5 Bab. 5 Perjalan Hidup 

Drrt drrt drrt drrt

Suara telpon masuk mengganggu pembicaraan anatara Via dan Axel. Via mencari handphonenya yang tak sabaran untuk minta secepatnya diangkat. 

"Assalamualaikum,  Irma" memberi salam kepada penelpon 

"Walaikumsalam,  Via cantik sahabatku. Hari ini kamu masukan ga izin kaya yang sudah-sudah" jawab Irma

"Iya,  hari ini aku masuk kuliah. Kebetulan masih dijalan. Kenapa,  Ir" ucap Via

"Aku dan Nadin mau mengajakmu pergi nonton setelah selesai mata pelajaran nanti.  Kebetulan hari ini hanya ada satu mata pelajaran saja. Kamu mau ikut ga,  Via sayang" kata Irma

"Aku minta izin dulu ke papa boleh atau g nya.  Soalnya aku sedang kena hukuman" jawab Via

" Okey lah,  Vi… Semoga diizinkan kamu pergi sama kita-kita  yah" jawab Irma penuh harap. 

Selama Via berbincang dengan Irma di telpon,  Axel fokus mengemudi mobilnya dan mendengarkan pembicaraan mereka walau tidak jelas.

"Ada apa Via,  wajahmu kamu jadi murung kaya gituh? " tanya Axel dengan lembut

"Sahabat-sahabat Via mau ajak nonton selepas pulang kuliah nanti. Tapikan….papa tak mengizinkan Via kemana-mana selain ke kampus saja,  kak" jawab Via dengan sendu

"Pergi saja kumpul dengan sahabat-sahabat kamu,  nanti kakak yang akan bilang ke papa. Nanti kabarin kakak kamu kalau sudah selesai nontonnya,  biar kakak jemput. Bagaimana kamukan Via" tanya Axel

"Iya,  kak Via mau kalau begitu" jawab Via

Perjalanan tak terasa yang mereka lewati, saling berbincang dan susah semakin dekat dengan kampus. 

"Kak turun disini saja,  Via jalan saja sampai kampus. Nanti kakak telat datang untuk pertemuan dengan client" kata Via 

"Memang tak apa kalau kamu turun disini masih jauh jalan untuk sampai ke fakuktasmu Via" tanya Axel 

"Tak apa kak,  hitung-hitung Via olahraga hahahahaha" jawab Via sambil bercanda ke Axel

"Baiklah,  nanti jangan lupa kabarin kakak untuk di jemput dimana. Oke, Via" Axel mengingatkan kembali Via untuk mengajarinya setelah selesai nonton. 

"Siap kak,  nanti aku kabari" balas Via dengan senyuman bahagia. 

Setelah Via turun dari mobil,  Axel menekan gas mobilnya melaju menuju tempat pertemuan dengan client di restoran Sekar Nusa. Restoran yang terbilang mewah dan hanya orang-orang tertentu saja yang bisa masuk kesana. 

Dalam perjalanan menuju fakultas Ekonomi Via berjalan sambil bersandung lirih. Tanpa dia sadari ada sepasang mata yang mengawasi dari tadi dia turun dari mobil. 

Alex mengepalkan tangannya dan memukul setir mobil karena terbakar cemburu melihat Via turun dari mobil. Dia tidak terima Via pacaran dengan orang lain,  seharusnya Via menjadi miliknya sejak dulu. 

"Apa ini alasannya kamu menolak aku waktu itu karena dirimu sudah punya kekasih Via?  Aku akui memang mobilnya lebih bagus dari diriku,  sepertinya pacar Via bukan anak kuliahan karena tadi aku melihat sekilas pria itu menggunakan jas. Pupus sudah harapan aku untuk bisa mendekatinya,  pria itu memiliki segalanya jika dibanding dengan diriku ini" batin Alex menjerit meratapi perjalanan hidup tentang cintanya yang tak mungkin terbalaskan nantinya. 

Jam pelajaran telah usai Via,  Irma dan Nadin menuju lapangan parkir mobi untuk menuju bioskop sperti yang tadi mereka sepakati. 

Selama perjalanan menuju bioskop yang terletak di dalam mall terbesar di kota itu. Mereka bersenandung dan tertawa bersama.  Tak terasa kalau mobil sudah memasuki area parkir mall tersebut. 

Mereka membagi tugas, Nadin membeli tiket setelah sepakat mau menonton film horor. Via dan Irma membeli cemilan untuk nanti didalam. 

Saat Via dan Irma mengantri untuk membeli cemilan ada pria yang menyela di depan mereka. 

"Tuan,  maaf anda harus mengantri. Jangan menyela orang yang sudah antri dari tadi" ucap Via lembut terhadap pria asing itu. 

"Aku tak punya waktu untuk mengantri karena sebentar lagi sudah akan diputar filmnya.  Kenapa kalian tidak terima,  aku bayarin sekalian makanan dan minuman yang kalian semua beli" ucap pria itu yang bernama Jhonathan dengan sombongnya. 

