saya bantu" tanya tuan Raksa dengan sopan 

"Aku terima tawaranmu untuk dijodohkan ke aku. Tapi untuk acara pertunangannya dibatalkan saja yang akan berlangsung 1 bulan lagi dari sekarang. Aku ingin memajukannya 2minggu dari sekarang ke acara pernikahannya langsung.  Apa kau setuju tuan Raksa,  jika tidak lupakan kerjasama kita dan secepatnya kau lunasi semua utangmu ke perusahaanku" dengan tegas dan memaksa tuan Elang mengucapkannya, kalimat yang begitu panjang tak seperti biasanya. 

"Saya setuju tuan Elang,  kapan tuan akan datang melamar  serta menemui anak saya yang bungsu? " tanya tuan Raksa

"Aku tak akan datang ke rumahmu,  untuk acara lamaran nanti anak buahku yang datang ke rumahmu. Kalau untuk menemui anakmu nanti saja pas hari H aku akan menemuinya" ucap tuan Elang dengan lugas dan jelas. 

"Baik,  tuan jika itu keputusannya.  Saya tau tuan pasti sibuk sekali belakangan ini karena sedang mengurus pembukaan kantor cabang yang baru lagi di benua Eropa" kata tuan Raksa menjilat tuan Elang. 

Flash back off

Via berusaha bersikap tegar dan menerima ucapan papanya barusan walau sebenarnya dia ingin teriak dan menolak pernikahan ini. 

Semua orang sudah kembali ke kamarnya masing-masing begitu juga dengan Via. Air mata yang tadi ditahan akhirnya meluncur dengan bebas dan tanpa izin dari sang pemiliknya. 

"Kenapa begitu cepat aku akan menikah dengan dirinya.  Aku belum siap untuk menikah sekarang.  Seperti apa wajahnya pun aku tak tau. Kenapa ini tak adil sama sekali untuk hidupku".batin Via menjerit sakit dan tak terima. 

"Apa yang harus aku lakukan nanti setelah menikah dengannya?  Apa aku masih bisa melanjutkan kuliah sampai selesai atau hanya sampai sini saja?  Sayang beasiswa ku yang aku pertahankan selama ini kalau begitu" batin Via mulai mempertanyakan segala hal. 

Via mulai tertidur setelah lelah menangis dan memikirkan segalanya nanti setelah dia menikah dengan tuan Elang. 

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Di Mansion tuan Elang

Elang sedang duduk dengan tegak dan penuh wibawanya di singgasana diruang kerjanya. Membaca dan menandatangani   dokumen yang sesuai dengan memenuhi semua kriterianya serta menandai setiap hal atau poin-poin yang harus di revisi ulang oleh anak buahnya.

Elang melakukan itu semua setelah memutuskan hubungan telponnya dengan tuan Raksa beberapa menit yang lalu. 

Took tok tok tok

"Masuk" jawab Elang tanpa mengalihkan pandangannya dari tumpukan dokumen yang sedang dipelajarinya. 

"Tuan,  saya ingin mengingatkan kalau besok kita harus terbang ke Amerika untuk mengecek dan memantau perkembangan perusahaan cabang kita disana. Serta perusahan terbesar di sana menawarkan kita kerjasama" Roy mengingatkan jadwal besok

"Baik,  kau siapkan segala keperluannya selama kita disana dan untuk penawaran kerjasama apa perusahaan tersebut sudah memberikan proposal penawaran atau yang lainnya" tanya Elang 

"Siap tuan saya akan persiapkan semuanya.  Untuk proposal yang tuan maksud mereka sedang membuat revisi ulang karena banyak poin-poin yang akan merugikan kita nantinya ke depan" jawab Roy dengan lugas. 

"Untuk kerjasama itu aku serahkan ke kamu,  Roy. Jika nanti menurutmu sudah Ok baru laporkan ke aku untuk kita lanjut menerima atau menolak kerjasama itu" ucap Elang 

"Baik,  tuan saya mengerti.  Untuk tugas yang tuan minta, memantau keluarga tuan Raksa ini hasilnya tuan untuk sementara" kata Roy. 

