13 Bagian 12. Minggu (2)

Bagian 12. Minggu (2)

Vele keluar dari ruangan prakteknya bersama dengan seorang tante-tante berambut cetar. Tubuh tante-tante ini cukup besar. Ia mengenakan terusan berwarna merah dengan tas bermerk Louis Vuiton di lengannya. Beberapa perhiasan emas juga menghiasi pergelangan tangan dan jemarinya. Tidak lupa sebuah kalung dengan liontin sebesar jangkar kapal bergelantungan di dadanya. Tidak-tidak.. hanya sebesar kepalan tanganku. Tante ini terus tertawa cekikikan saat berbicara dengan Vele. Vele membalas dengan tertawa secara anggun di hadapanku. Ia melayani tante-tante tersebut dengan ramah. Tante itu terus berbicara tanpa henti sambil berjalan ke arah tangga turun. Aku cukup takjub melihat Vele yang sanggup meladeni obrolan tante tersebut.

Akhirnya tante-tante tersebut turun dan meninggalkan kami berdua. Vele menghela napas lega kemudian menatapku. Aku menatap Vele dan tertawa.

"Kamu sanggup ladenin tante itu?" Ledekku.

"Namanya juga servis buat pasien.." jawabnya sambil tertawa.

Hari ini aku dapat melihat wajah Vele dengan lebih jelas. Terakhir kali aku bertemu dengan Vele, tempatnya agak gelap. Aku melihat Vele mengenakan dress putih yang membentuk lekukan tubuhnya. Ia tersenyum manis menatapku. Wajah Vele ternyata benar-benar cantik. Rambut merahnya yang panjang dan ikal sungguh membuat wajahnya terlihat lebih segar dan semakin menarik. Ditambah lagi dengan kulitnya yang putih bersih bak bidadari. Ternyata Vele termasuk gadis dengan kategori level S. Aku tidak menduga kalau Vele ternyata jauh lebih cantik dari perkiraanku.

"Gel?"panggilnya membuyarkan lamunanku.

"Eh..ah..iyaa..."aku sedikit gelagapan karena terpesona dengan kecantikan Vele. Terakhir kali aku bertemu dengannya, aku tidak melihat dirinya secantik ini. Mungkin memang karena suasana kafe saat itu gelap dan malam itu aku juga sedikit mabuk. Jadi aku tidak terlalu memperhatikannya dengan jelas.

"Sorry,sorry tadi ada pasien tiba-tiba" ujarnya sambil menempelkan pipi kanan dan kirinya padaku. Cipika-cipiki sepertinya sudah biasa baginya.

Aku kembali terhipnotis dengan wangi parfumnya. pipinya yang kenyal juga mengenai pipiku saat cipika-cipiki.

Aku tersadarkan. Bukan waktunya untuk terbuai dengan kecantikan dari Vele.

"Iya..santai aja,Vel." jawabku sambil berusaha mengendalikan diriku. Aku sudah punya Beth,aku sudah punya Beth. Aku menekankan kalimat tersebut berulang-ulang dalam benakku. "By the way, kita mau ngomongnya disini aja atau keluar?"tanyaku.

"Ehm..kamu bawa motor sport lagi ya?"tanyanya.

"Hu-uh.." aku mengangguk.

"Aku lagi pake dress nih.. ga bisa naik motor kayaknya..." ujarnya sambil sedikit mengangkat roknya yang pendek.

Dress yang dikenakan oleh Vele memang agak pendek dan seksi. Pandanganku seolah tidak bisa terlepas dari pahanya. Bentuk kakinya juga bagus bak model. 'Glek' Aku menelan ludah. Ada apa denganku? Kenapa fokusku tidak bisa terlepas dari bentuk tubuh Vele. Sepertinya daya tarik Vele terlalu mempesona.

"Gel?" Lagi-lagi panggilan Vele membuyarkan lamunanku.

"Ah..iyaa..iyaa.."jawabku, "kita naik taksi aja ke mall di dekat sini gimana?

Vele tertawa kecil kemudian menangguk.

Tak lama kemudian, taksi pesanan kami datang dan kami pun pergi ke mall di dekat kliniknya Vele.

