webnovel

Blood Princess Dreamer

Aria adalah siswa yang baru lulus SMA tetapi gagal masuk universistas. Selama dia hidup dia selalu bermimpi aneh menjadi sosok Princess of Vampire yang memiliki kehidupan berbeda dengan dunia nyatanya. Dia yang selalu berpikir itu adalah mimpi, selalu berpikir bahwa itu hanya khayalan belaka. Tidak pernah di bayangkan itu nyata, tetapi pena takdir tidak menulis bahwa kehidupan adalah kehidupan manusia biasa. Ketika Malam dia diserang oleh mahluk mengerikan dan hampir terbunuh, tetapi saat itu dia membangkitkan kekuatan yang sama versi layaknya kekuatan dari mimpi tersebut. Dia Kemudian bertanya keras pada dirinya. Mimpi itu apa? kenapa diriku bisa menggunakan kekuatan itu, Apa yang terjadi pada diriku, siapa yang ada di dalam mimpiku itu. Mahluk apa Diriku ini?

kerty_Oicu · Fantasi
Peringkat tidak cukup
11 Chs

2. Salah Satu Mimpiku

Mata ku terbuka melihat pemandangan yang asing, dan tidak asing secara bersamaan. Kasur terasa begitu empuk untuk sebuah kasur tanpa ranjangnya, ini bahkan memiliki gravitasi yang jauh lebih kuat dari kasur asli ku.

"Ah. Sebaiknya aku bangun segera saja."

Aku duduk di kasur kemudian mengusap mataku dengan tangan. Sekali lihat saja aku sadar ini kamarku, tidak lebih tepatnya kamarku di mimpi ini. Aku ingat betul bahwa ini adalah mimpi yang selalu muncul setiap aku tidur. ini sudah seperti kehidupan kedua ku.

Bangkit dari kasur terlihat sosok gadis dengan tinggi sekitar 150 cm dengan rambut perak yang terurai karena baru bangun tidur. mata iris merah pekat layaknya sosok yang akan menghisap darah. Tidak hanya itu mulutku terasa terganggu dengan rahang yang cukup panjang.

"Sekarang Namaku, Arial Bloodreinas."

Tubuh ini jauh lebih pendek dari tinggi asliku yang sekitar 165-175, aku belum ukur lagi sih. Tetapi dibandingkan tubuh asliku tubuh ini jauh lebih kuat karena tubuh ini merupakan ras bernama Vampire.

"Nyonya, selamat siang. Ijinkan saya menggantikan pakaian mu."

Seorang pelayan berupa Maid yang sudah dari tadi di samping kasur langsung bangkit dan berkata seperti itu.

"UmU, baiklah."

Sejak aku sering masuk mimpi ini digantikan pakaian oleh seorang maid adalah keseharian ku. Ada beberapa alasan tetapi yang paling kuat adalah pakaian disini sangat sulit digunakan sendiri.

Selama digantikan pakaian dan menuruti instruksi, aku terus terpikirkan banyak hal. Seperti apa yang akan terjadi di mimpi ini, kenapa diriku bisa tetap tenang walaupun mimpi ini terus muncul sudah seperti ini bagian dari hidupku yang lain.

"Nyonya, Ibu anda ingin berbicara dengan anda setelah ini."

"Baiklah nanti aku pergi ke ruangannya."

"Ijinkan saya ikut."

"Itu membuatku senang, tetapi sepertinya Ibu sedang ingin urusan pribadi."

"Begitukah."

Wajah dia terlihat kecewa dengan ucapanku, dia seperti anjing yang memelas ketika aku selesai mengatakan itu.

"Tidak usah kecewa seperti itu."

Aku mengangkat dagu pelayang perempuanku, dan membisikan sesuatu.

"Jangan pasang wajah seperti itu. Itu membuat wajah cantikmu rusak."

Entah karena cara membesarkan bangsa Vampire seperti ini, aku seperti biasa melakukan hal seperti penggoda berlebihan, dan bahkan skinship yang terlalu dekat. Apalagi Ibuku itu jauh lebih ngeri.

Setelah berpakaian aku langsung melangkah ke ruangan ibuku.

Pintu kayu yang besar dengan gagang terbuat dari bahan emas yang mengkilap. Ukiran yang indah adalah hal paling menarik pintu tersebut. Sebuah ukiran sederhana tapi begitu menarik perhatian.

Aku dorong dan terlihat seorang Vampire perempuan yang sedikit lebih tinggi dariku. Dia sedang duduk di meja sembari mengarahkan cangkir kaca ala bangsawan. Dia mengarahkan itu pada bulan.

"Selamat Siang ibu."

Dia memiliki wajah yang mirip denganku, rambut di ikat dua gaya rambut bisa disebut Twintails. Dia terlihat layaknya loli dalam istilah jejepangan. Aku tahu dia adalah ibuku sendiri disini, tetapi begitulah kenyataanya bahwa dia adalah sosok loli Vampire yang cukup populer di majalah manga jepang.

"Putriku yang imut akhirnya datang juga. Sudah berapa lama kamu tertidur."

"Entah."

"Begitukah."

Tanpa ada api seketika sebuah asap muncul. Sebuah Energi sihir atau disebut mana dia tembakan pada diriku. Proyektil berbentuk layaknya kelelawar berkurang lengan langsung menerjang ruangan dan mengarah pada diriku depan pintu.

