webnovel

Berkenalan dengan Dia

"Ay, kenapa kamu nggak suka sama aku?" Tanya Ara mendadak, disaat Aya sudah mulai merasa nyaman didekatnya.

"Eh, kok..." Aya tentu saja terkejut dan menoleh kembali ke arah Ara. Yang ternyata ia sudah ditatap oleh Ara sedemikian dekatnya. Aya hampir saja hendak mundur, namun dengan cepat ditahan Ara dan Ara menciumnya.

Aya membelalakkan matanya. Ia todak menyangka akan dicium oleh Ara di tempat umum seperti ini. Jantungnya berdetak cepat. Ia mencoba melirik ke kanan dan ke kiri untuk melihat, apakah ada orang yang melihat mereka atau tidak.

Aya tidak bisa melihat jelas karena Ara menuntutnya untuk berciuman. Aya menghitung waktu.

Satu...Dua...Tiga...

Ia sangat malu. Pipinya terasa memanas. Ia takut dilihat orang. Dan ia takut ada orang yang mengenalnya.

Ara merasakan ketegangan dari Aya. Ia membuka matanya. Ia menghentikan ciumannya dan menatap Aya. Aya yang kedapatan melirik kesana kemari, membuat Ara sedikit geli. Namun ia pura-pura memberengut.

Aya yang sadar akan hal itu langsung angkat bicara. "Aku khawatir ada orang yang mengenal kita. Aku malu." Jelas Aya dengan terburu-buru.

Perasaan Ara langsung berubah dan ia tersenyum sambil membelai pipi Ara. "Kalau begitu, kita bisa cari tempat yang tidak bisa dilihat orang lain." Senyum jahil Ara yang mendadak membuat perasaan Aya tidak enak karena merasa ada sesuatu yang direncanakan oleh Ara.

"Eh, nggak usah." Tolak Aya dengan menaruh kedua telapak tangannya di dada Ara. Ia mendorong Ara agar menjauh. Ara menaikkan sebelah alisnya. Ia terlihat tampan dengan senyum miring jahilnya.

Wajah Aya semakin memanas dan memerah. Dan Ara bisa melihat hal tersebut dengan jelas karena mereka berada di bawah cahaya rembulan. "Ayo kita kembali ke hotel? Takut nanti kita masuk angin." Kata Ara sambil menarik tangan Aya.

"Ayo." Jawab Aya. Dan merekapun kembali ke hotel. Ara merangkul Aya dengan mesra.

👫💓👫💓👫

Keesokan harinya, saat Aya dan Ara sarapan di Kemangi Bistro, mereka bertemu dengan salah satu rekan kerja Ara. Mereka langsung membicarakan masalah pekerjaan.

Saat melihat, Aya merasa kalau pembicaraan mereka itu penting. Karena Aya tidak ingin mengganggu atau mendengar pembicaraan mereka, maka ia pun mohon diri untuk pergi ke tempat makan di ruang lain. Ada beberapa tempat makan di hotel tersebut.

Awalnya Ara tidak mengizinkan, namun karena Aya bersikeras ingin mencari udara segar di luar, mau tidak mau Ara mengizinkan. Karena ia juga tidak bisa mengabaikan rekan kerja yang ia temui saat ini. Ada sesuatu hal penting yang harus mereka bicarakan. Kesempatan itu datang mendadak tanpa direncanakan Ara. Dan ia tidak mau melewatkan hal tersebut. Aya mengerti hal itu, makanya ia beringsut pergi.

Aya pergi ke Bogey's Teras. Tempatnya berada di luar ruangan, dengan kursi yang berpasangan yang ditengahnya terdapat meja bundar. Lokasi tersebut menyajikan hijaunya pemandangan golf yang luas.

Sebelum Aya duduk di salah satu kursi, Aya mengambil beberapa camilan di meja pantry restoran untuk dibawa menemaninya membaca buku.

Saat ia hendak menyendok keripik di sebuah tempat, sendok tersebut juga hendak dipegang oleh tangan yang lain. Akhirnya tangan Aya tergenggam tanpa sengaja oleh tangan seorang lelaki.

Aya terkejut dan menoleh melihat lelaki tersebut, sambil menarik tangannya. Lelaki tersebut juga segera menarik tangannya.

Mereka sama-sama saling menoleh dan beberapa detik sempat terdiam.

"Ehm.." Lelaki tersebut berdehem sambil menaruh kepalan tangan kanannya di depan mulutnya. "Maaf, tadi aku nggak liat dan nggak sengaja. Aku.." Belum selesai ia bicara, Aya telah menyelanya. "Nggak apa-apa. Aku juga tadi langsung menangkap aja, tanpa melihat-lihat dulu." Sambil tersenyum.

Lelaki tersebut pun tersenyum. Ia mempersilahkan Aya untuk mengambil keripik tersebut duluan. Setelah itu Aya permisi pergi duluan.

