webnovel

Neraka untuk para pendusta

Ketakutan menjalar pada semua orang yang ada di arena. Mereka yang menonton pertarungan melalui televisi dan media sosial pun juga tak kalah takutnya. Sedangkan Arde malah tertawa terbahak-bahak dengan wajah maniaknya. Ada banyak penonton yang berlarian menuju ke pintu keluar arena. Sebagian besar masih tetap tinggal, karena rasa penasaran mereka melebihi rasa takut yang ada. Makhluk di dalam gerbang merangkak keluar untuk menunjukkan wujud aslinya. Bagaimanakah wujud aslinya? Sangat mengerikan.

Dia seperti gurita, namun berwarna hitam, memiliki 12 tentakel yang berbentuk seperti lengan, memiliki 10 mata merah yang besar, dan di bagian belakang dan sampingnya terdapat banyak mulut yang tersusun dengan posisi tak beraturan ditambah dengan gigi-gigi tajam yang menghiasinya. Makhluk itu, Nyarloth, terlihat seperti

Mimpi buruk yang nyata. Dan semakin banyak orang yang takut padanya, maka semakin kuat juga dia.

Nyarloth terbang menuju kearah serigala besar, melewati Arde yang ada dibawahnya. Gerakannya agak lambat, namun itulah yang diinginkan oleh makhluk tersebut supaya lebih bisa menakuti orang-orang. Melihat monster mengerikan yang terbang kearah mereka, tentu saja Neyla dan kawan-kawannya panik tidak karuan. Mereka ingin kabur, namun mereka tak mau para penonton kecewa.

Beberapa saat kemudian, Nyarloth sudah berada tepat diatas makhluk magis panggilan Party Permata Hitam. Makhluk magis yang berwujud serigala besar berwarna biru itu tak bisa melakukan apapun selain bergetar ketakutan. Lalu, salah satu tentakel Nyarloth melilit badan serigala besar itu, lalu memasukkannya ke salah satu mulutnya dan menelannya hidup-hidup.

Grrrraaaaaaaakh!!!

Nyarloth mengaum sebentar. Setelah menyelesaikan aumannya yang menyeramkan, dia kembali terbang kearah gerbang. Lalu Nyarloth masuk kedalam gerbang dan menutupnya. Gerbang yang tertutup perlahan dilahap oleh asap hitam dan pada akhirnya lenyap sepenuhnya. Lingkaran sihir juga hilang tanpa bekas. Keadaan telah kembali normal.

Party Permata Hitam keheranan karena melihat Nyarloth yang tidak menyerang mereka. Si komentator pingsan, banyak penonton yang pergi dari arena, dan sisanya berkeringat dingin melihat mimpi buruk barusan.

Mereka yang menonton melalui media pun juga sama. Tak ada yang bisa berkata-kata. Arde menyukai suasana ini, tenang dan tak ada gonggongan anjing menyebalkan.

"Hey, kenapa makhluk itu pergi?" Tanya Yuga.

"Mana aku tahu!" Balas Neyla.

"Makhluk magis tingkat tinggi yang kita panggil... Dikalahkan dengan mudah..." Ucap Miya dengan nafas tersengal.

Yang lainnya masih diam, tak mau berkata-kata.

Clap clap clap!!

Arde bertepuk tangan. Dia tersenyum puas melihat wajah ketakutan dari lawan-lawannya. Dan dia juga puas karena bisa membuat para penonton yang menyebalkan itu kocar-kacir ketakutan.

"Wah, ini buruk. Aku membuat lalat-lalat itu berhamburan. Setidaknya, sebagian masih ada disini dan melihat penyiksaan yang akan kulakukan pada kalian. Mereka yang melihat di media pun juga masih banyak. Jadi, mari kita mulai siksa neraka untuk para pendusta!"

Aura kegelapan terpancar dari Arde. Aura itu terus menyebar hingga radius 1 km. Orang-orang yang berada di radius itu tentunya merasakan aura kegelapan Arde. Mereka tak bisa bergerak, dan satu persatu tersungkur di jalanan. Ini benar-benar berlebihan. Kenapa Arde bisa seperti itu? Karena setelah dua tahun menjadi orang lemah dan akhirnya mendapat kekuatan baru, dia punya keinginan kuat untuk menunjukkan kehebatannya pada semua orang. Dia ingin membuat orang yang dulu merendahkannya, menjadi takut padanya. Dia ingin menebar banyak ketakutan supaya dia tidak direndahkan lagi. Dan keinginannya yang paling kuat saat ini adalah... Membalas semua perbuatan Neyla dan kawan-kawannya.