Sebuah cairan kental berwarna merah yang merupakan darah yang dikentalkan langsung menahan proyektil tersebut. Benda itu aku kendalikan dengan segala kepenuhan dan itu berasal dari tubuhku karena kekuatan Vampire ku.

"Ibu ada apa tiba-tiba menyerang putrimu ini."

"Tidak hanya mengetes saja. Putriku ini sedang bermain-main atau bukan."

Dia memang seperti itu. Sosok yang ringan, tetapi memiliki tatapan serius bukan main. Tidak salah lagi dia pantas disebut Princess Vampire. Sosok Vampire yang berada di bawah ratu yang siap menggantikan posisi sang Ratu, dan aku adalah putrinya.

"Jangan pasang wajah marah wahai putriku yang manis."

Dia datang ke arahku dengan cara yang tidak biasa. Dia berubah menjadi pecahan energi berbentuk kelelawar dan mematerialisasikan diri dari Tengah dan secara perlahan memeluk diriku, dia dengan sengaja membiarkan kepala kecilku menyentuh dada yang tidak begitu terisi.

"Kamu pasti berpikir hal anehkan."

"Tidak, hanya saja Ibu yang paling kecil di antara para Princess."

"Diam, kamu sendiri seorang Princess loh."

Begitulah, meskipun ibu anak gelar princess bisa didapatkan oleh vampire yang diakui oleh takdir itu sendiri, atau lebih tepatnya sang ratu sendiri. Kenapa disebut sang Ratu karena pemimpin sekarang adalah sang Ratu.

"Berarti kamu yang paling kecil."

"Tetapi sampai sekarang aku tidak pernah bertemu dengan sang ratu."

"Soal itu, karena dirimu masih Putriku sang Ratu memprioritaskan diriku."

"Ibu bisa lepaskan tidak?"

"Tidak mau, aku masih mau mengisi Arial Energi dulu."

"Ibu masih banyak kerjaan kan?"

"Masih sangat banyak, maka dari itu aku perlu mengisi Energi."

Ketika Ibuku terus memeluk, aku sadar bahwa Ibuku ini terasa begitu hangat, salah sih pengolah kata untuk itu. Saat aku di dunia Nyata Ibuku sudah meninggal sejak aku kecil, ayahku pergi jauh untuk menafkahi ku sejak SMP, aku dibesarkan bersama nenek sejak SMP, tetapi umur manusia sangat pendek, nenekku meninggal dan akhirnya aku memutuskan tinggal sendiri dengan uang pemberian ayah.

Aku sepertinya begitu kehilangan perasaan memiliki ibu sampai membayangkan mimpi seperti ini. Kemudian ini sangat membuatku bahagia, dan terus mempertahankan mimpi menjadi Putri dari Bangsawan Vampire.

"Gaun yang kamu gunakan beneran imut, siapa yang memilihkan?"

"Rei yang memilihkan."

"Dia memiliki sense yang bagus. Putriku beneran imut."

Dia menempelkan keningnya pada keningku. Mata kami saling bertatapan. Aku merasa sangat malu pada momen ini, tetapi aku tidak mau melawan sedikitpun.

"Putriku, kamu memiliki tubuh yang lemah jadi hati-hatilah. Ibu akan melindungi mu."

"Tenang saja ibu aku lebih kuat dari perkiraanmu."

"Benar sekarang kamu sudah jauh lebih kuat."

Dia melepas kening nya dan kembali ke kursi dengan melangkahkan kaki. Dia duduk dan kembali ingin mengatakan sesuatu, tetapi dari balik kaca di belakang meja ibuku terlihat 2 monster dengan kepala buaya tanpa sisik dengan tiga cakar dia melompat masuk menerobos.

Tetapi dengan segera aku langsung menusuk kepala kadal tersebut tepat di jantung. Kemudian aku mengeluarkan seluruh dari tubuh kadal dan menembakan satu kadal sampah itu tepat di kepalanya menggunakan darah dari temannya.

"Sepertinya kerajaan Redzheart sedang tidak baik-baik saja." Ucapku dengan nada santai.

"Begitulah. Monster dari Underdark sepertinya bergerak aneh. Ibu sibuk mengurus itu kadal-kadal menjijikan ini."

Pecahan kaca tidak ada yang melukai ibu, tentu karena semacam barrier sihir.

"Apa aku perlu urus yang masih bersembunyi Ibuku tercinta?"

"Benar juga, ibu sedang sibuk dengan kertas-kertas ini."

Aku melihat sekitar dan melihat monster kepala buaya itu muncul dalam jumlah banyak, ada lewat jendela, pintu depan jumlah mereka ada sekitar 12 monster kadal, tetapi salah satu dari mereka ada yang berbicara.

"Jangan menghalangi kami Arial Bloodreinas Vampire si Pengendali Darah-darah."

"Ternyata para kadal hanya makhluk bodoh, ada yang memiliki sedikit otak ternyata."

"Sayang jangan terlalu kasar. Nanti ruangan ini berantakan."

"Baiklah."

Dari tanganku langsung keluar darah, dan menunjukan sikap siap bertarung, kemudian darah-darah dari mayat sebelum aku kendalikan dan membersihkan lantai dan meja ibuku.

"Selamat Datang di Malam Darah para Tamu kadal."

Semua yang ada disana langsung tertusuk oleh sebuah darah yang ku kendalikan dan semua menusuk tepat pada leher dan kepala mereka. Semua itu tepat menusuk di bagian vital.

" dan Selamat Tinggal."