webnovel

Aku Adalah Hujan

[Romance dengan sedikit magical realism. Dikemas unik, bertabur quote, manis dan agak prosais. Hati-hati baper, ya. Hehe] Kamu percaya tentang malaikat di bawah hujan? Malaikat itu menjelma perempuan bermata teduh, membawa payung dan suka menulis sesuatu di bukunya. Lalu, ini istimewanya. Ia membawa payung bukan untuk menjemput seseorang. Namun, akan memberikan payung itu sebagai tanda rahmat. Terutama untuk mereka yang tulus hati. Siapa yang mendapatkan naungan dari payung itu, ia akan mendapatkan keteduhan cinta sejati. Kamu percaya? Mari membaca. Selamat hujan-hujanan. Eh, kamu masih penasaran siapa dia? "Aku adalah Hujan. Yang percaya dibalik hujan memiliki beribu keajaiban. Aku akan lebih menagih diri berbuat baik untuk orang lain. Pun, mendamaikan setiap pasangan yang bertengkar di bumi ini. Demikian keindahan cinta bekerja, bukan?" Gumam Ayya, perempuan berbaju navy yang membawa payung hitam itu. Ayya tak lagi mempercayai keajaiban cinta. Tepat ketika dikecewakan berkali-kali oleh Aksa. Ia memutuskan lebih berbuat baik pada orang lain. Impiannya adalah bisa seperti malaikat di bawah hujan. Yang sibuk memberi keteduhan, meskipun mendapat celaan. Sejak itu, ia menjuluki dirinya sebagai "Hujan" Sebuah bacaan tentang perjalanan cinta, pergulakan batin, pencarian jati diri, dan apa-apa yang disebut muara cinta sejati. Tidak hanya romansa sepasang kekasih. Baca aja dulu, komentar belakangan. Selamat membaca.

Ana_Oshibana · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
194 Chs

Part 77 - Perkelahian Tak Tertahankan

Aksa terdiam. "Kamu pucat, Ay."

Ayya kini terdiam. Matanya memandang tak tentu arah. Sebagian tubuhnya goyah.

"Sayang, kamu gapapa?" Aksa memapahnya.

"Ayo, masuk dulu. Duduk. Kamu perlu istirahat."

Ayya berusaha menguatkan dirinya.

"Ndausah, Mas. Kita sudah siap pergi. Aku akan ikut denganmu. Kita keluar kan? Atau mau menepi di rumah ini saja?"

"Tapi... kamu gapapa?"

"Pikirkanlah, Nona Ayya. Aku mencintaimu." Ucap Kelana tersenyum. Seolah menantikan uluran tangan Ayya.

Sebuah suara mengagetkan Aksa dan Ayya.

Bugg!!

Plaak!!

Tak henti-hentinya, Aksa langsung memukulnya. Wajahnya memerah marah. Mendidih segala amarah. Darah segar mengalir begitu saja dari wajah laki-laki itu. Seulas senyum berusaha ia tawarkan padanya. Meski susah.

"Hahaha." Hanya itu yang keluar dari Kelana.

Tak ada perlawanan. Sampai Ayya meminta Aksa berhenti memukulnya.

"Sudah, Mas. Sudah... percuma."

"Dia sudah keterlaluan! Harus dikasih pelajaran!"

"Sudah, Mas..."

"Ayo, kita pergi saja."

Bab Terkunci

Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com