"Teman-teman... Ini buruk." Kata Neyla dengan tatapan putus asa.

"B*jingan... Aku akan membunuhnya!"

Yuga tanpa pikir panjang merangsek kearah Arde tanpa keraguan. Dia menggenggam pedangnya dengan erat, bersiap menebaskannya pada Arde dengan sekuat tenaga.

"Heeeyaaaaa!!!"

Wuush!!!

Tanpa ada bantuan sihir, Yuga menebaskan pedangnya pada Arde dengan kekuatan penuh, yang belum pernah dia keluarkan sebelumnya. Suara bilah pedang yang membelah udara, terdengar jelas oleh telinga semua orang. Tekad yang kuat dapat terlihat pada Yuga. Keyakinannya akan kekuatannya sangat tinggi.

Sayang sekali, tak sesuai harapan.

Arde menahan tebasan pedang Yuga dengan Azheryo miliknya. Yuga tak terkejut, dia melanjutkan serangannya dengan memberi tendangan kuat pada Arde di bagian kaki. Tendangan Yuga kuat, namun Arde tak bergeming.

"Hanya segitu?" Tanya Arde.

"Itu baru permulaan, sekarang terima i-"

Sebelum Yuga menyelesaikan kata-katanya, dia terkejut karena pedang beserta tangannya membeku menjadi es yang dingin. Pembekuan terus merambat hingga ke seluruh lengannya.

"A-Apa yang terjadi?! Kenapa tanganku bisa membeku?! Apa yang kau lakukan!"

Tanpa perlu menjawab pertanyaan Yuga, Arde mengangkat pedang besarnya, kemudian menebaskannya pada lengan Yuga. Kedua lengan Yuga yang membeku, pecah karena tebasan Azheryo milik Arde. Belum sampai disitu saja, Arde juga menyayat kaki kanan Yuga dengan luka yang dalam hingga mencapai tulang. Banyak darah yang tumpah dari luka sayatan itu. Yuga secara spontan mengerang kesakitan. Dia terjatuh dan menggeliat di lantai arena. Neyla dan yang lainnya langsung terkejut dan berteriak.

"Yugaaa!!!" Teriak Neyla.

Dia melaju kearah Yuga yang berguling-guling karena kedua tangannya hancur, dan kakinya terluka parah. Neyla ngeri melihat betapa banyaknya darah yang keluar dari kaki Yuga, hingga mewarnai lantai di sekitarnya menjadi merah.

Ketika Neyla hendak sampai di dekat Yuga, tiba-tiba badannya terjatuh ke lantai dengan posisi tengkurap. Dia mencoba bangun, namun dia tak bisa karena merasa badannya sangat berat.

"Ugh... Kenapa... Badanku berat sekali!" Keluh Neyla.

Neyla kembali mencoba untuk bangun. Tentu saja dia tak bisa. Dia terlalu lemah untuk melakukannya.

Miya, Benrade, Charles, dan Landlous kebingungan dan panik melihat kedua temannya yang berada dalam keadaan sulit. Charles dan Landlous langsung merangsek maju untuk menyelamatkan Neyla dan Yuga.

Disaat yang bersamaan, mereka berhenti dan mengerang kesakitan memegangi kaki mereka. Apa yang terjadi? Ternyata kedua kaki mereka tertusuk duri es tajam yang tumbuh dari bawah tanah. Itu adalah sihir jebakan yang diam-diam dipasang Arde. Duri es itu menembus daging dan tulang kaki mereka, hingga ujungnya terlihat berlumuran darah. Mereka ingin mencabut kaki mereka dari duri-duri es itu. Sayangnya mereka tak bisa, karena duri-duri es itu menumbuhkan duri-duri es yang lebih kecil didalam kaki Landlous dan Charles. Mereka berdua tak kuasa menahan rasa sakit dan rasa dingin yang disebabkan oleh duri-duri es itu.

"Aaaaargh!!! Kakiku!!!" Teriak Charles.