Layaknya orang pacaran, Vele mengaitkan tangannya di lenganku. Kami mencari tempat yang pas untuk mengobrol. Aku menyadari kalau orang-orang di sekitar memperhatikan kami. Mungkin lebih tepatnya mereka memperhatikan Vele. Sepertinya aku mengerti apa yang dirasakan mereka. Beberapa saat yang lalu aku juga terpesona dengan kecantikan Vele. Yaah, mungkin mereka tidak dapat merasakan apa yang kurasakan saat ini. Digandeng oleh gadis kelas S. Walaupun mungkin Vele menganggap hal ini biasa aja,pikirku.

Kami duduk di salah satu rumah makan khas Indonesia. Seperti rencana awal, kami memang berencana untuk makan siang bersama. Vele memesan makanan pedas. Sepertinya ia suka makan makanan pedas. Seleranya tidak berbeda jauh dariku. Aku sempat berpikir, seandainya aku belum punya pacar.. tidak-tidak.. aku tidak boleh berpikiran seperti itu.

"Jadi,apa yang mau kamu bicarakan soal Rani?" Tanyaku.

"Gini,Gel.. Rani itu kan teman baikku.." Vele mulai menjelaskan,"..akhir-akhir ini dia lagi galau dan sering curhat sama aku.."

"Galau kenapa?" Aku mulai mengira-ngira hubungan antara kegalauan Rani dengan Month.

"..Rani itu sekarang lagi cari pacar yang serius. Dia mau cari pasangan yang bisa serius sampai ke jenjang pernikahan bahkan sampai tua."

"Oh? Terus?"

"..nah..yang aku tau, Rani itu udah demen banget sama Month. Dari selera humornya..candaannya.. pembawaannya.. semuanya deh..Rani sudah curhat sama aku. Dia udah ngerasa cocok banget sama Month."

"..nah lantas? Kenapa dia kayak ngejauhin Month ya?" Sambungku tiba-tiba

"..aku juga mau nanya hal yang sama..tapi.." ucapan Vele terhenti karena makanan pesanan kami telah datang.

"Sambil makan aja kali ya?" Ujarku.

Vele mengangguk dan mulai mengangkat sendoknya.

Aku juga mulai mengangkat sendokku dan mengambil suapan pertamaku. Makanan pertama yang masuk ke perutku hari ini.

"..terus..tapi apa?" Lanjutku.

"..tapi kamu jangan marah atau anggap aku gimana-gimana ya.."ucap Vele.

"..biasa aja kali..emank mo nanya apaan?"

Vele menghela napas. Dan menatapku serius.

"..Gel.. kamu bisa kencing dibotol ga?" Tanyanya tiba-tiba.

"Pfft!!" Makanan di mulutku tiba-tiba muncrat. Aku tersedak dan terbatuk-batuk. Aku benar-benar kaget mendengar pertanyaan Vele.

"Kamu ga apa-apa?" Tanya Vele sembari menepuk-nepuk pundakku. "Sorry..sorry..aku ga maksud nanya kayak gitu.."lanjutnya.

Aku meneguk minuman di meja dan berusaha menenangkan tenggorokanku. Makanan pedas di kerongkongan sungguh menyiksa. Apalagi sampai ke hidung.

"Ga apa-apa..aku yang salah.."ucapku.

"Maaf.." Suara Vele lirih. Sepertinya ia merasa bersalah menuturkan pertanyaan seperti itu.

"..Vel.. emanknya ada apa sih dengan kencing di botol?" Tanyaku,"..kemarin Month juga menanyakan hal yang sama dengan lesu. Month seperti orang yang kehilangan semangat hidup lagi lho."

"..ehm.. jangan kasih tau siapa-siapa ya.." Vele memelankan suaranya, "..kalau bisa kencing di botol bukannya 'itu'-nya cowok kecil ya?"

Sekali lagi aku hampir kesedak makanan.

"Nggak dong.. bukan kayak gitu cara ukurnyaa.." Jawabku. Pembicaraan macam apa ini?

