webnovel

Teka-teki Ara

Sesampainya Aya di kamar, ternyata suaminya belum kembali. Ia mencari ke seluruh ruangan kamar, namun Ara juga tidak ada. Aya mulai bingung, tidak biasanya Ara tidak memberitahukan ia kalau sedang pergi atau hendak melakukan sesuatu.

Ia meraih kembali ponselnya dan berusaha menelepon Ara. Namun kali ini ponsel Ara sudah tidak aktif. 'Aneh' pikir Aya.

Aya kembali turun, menuju restoran tempat mereka sarapan semula. Masih banyak orang yang berada di dalam. Dipandanginya semua orang yang ada, siapa tahu ternyata Ara masih ada di ruangan tersebut.

Saat Aya asyik mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, salah satu petugas yang ada si ruangan tersebut melihat Aya yang tampak sedang mencari-cari seseorang dan ia mendekati Aya. "Maaf bu, ada yang bisa dibantu?". Tanyanya saat berdiri di samping Aya.

Aya lalu menolehkan badannya, melihat siapa yang bertanya. "Oh, anu mba, saya sedang mencari suami saya, Ara. Pak Ara. Apa mba ada lihat?" Jawab Aya sekaligus bertanya kepada petugas tersebut.

"Oh pak Ara. Tadi saya lihat beliau pergi ke Bogey's Teras." Sahut petugas wanita tersebut yang ternyata namanya adalah Wani karena tertera di bajunya.

"Bogey's Teras??" Kata Aya bingung. "Tapi kok saya nggak ketemu ya?" Katanya bertanya, yang ditujukan lebih kepada dirinya sendiri.

Wani terlihat sedikit bingung dengan pertanyaan tersebut. Dan Aya menimpali "mungkin saya yang memang nggak lihat." Katanya lagi sambil tersenyum. Ia pun segera pergi ke Bogey's Teras setelah mengucapkan terima kasih kepada Wani.

Saat Aya tiba di Bogey's Teras, sama seperti di Kemangi Bistro tadi, Aya celingak celinguk mencari Ara di setiap tempat dan sudut. Masih tidak ditemukannya yang dicarinya.

Ia pun mendatangi petugas yang berdiri tidak jauh dari tempatnya. Petugas tersebut mengatakan kalau Ara sudah keluar tak lama setelah ia keluar dari ruangan tersebut.

Deg...

Aya langsung merasakan sesuatu yang tidak enak di hati. Ia bertanya pada dirinya, kenapa Ara tidak mendatanginya kalau memang ia ada ke tempat ini.

Aya mulai curiga dengan pikiran-pikirannya. Sempat terbersit pertemuannya dengan Lando. Aya khawatir kalau Ara melihat mereka dan salah paham. Aya kemudian bergegas hendak kembali lagi ke kamar.

Saat ia keluar dan hendak menuju lift, di ruang tamu lobi, Aya melihat Ara yang sedang duduk santai, merentangkan kedua tangannya di sofa sambil memandanginya. Ada sedikit keraguan pada Aya, namun ia segera menghampirinya.

"Mas?? Kamu kok ada disini? Aku nyariin kamu dari tadi. Di kamar nggak ada, di tempat makan juga nggak ada. Kamu habis dari mana mas?" Serang Aya dengan pertanyaan-pertanyaan yang sedari tadi memang membuatnya penasaran.

"Belum juga kamu duduk, pertanyaan yang kamu kasih ke aku itu sudah sepanjang lapangan pesawat." Sahut Ara sambil tertawa renyah. Tidak ada tanda-tanda ia marah atau curiga.

Aya yang duduk di depan Ara juga langsung tersenyum tipis tanda ia masih belum stabil, ia masih curiga. "Kamu dari mana mas?" Tanyanya kembali dan perlahan.

"Dari tadi aku disini aja." Sahutnya santai dan tersenyum. Namun Aya merasa kalau senyuman yang diberikan Ara itu tidak tulus.

"Kamu..." Aya terhenti, tidak melanjutkan pertanyaannya.

"Kenapa? Kamu mau tanya apa?" Tanya Ara tetap sambil tersenyum. Hal ini malah membuat Aya semakin merasa bahwa Ara menyembunyikan sesuatu.

"Eh, nggak. Nggak ada mas." Entah kenapa Aya merasa malas untuk mencari tahu kemana Ara tadi pergi. Aya menghindari perdebatan dengan Ara.

Seperti bisa menebak, Ara lalu bertanya "kenapa nggak lanjutin pertanyaan kamu tadi? Kamu penasarankan??" Tanya Ara.

Beberapa detik Aya menatap curiga pada Ara sebelum akhirnya ia kembali bertanya. "Mas???" Aya mendelik melihat Ara. "Dari tadi aku nyari-nyariin kamu. Kamu kemana?" Ia mencoba mempertanyakan pertanyaannya yang tadi.

Ara memajukan badannya sambil menopang dagunya. Ia menatap tajam pada Aya. Aya pun semakin yakin kalau ada sesuatu yang Ara ingin sampaikan namun sengaja dilambat-lambatkannya.

Aya mulai salah tingkah karena ditatap sedemikian rupa seperti itu oleh Ara. "Menurutmu aku kemana?" Ara memecah keheningan dengan kembali bertanya.

"Aku pikir kamu pergi dengan teman kamu tadi. Tapi aku heran, kenapa mas nggak ada ngabari aku?" Jawab Aya tegas.

"Hmmm...." Ara seperti menimbang-nimbang. Lalu ia bangkit dari duduknya dan mengulurkan tangannya kepada Aya. Aya sempat bingung, namun menerima uluran tangan Ara dan berdiri.

"Ayo kita kembali ke kamar?" Ajak Ara yang diikuti oleh Aya. Ara menggenggam tangan kiri Aya.

👫💓👫💓👫

Saat Aya masuk ke dalam kamar, dibelakangnya Ara menutup pintu kamar dengan keras. Lebih tepatnya membanting pintu kamar tersebut.

Aya kaget dan langsung membalikkan badannya. "Ada apa??" Tanyanya penasaran.

"Hmmm..." Ara menaikkan sebelah alisnya dan tersenyum. Lebih tepatnya ia menyeringai. Hal ini membuat Aya mulai berpikir, ada yang tidak beres. Sedari tadi Aya memang merasakan ada seauatu yang ditutup-tutupi oleh Ara. Tapi Aya tidak tahu apa itu.

Tiba-tiba saja Ara hendak menangkap tangan Aya, namun dengan segera Aya menghindar dan mundur. Aya sudah menebak apa yang akan dilakukan Ara saat itu.

Ara hanya terkekeh melihat Aya bisa menghindarinya. Ia pun perlahan tapi pasti maju mendekati Aya, namun Aya segera mundur.

"Mas, kamu kenapa mas? Kenapa kamu....." Belum selesai Aya bertanya, Ara sudah menyelanya terlebih dahulu. "Aku kenapa???" Katanya.

"Eh, aduh." Aya yang tanpa sengaja menabrak meja yang ada di belakangnya dan hampir jatuh karena ia tidak dapat menyeimbangkan badannya. Saat itu juga, Ara dengan segera menangkap badan Aya sehingga Aya tidak jatuh terjerembab.

*

*

@@@#@@@#@@@

Salam

SiRA.