"Sialan!!! Aku akan mati!!!" Teriak Landlous.

Teriakan mereka menggema di seluruh arena, membuat para penonton bergidik ngeri. Arde masih diam didepan sana, tersenyum jahat sambil melihat lawan-lawannya yang menderita.

"Landlous, Charles!" Teriak Benrade.

Untuk Miya, dia tak mengeluarkan sepatah katapun. Dia hanya bisa menangis karena ketakutan. Mereka tak menyangka, keadaan berubah 180°. Mereka yang awalnya sombong, sekarang malah ketakutan seperti pecundang. Karma telah menimpa mereka. Miya yang hatinya lemah... Ingin melarikan diri dari arena dan meninggalkan kawan-kawannya. Namun dia tahu itu percuma, karena Arde adalah monster. Arde benar-benar ingin balas dendam. Dia tahu bahwa dia tak akan bisa lepas.

Benrade kebingungan karena dia berpikir. Andai dia langsung begitu saja maju menyelamatkan empat rekannya, maka dia akan bernasib sama seperti mereka. Namun dia juga tak tega membiarkan mereka menderita dihadapannya.

Disaat suasana mengalami ketegangan, Arde berjalan melewati Yuga, Neyla, Charles, dan Landlous.

Kemudian dia berdiri dihadapan Benrade dan Miya.

"Hahahaha! Kenapa? Kalian berdua tak mau menyelamatkan teman-teman kalian? Semua teman kalian akan mati satu-persatu loh. Lihatlah Yuga. Dia kehilangan dua tangannya, dan kaki kanannya. Cepat atau lambat, dia akan mati kehabisan darah. Charles dan Landlous tersiksa oleh duri-duri es yang terus tumbuh, menusuk daging dan tulang kedua kaki mereka, dan tak akan berhenti tumbuh jika belum sampai ke seluruh tubuh mereka. Kalau dibiarkan, mereka berdua akan mati dengan cara yang sangat menyiksa. Lalu, Neyla yang tak bisa berdiri disana disebabkan karena dia menahan 11 kali beban tubuhnya yang disebabkan karena Medan gravitasi kuat buatanku. Kalau aku terus meningkatkan tekanan gravitasinya, maka aku bisa membuat badannya hancur seperti semut yang diinjak. Jadi, apakah kau akan menyelamatkan mereka? Kau tak akan bisa melakukannya karena kalau kau maju sedikit saja, salah satu dari mereka akan mati. Hahahaha!!!" Kata Arde sambil tertawa jahat.

Benrade dan Miya tak berbicara. Mereka kebingungan. Miya malah menangis seperti anak kecil. Sedangkan Benrade tak melakukan apapun selain berpikir.

"Hey, kenapa kalian berdua diam?! Kalau kalian tak mau berbicara, aku akan membunuh salah satu teman kalian!"

Arde menjentikkan jarinya. Kemudian Charles dan Landlous berteriak semakin keras.

"Aaaaargh kakiku!!!"

"Sialan!!! Apa yang kau lakukan pada kami!!!"

Terlihat duri-duri es yang tajam tumbuh keluar dari dalam kaki Charles dan Landlous. Jumlahnya banyak sekali. Bahkan terus tumbuh dengan cepat hingga ke paha mereka.

Semua orang yang melihat itu langsung ngilu dan ngeri. Duri-duri es tak berhenti menusuki daging dan tulang dua orang malang itu. Miya benar-benar tidak tahan melihat itu, hingga membuatnya menutup matanya. Untuk Benrade sendiri dia bergetar ketakutan dan hampir menangis.

"T-Tolong hentikan!!! Aku mohon!!! Lepaskan mereka!!!"

Benrade akhirnya memohon sambil berlutut.

"Apa?! Aku tidak dengar!" Ejek Arde dengan mempermainkan nadanya.

"K-Kumohon lepaskan mereka!!! Ini benar-benar berlebihan!!! Mereka tak pantas mendapatkan ini semua!!!" Benrade

"Tak pantas?! Kau tak tahu apa yang pernah kalian lakukan padaku?"