"..yaa.. soalnya.. si Rani pernah bilang..dia pengen ngerasain buat pertama kalinya dia itu yang besar. Soalnya kan bakal seumur hidup.." jelas Vele. Raut muka Vele juga terlihat memerah dan menahan malu. Aku dapat merasakan kalau Vele juga berusaha menahan malu menanyakan hal seperti ini. Terutama pada cowok yang baru dikenalnya.

"..nggak,Vel..nggak.. bukan kayak gitu cara ukurnya..beneren deh.." aku juga malu untuk membicarakan hal ini. Tapi bagaimana ya? Mungkin demi Month, kami harus mengklarifikasi hal semacam ini. Month dan Rani sudah sama-sama saling suka. Mereka mungkin ditakdirkan bersama.

"..Rani pernah cerita, dia kalau sama Month, ada ngerasain Klik atau Zinc gitu.." lanjut Vele.

"klik?" Tanyaku.

"..iya..semacam perasaan Klop gitu sih katanya..dia langsung yakin kalau Month itu orang yang cocok banget buat dia.. tapi gara-gara masalah botol itu..Rani jadi galau.."

"Month juga lagi galau parah sekarang. Dia dan Rani mungkin cuman miskomunikasi. Ukuran 'itu'-nya cowok bukan diukur pake botol." jelasku. "..mungkin kita perlu klarifikasi ke Rani. Jangan sampai hanya karena hal seperti ini mereka jadi tidak dapat bersatu "

"Iya.."Vele mengangguk setuju.

"Sebaiknya kita atur waktu biar mereka bisa ketemu."

"Setuju..kita jebak mereka!"ujar Vele dengan semangat.

"Jebak?"

"Iya..kita jebak mereka agar bisa ketemuan. Waktu akan membantu mereka menyelesaikan masalah mereka. Kita cuman membantu agar mereka bisa ketemu lebih cepat." Ucap Vele.

Aku menangguk. Vele tersenyum lebar.

"Anyway.. kamu free juga kan hari ini? Habis ini kita jalan-jalan yuk" ajakku.

"Boleh..aku mo beli baju juga nih..temanin ya"

Aku mengangguk.

kami menghabiskan hari kami di mall dengan shopping dan membeli beberapa cemilan. Di mata orang lain mungkin kami terlihat seperti orang pacaran. Tetapi aku rasa Vele menganggap hal seperti ini adalah hal biasa. Begitu juga denganku. Aku tidak boleh menaruh perasaan pada Vele. Saat ini statusku masih punya pacar.

Malamnya, aku sedang tiduran di kamarku sambil membuka pesan dari BBMku. Beth belum membaca pesanku sampai sekarang. Ada apa dengannya? Kenapa sampai seperti ini? Aku sudah mengirimkan pesan untuk mengajaknya jalan dari tadi pagi.

Tidak lama kemudian, Beth membalas pesanku.

'Besok jangan lupa datang ke rumah! Kita bahas soal kemarin!' Begitu isi pesannya.

Gitu doang? Ga ada kata-kata sorry karena tidak membalas pesanku dari pagi? Gumamku. Aku menghela napas panjang. Bagaimana ya aku menghadapi Beth besok? Aku hanya membalas 'oke' dan melempar handphone blackberryku ke tepi kasur.

Aku mengambil smartphoneku dan mulai mengutak-atik layarnya. Instagram? Apa ini? oh iya.. ini aplikasi yang diinstall oleh Heed. Tidak ada salahnya aku buka dan bikin akun baru. Pikirku.

Aku membuat akun Instagram baru dan tentu saja orang yang ku-follow pertama kali adalah Heed. Di dalam list teman yang di-follow oleh Heed, aku melihat ada nama yang tidak asing. Foto profilenya juga tidak asing. "ROS??" Aku tersentak sembari menyebutkan namanya.

Aku langsung membuka profilenya dan menekan tombol follow.

'Request Following..'

Ah,akunnya private. Aku hanya bisa membuka akunnya setelah di-approve oleh Ros.

Mungkin aku sebaiknya tidur dan menemui Beth besok. Kebetulan besok tanggal merah dan aku libur.

Aku pun tidur.

----

..to be continued..

Thanks for reading.. please leave a rate and comment if you like my story..

avataravatar
Next chapter