"Letakkan disitu,  nanti aku akan membaca laporannya" jawab Elang

"Kau boleh pulang sekarang atau kau ingin menginap disini,  Roy?" lanjut ucapan Elang kepada Roy

"Saya akan menginap disini, tuan untuk mempermudah keberangkatan kita besok ke Amerika" jawab Roy

"Roy,  kosongkan jadwalku 2minggu dari sekarang.  Karena aku akan segera menikah dengan Putri bungsu tuan Raksa" ucap Elang 

"Baik,  tuan akan saya laksanakan" jawab Roy

"Ada lagi yang harus saya lakukan,  tuan" tanya Roy

"Kau siapkan semua acara itu semegah dan semewah mungkin tapi aku tak ingin ada media masa yang bisa masuk ke dalam acara ku nanti. Untuk acara lamarannya nanti kau yang datang mewakili aku, aku akan menemuinya nanti pas hari H saja" perintah Elang kepada Roy. 

"Baik,  saya akan laksanakan sesuai dengan keinginan tuan" jawab Roy. 

Dokumen yang diserahkan Roy tadi disimpan di laci oleh Elang. Karena menggangu dan dianggap tidak terlalu penting hal itu.Amerika kembali fokus dengan apa yang dia kerjakan tadi sebelum kedatangan Roy. 

Langit memperlihatkan keindahannya dengan bertaburan bintang-bintang yang kerlap-kerlip tak ada habisnya dan bulan yang seakan malu-malu untuk melihatkan sinarnya dibalik awan. 

Elang bangun dari posisinya untuk kembali ke kamar setelah melihat jam yang menunjukan jam 12 malam.  Untuk membaringkan tubuh dan otaknya sejenak biar fresh sebelum berangkat nanti jam 5 pagi ke Amerika. 

Pukul 03.00 dini hari,  Elang sedang bersiap-siap untuk bertolak ke Amerika. Semua keperluan Elang selama disana dan dokumen yang dibutuhkan sudah disiapkan semuanya. Selang setengah jam dari mereka bersiap tadi sekarang saatnya berangkat ke bandara. Mereka berangkat lebih awal agar tak terjebak macet dan bisa cepat selesai urusannya nanti disana. Walaupun berangkat menggunakan pesawat pribadi,  karena mereka hanya punya izin sebentar untuk take off jika izin itu habis mereka tak diizinkan untuk lepas landas nantinya. 

Sesampainya di pesawat Elang dan Roy mempersiapkan diri  untuk terbang dan mengistirahatkan tubuhnya sementara selama dalam perjalanan menuju ke Amerika. 

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Kediaman rumah tuan Raksa

Cahaya masuk menyelinap melalui celah-celah yang terdapat di gorden.  Via terusik akan cahaya itu.  Dia melirik jam yang terletak di nakas dekat tempat tidurnya,  langsung terperanjat dan lari masuk ke dalam kamar mandi. Baru kali ini Via bangun kesiangan karena kelelahan menangis semalaman.  

Via turun ke bawah langsung menyiapkan sarapan pagi itu. Untung semua orang di rumah itu bangun kesiangan kecuali para pelayan. Dengan cekatan dan luwesnya Via memasak dan menyajikan sarapan tersebut di meja makan. 

Selang beberpa menit semua penghuni rumah turun ke bawah untuk sarapan pagi bersama. Semua orang memperlihatkan wajah bahagia kecuali Via dan tentunya Axel. 

Setelah sarapan selesai seperti biasa mereka kembali melakukan rutinitas hariannya. Hari ini tuan Raksa pergi ke kantor hanya bersama sopir,  sedangkan Axel ada pertemuan dengan client nanti dan diminta sekalian anter Via ke kampus karena searah dengan tempat pertemuan nantinya. 

Didalam mobil tak ada suara yang keluar dari kedua orang yang duduk di depan.  Hanya terdengar suara deru mesin mobil yang sedang melaju membelah jalanan ibu kota yang macetnya sudah berkurang. 

"Kenapa tak memberitahukan ke kakak kalau papa memintamu untuk menikah dengan relasi bisnisnya ?" tanya Axel 

"Apa kak Axel akan membantu Via jika Via memberitahu tentang hal itu.  Apa kak Axel bisa membujuk papa untuk membatalkan hal itu? " ucap Via

"Setidaknya kamu cerita ke kakak tentang hal itu dan bisa kita cari solusinya bersama-sama. Siapa nama teman relasi papa yang akan menikah denganmu nanti" jawab Axel dan bertanya dengan lembut ke Via sambil membelai rambut panjang bergelombang itu. 

"Semua serba mendadak kak (menarik nafas dan menghembuskan perlahan) nama pria itu adalah tuan…..