👫💓👫💓👫

Aya mengambil tempat duduk yang menghadap langsung ke lapangan golf. Saat ini belum ada terlihat seorang pun yang bermain golf. Karena biasanya, orang-orang bermain sekitar jam 10 pagi.

Lapangan tersebut nampak bersih dan rapi. Bagaikan karpet beludru berwarna hijau.

Aya lalu mengambil earphonenya dan menyalakan musik lewat handphonenya. Ia mulai menikmati lagu yang diputarnya sembari membaca buku yang dibawanya.

Tak lama, Aya melihat dari sudut matanya, ada seseorang yang duduk di sampingnya. Mereka hanya dipisahkan oleh sebuah meja bulat sedang, yang di atasnya terdapat makanan camilan dan minuman Aya.

Aya menoleh ke kanan melihat siapa yang duduk di sebelahnya. Ternyata lelaki tadi yang bersamaan dengan ia mengambil keripik.

"Eh, kamu?" Tanya Aya sedikit kaget. Lelaki tersebut tersenyum. "Hm, hai. Aku lihat disini enak juga buat memandang keindahan alam sambil nyemil keripik dan mendengarkan musik." Ia tersenyum lagi. "Namaku Lando." Katanya lagi sambil menyodorkan tangan kanannya.

"Eh..." Aya sempat terdiam sepersekian detik dan lalu menyalami lelaki tersebut. "Aya." Akhirnya Aya berkenalan dengan Lando.

"Dengerin lagu apa?" Tanya Lando. Tapi Aya hanya diam saja. Lando kembali tersenyum. "Kamu disini ngapain? Lagi liburan kah?" Lando berusaha mengajak Aya mengobrol.

"Iya." Jawab Aya tanpa memandang Lando. Ia berusaha untuk tidak terlalu akrab dengan lelaki tersebut.

Aya terus saja mendengarkan lagunya sambil sesekali mengunyah keripiknya dan menyesap minumannya.

Lalu dengan kaget Aya menoleh kembali ke sebelahnya, karena saat itu Lando sudah mengambil earphonenya yang sebelah kanan dan memakainya di telinganya yang sebelah kiri.

Kepala mereka hampir bersentuhan. Aya menatap Lando dengan jarak yang sangat dekat. Pipinya terasa memanas, dan Lando suka melihat hal tersebut. Tanpa disadarinya, ia sudah membelai pipi kanan Aya. Ayapun semakin merasa deg-degan.

Setelah beberapa detik, Aya tersadar dan memundurkan kepalanya dan melepas earphonenya. Begitu pula dengan Lando yang juga melepas earphone Aya yang dipakainya.

"Kamu ngapain sih?!" Tanya Aya ketus sambil menggulung dan menyimpan earphonenya di dalam tas slempangnya.

"Aku penasaran, kamu lagi dengerin musik apa sih. Aku tanyain kamu, kamu nggak jawab. Jadi ya aku cari tahu sendiri." Jawabnya dengan tertawa renyah.

Aya mendengus kesal. "Apa-apaan orang ini! Sok akrab! Baru juga kenal, itupun bukan disengaja." Kata Aya dalam hati. Ia cepat-cepat menyesap minumannya dan berdiri hendak pergi. Namun ia dicegah oleh Lando dengan menarik tangannya yang membuat Aya terhenti.

"Eh, kenapa sih?! Jangan pegang-pegang ya??" Masih dengan ketus Aya bertanya sambil menepis tangannya yang dipegang oleh Lando.

"Kamu mau kemana? Baru juga kita duduk disini."

"Aku mau kembali ke kamar. Aku nggak konsen dengar lagunya dan baca bukunya. Aku nggak bisa menikmati pemandangan kalau ada yang ganggu!" Sahutnya.

"Hmm, okelah kalau begitu. Silahkan...." katanya dengan membuka tangan mempersilahkan Aya lewat.

Aya mengerutkan keningnya sambil berjalan melewati Lando dan masuk kembali ke dalam.

Lando yang berdiri sendiri, hanya tersenyum melihat Aya pergi meninggalkannya.

Sesampainya Aya di dalam, ia segera pergi ke Kemangi Bistro. Ia mencari-cari keberadaan Ara, namun tidak ditemukannya. Lalu ia mengambil handphone, mencoba menelepon Ara. Terdengar suara deringan yang artinya aktif dan masuk, tapi tidak diangkat.

Aya mencoba beberapa kali menelepon, tapi tetap tidak diangkat. "Heran??" Pikir Aya. Rasanya tidak mungkin Ara pergi tanpa memberitahukan kepadanya. Setidaknya Ara akan menghubunginya melalui telepon.

Lama Aya berdiri di restoran tersebut, akhirnya Aya memutuskan untuk kembali ke kamar hotel. Ia berharap Ara sudah berada disana.

*

*

@@@#@@@#@@@

Salam

SiRA.