webnovel

A Girl from My Dream

Namaku Angelo, biasa dipanggil Gelo Statusku saat ini memiliki pacar, namun hubungan kami sampai saat ini sangat dingin dan bahkan sering sekali bertengkar. Hingga suatu hari aku bermimpi bertemu dengan seorang gadis berambut merah. Aku yakin aku mengenalinya, entah kenapa aku merasakan sesuatu yang menggelitik di perutku saat bertemu dengannya. Sepertinya aku pernah bertemu dengannya sebelumnya. Siapa dia? Aku menemukan gadis itu di kehidupan nyata. Ia gadis masa kecilku. Apakah ia jodohku sebenarnya? Kenapa aku bisa lupa padanya?

AngeloBear91 · perkotaan
Peringkat tidak cukup
53 Chs

Bagian 11. Minggu (1)

Bagian 11. Minggu (1)

Aku membuka mataku perlahan. Aku melihat langit-langit kamarku. Cahaya matahari pagi menembus jendela kamarku. Aku tidak dapat tidur dengan nyenyak semalaman. Aku terus memikirkan jenis usaha apa yang bisa aku kerjakan agar dapat memenuhi tuntutan dari Beth. Beth menuntutku untuk bisa merintis usaha sendiri.

Selama ini, Beth tidak pernah bermasalah dengan uang. Ia tidak pernah merasakan sulitnya mencari uang. Bahkan ia sendiri tidak perlu bekerja. Harta kekayaan keluarganya sudah lebih daripada cukup untuk hidup. Sedangkan, untuk membuka usaha baru itu tidak segampang membalikkan telapak tangan.

Aku tidak ingin mengakhiri hubunganku dengan Beth begitu saja. Aku harus berusaha memenuhi tuntutannya. Mencari peluang usaha baru. Tapi apa? Aku terus menanyakan pertanyaan yang sama berulang kali pada diriku.

Sky masuk ke kamarku begitu saja tanpa mengetuk pintu. 'GREK!' Handle pintu dibuka dengan keras. Sky masuk dan langsung duduk di tepi ranjang. Gadis kecil dengan kucir rambut kuda sudah menjadi ciri khas dari Sky. Sky saat ini masih duduk di bangku kuliah. Umurku dengan Sky memang selisih cukup jauh.

"Kak Gel kak Gel... gimana kemarin? Berhasil kaan??" Tanyanya dengan muka berseri-seri.

Aku langsung bangkit dan melempar bantalku ke mukanya, "Kalau masuk ke kamar, ketok dulu!" Ujarku. Sebagai anak bungsu, Sky terkadang memang suka seenaknya sendiri. Mungkin kami terlalu memanjakannya sejak kecil.

"Tehehe.." Sky tertawa cengegesan setelah menerima lemparan bantal dariku. "..iyaaa..maap..maap.. terus gimana? Gimana,kak Gel? Oke ga?"

"Kamu kenapa ga bilang kalau beli bunga jangan pakai Potnya?" Protesku.

"Hah?" Sky kaget. "..kak Gel beli bunga sama Pot-potnya juga?" Serunya. Ia tidak dapat menyembunyikan ekspresi kagetnya sekaligus menahan tawa. Akhirnya Sky langsung tertawa lepas.

Aku memilih diam dan kembali berbaring diatas kasurku. "..tau aah.." ucapku sambil berusaha kembali tidur.

"Iiihh...kak Gelll...ceritaaaaaaa...ceritaa!!" paksanya sambil mengguncang-guncangkan tubuhku.

"Iyaa-iyaaa..."jawabku. "..kakak beli sama pot-potnya! Puas?"

"Terus gimana? Terus gimana?"

"Ya ga gimana-gimana.. diterima juga kok bunganya. Malahan Beth suka.. ehm..sampai-sampai dipajang di tamannya juga." Karang aku. Yah,sedikit membual dikit ga apa-apalah,pikirku.

"Hmm.."Sky menatapku dengan tatapan curiga.

"Kenapa?"

"Masa sih Kak Beth suka?" Ujarnya tidak percaya. "..terus kenapa sampai jam segini kakak ga ngapel ke rumah Kak Beth? Jangan-jangan ditolak bunganya terus kakak diusir gara-gara bawa bunga sama potnya ya?"

"Enak aja!" Bantahku. "Beneran diterima tau.." aku langsung bangkit berdiri dan mengambil handukku. "Nih mau mandi terus ke tempat Beth"

"Oh ya?" Sky menatapku dengan tatapan curiga. Sepertinya semakin aku meladenin Sky, ia akan semakin bawel. Sebenarnya aku dan Beth sudah baikan setelah aku memberikannya bunga tadi malam. Yaah, walaupun sebenarnya hubungan kami masih agak dingin gara-gara masalah tuntutan Beth tadi malam.

"Yauda kalau ga percaya.."jawabku cuek sambil berjalan ke luar kamar meninggalkan Sky di kamarku.