"Ckck,  terima kasih untuk tawarannya… Aku masih bisa membayar makanan dan minuman yang diriku beli,  tuan" ucap dengan menahan kesalnya terhadap pria sombong tersebut

Setelah selesai dengan perdebatan dengan pria asing tersebut dan membeli makanan serta minuman mereka masuk kedalam theater bioskop yang akan segera memutar film horor tersebut. 

"Semoga tak akan dan jangan sampai ketemu manusia sombong seperti itu lagi" ucap Via dalam batinnya

Mereka semua keluar dari bioskop menuju lobby utama mall tersebut menggunakan lift untuk mempercepat dibanding naik eskalator yang harus jalan dari eskalator satu ke eskalator lainnya yang menuju tempat yang mereka tuju. 

Setibanya mereka di lobby Via mengeluarkan ponselnya dan menghubungi  kak Axel. 

Tut tut tut tut tut

"Assalamualaikum,  kak. Kakak sudah sampai mana,  Via sudah menunggu di depan lobby utama mall ini" Via berucap memberitahukan posisinya sekarang. 

"Walaikumsalam,  Via. Kakak sebentar lagi sampai,  ini sudah masuk area mall" jawab Axel

"Oke,  Via tunggu kak" jawab Via

Via memasukan kembali ponselnya ke dalam tas. 

"Posisinya dimana sekarang kak Axel,  Vi? " tanya Nadin

"Sebentar lagi sampai. Iru mobil kak Axel sudah sampai" jawab Via

"Aku duluan yah,  takut kak Axel masih ada urusan lainnya" lanjut Via berucap

"Iya,  Vi… Hati-hati dijalan dan nanti kita sambung lagi" jawab Irma dan Nadin bersamaan

Didalam mobil hanya terdengar suara mesin mobil saja sampai Axel memecah keheningan tersebut. 

"Eheeemmm" Axel berdehem untuk memulai bicara

"Vi,  kak harus singgah di hotel yang tak jauh dari sini. Kamu tidak apa-apa kan kalau kita kesana dulu. " tanya Axel

"Tidak apa-apa,  kak. Kita bisa mampir ke hotel tersebut dulu" ujar Via dengan senyum mengembang. 

"Baiklah kalau begitu. Tadi kamu sudah makan atau belum? Nanti kamu pesan apa saja yang mau dimakan di meja terpisah dari kakak di restoran hotel tersebut nanti.  Kakak takut lama diskusinya. Kamu tidak masalahkan,  Vi? " Axel memberi penjelasan kepada Via. 

"Tak masalah,  kak. Tapi nanti kakak yang bayarkan untuk makanan yang Via pesan. Hehehehe" tanya Via dengan wajah memelas. 

"Iya,  kakak yang bayar" ucap Axel sambil mengacak-acak rambut Via. 

"Kakak,  rambut Via jadi berantakan" Via berucap sambil memonyongkan bibirnya. 

Tak terasa mereka sudah sampai di hotel yang dituju.  Axel dan Via tutun di lobby disambut ramah oleh petugas dan security hotel tersebut. Axel menyerahkan kunci mobilnya kepada petugas khusus hotel untuk memarkirkan mobilnya. 

Axel dan Via masuk kedalam hotel langsung mengarah ke restoran. Mereka memisahkan diri setelah sampai depan pintu restoran tersebut. Via duduk manis sampai pelayan menghampirinya sedangkan Axel sudah bergabung dengan client yang tadi pagi sudah ditemuinya. Axel harus menemuinya kembali untuk membahas kerjasama mereka yang tadi tertunda karena belum mendapatkan kesepakatan dikarenakan orang tersebut harus mempelajari dan meminta persetujuan dari bosnya terlebih dahulu. 

Via menikmati makanan yang dia pesan. Sesekali membalas chat di ponselnya yang berisik dari tadi digroup. Axel melihat apa yang dilakukan adiknya disela-sela pertemuan itu. 

Senyum mengembang dari wajah Axel dan Via keluar dari hotel tersebut. Mereka langsung masuk mobil dan meninggalkan hotel tersebut menuju rumah kediaman keluarga Prayuda. 

Mobil yang dibawa Axel tidak bisa dibawa kencang karena terhambat oleh kemacetan yang mulai merayapi jalanan ibu kota tersebut. Kebetulan mereka meninggalkan hotel bersamaan dengan orang-orang yang pulang kerja. Axel dan Via harus sabar untuk sampai ke rumah kalau keadaan seperti ini,  tak banyak yang bisa lakukan selain berbincang ringan dan bercanda seperti biasa yang mereka lakukan kalau hanya berdua saja. Tak ada seorangpun yang tau kalau mereka dekat dan Axel begitu menyayangi Via. 

Setelah satu jam lebih mereka beradu dengan kemacetan dijalan,  akhirnya sampai juga di rumah. Mereka masuk seperti biasa saja. Axel masuk dengan sifat cueknya, jauh berbeda dengan sikapnya yang tadi sedangkan Via dia biasa saja. 

Mereka langsung menuju kamar masing-masing dan tak ikut makan malam karena mereka sudah makan tadi di restoran. 

avataravatar
Next chapter