--

Aku menghentikan motorku di tepi jalan. Aku memilih kabur dari Sky sebelum Sky semakin bawel. Sky pasti akan terus menanyakan sedetail mungkin tentang Beth apabila aku tetap di rumah. Lebih baik aku keluar mencari makan atau ngongkrong,pikirku. Aku mengeluarkan handphone dari kantongku. Orang pertama yang kuingat adalah Month. Aku langsung menelpon Month.

'Month! Keluar yuk.. makan and nongkrong gitu..' ajakku.

'Ga deh,Gel..gue mau bergalau-galau ria dulu di kasur..' jawabnya singkat. Dari suaranya, terdengar jelas Month kalau ia belum bangkit dari tempat tidurnya. Baru kali ini kulihat Month sampai segalau ini sama cewek. Kalau udah gini, bisa-bisa Month akan seperti ini terus selama beberapa minggu ke depan.

'Gara-gara Rani?' Tanyaku. Sebenarnya aku tidak perlu menanyakannya lagi. Sudah pasti gara-gara Rani,gebetannya.

'Hu-uh..' Month menjawab tanpa semangat.

'Yauda deh.. next time aja deh.. silahkan lu lanjutin galau-galaunya..'

Aku mematikan teleponku. Ngapain ya enaknya? Pikirku. Apa aku coba ajak Beth jalan ya?

Aku menelpon Beth.

Tidak diangkat..

Setelah mencoba beberapa kali telpon, masih tidak diangkat juga. Sebaiknya aku meninggalkan pesan saja.

'Beib.. jalan yuk..' ajakku melalui pesan BBM dari blackberry.

Tidak ada balasan. Mungkin Beth masih tidur.

Aku menunggu selama beberapa saat di pinggir jalan dan menatap layar handphoneku. 'Bib-bib' Tiba-tiba ada pesan BBM masuk. Mungkin itu dari Beth. Aku buru-buru membuka pesan tersebut. Ternyata Vele yang menghubungiku.

'Gel.. hari ini sibuk ga?' Begitu isi pesannya.

Vele merupakan gadis berambut merah yang kami temui di kafebar malam itu. Tiba-tiba ia menghubungiku. Ada apa ya? Pikirku.

'Ga kok,Vel.. ada apa?'balasku.

'Hari ini ketemuan yuk!'ajaknya 'aku mau ngomong sekalian..'

'Boleh..mo ngomong soal apa?' Tanyaku.

'Soal Rani..'jawabnya.

Aku langsung tertarik dengan arah pembicaraan ini. Mungkin aku bisa mencari tahu alasan kenapa Rani tiba-tiba menghindari Month. Soal botol itu,pikirku.

'Oke..ketemu dimana?' Jawabku.

'Di klinikku aja di daerah Jakarta Utara..nanti mungkin kita sekalian makan siang kalau mau.'

'Boleh,Vel.. aku meluncur ya'

'Oke..' Vele mengirimkan alamat kliniknya ke handphoneku. Tidak terlalu jauh dari rumahku.

Aku langsung pergi menuju ke klinik tempat Vele bekerja. Sesuai arahan dari Vele, tidak butuh waktu yang lama untuk menemukan kliniknya tersebut.

Aku masuk ke dalam ruko yang dijadikan tempat klinik dokter giginya tersebut. Aku disambut gadis petugas resepsionis di pintu masuk.

"Selamat pagi, apakah sudah bikin janji dengan dokternya?" Tanya gadis di meja resepsionis tersebut.

"Ah,tidak,mba.. saya mau ketemu Ibu Vele..saya temannya."jawabku.

"oh,Dokter Vele sedang ada pasien,Pak." jawabnya "..silahkan menunggu di ruang tunggu lantai 2 saja,pak"

Aku pun menuju ke lantai 2. Hal pertama yang kulihat setelah menaiki tangga adalah area bermain anak-anak. Mungkin ini tempat anak dari para pasien bermain sembari menunggu orang tuanya ditangani oleh dokter giginya. Di sebelah kananku aku melihat sofa besar. Aku langsung duduk di atas sofa tersebut sambil menunggu Vele selesai menangani pasiennya.

Tidak ada pasien lain yang menunggu pagi ini. Hanya ada aku sendiri di ruang tunggu. Aku melihat sekeliling. Suasana di ruang tunggu ini cukup nyaman. Ada tempat bermain anak-anak yang disertai perosotan dan lantainya yang dilapisi gabus permainan anak-anak. Di hadapanku terlihat sebuah televisi berukuran 70 inch. Pasti mahal,pikirku. Selagi aku menunggu, gadis resepsionis di pintu masuk tadi membawakanku secangkir kopi panas. Wow, Servis yang baik sekali.

..to be continued..

Thanks for reading.. please leave a rate and comment if you like my story..

and if you want to support me, dont be hesitate to give me spirit stones :)