Perkataan Benrade membuat Arde marah. Arde meningkatkan tekanan gravitasi di sekitar Neyla hingga berkali-kali secara perlahan. Neyla mulai merasa kesakitan dan sesak napas. Tulang-tulangnya mulai retak sedikit demi sedikit. Dia berteriak kesakitan. Sungguh menderita sekali dia. Baginya, dia seperti ditindih oleh ratusan kg benda yang berat, dan beratnya semakin bertambah. Dia tak bisa apa-apa selain merengek seperti bayi.

"Uhuuhuuhuuu... Arde.... A-Aku sudah tidak kuat lagi... A-Aku akan mati... T-Tolong lepaskan aku... Aaaaaaaargggh!!!!"

Neyla memohon ampun, namun langsung di bungkam Arde dengan meningkatkan lagi tekanan gravitasi hingga membuat tulang kaki dan tangannya patah. Neyla tak berbicara lagi, hanya bisa merasakan penderitaannya. Dia menyesali semua perbuatannya yang pernah dia lakukan pada Arde. Namun, dia tak bisa lagi meminta maaf. Karena Arde sudah terlanjur dendam padanya. Untuk Yuga, dia akan segera mati. Luka sayatannya bukan hanya sekedar luka biasa. Namun Arde memanipulasi rasa sakitnya, supaya menjadi lebih sakit berkali-kali lipat dan membuat Yuga menderita dengan cukup lama. Ditambah lagi dia telah kehilangan kedua lengannya.

"S-Sakit... T-Tolong A-Aku... A-Aku tak mau mati..." Ucap Yuga dengan nada lemah.

Untuk Charles dan Landlous, keadaan mereka mengerikan. Mereka tergeletak di lantai, dengan duri-duri es yang menusuk seluruh tubuh mereka dari dalam. Bisa dilihat mata, lidah, kepala, dan bagian tubuh lainnya dari mereka tumbuh ribuan duri es yang menjulang keluar menusuk daging mereka, disertai dengan darah yang mengalir keluar. Organ-organ dalam mereka pun juga tak luput dari duri-duri es itu. Namun ajaibnya mereka masih hidup... Dengan penuh penderitaan.

Mereka berdua masih bisa bersuara dengan berteriak cukup keras. Tapi suara teriakan mereka terdengar seperti babi yang disembelih. Para penonton tak kuat lagi untuk melihat pembantaian sepihak ini. Benrade dan Miya mulai menangis ketakutan.

"A-Apa yang kau lakukan?! Kau akan membunuh mereka!!!" Bentak Benrade.

"K-Kau... Monster..." Kata Miya.

Mendengar kata-kata itu keluar dari mulut mereka berdua, Arde tertawa puas.

"Hahahahahaha!!!! Dasar bodoh!!! Memang itu yang kuinginkan!!! Kalian berharap aku akan melepaskan mereka?! Aku akan membunuh mereka semua, lalu aku akan membunuh kalian berdua!!! Hahahahaha!!!"

Tawa Arde menggema di seluruh arena, membuat para penonton merinding. Kemudian Arde melempar pedangnya ke samping kanannya. Lalu dia maju dengan cepat kearah Benrade. Arde memberi pukulan kuat di wajahnya dengan tangan kanan. Pukulannya yang kuat itu membuat hidung Benrade patah dan membuat semua giginya rontok. Tak hanya berhenti sampai disitu, Arde memberi pukulan lainnya yang membuat tulang rusuk dan lengan Benrade patah. Terlihat juga tangan Arde yang berlumuran darah Benrade karena memukulinya tanpa ampun. Benrade tersungkur di tanah sambil mengerang kesakitan. Dia tak menyangka akan mendapatkan luka separah itu. Arde masih belum puas. Dia menambah penderitaan pria botak itu dengan menginjakkan kakinya pada jari-jarinya dengan keras. Tentu saja itu sangat sakit, hingga membuat semua jari-jari tangan Benrade patah. Akhirnya Benrade tak melawan karena mengalami cedera yang sangat serius. Sekarang tinggal Miya.

Arde berjalan menuju kearah Miya dengan perlahan sambil membawa sebuah belati. Wajahnya tampak serius ingin membunuh Miya. Langkah demi langkah berlalu, membuat Arde semakin mendekati Miya. Miya sangat ketakutan pada Arde. Dia tak peduli lagi pada kawan-kawannya. Dia hanya ingin hidup dan lepas dari Arde.

Dengan cepat Miya mulai berbalik badan lalu kabur menuju ke pintu keluar arena pertarungan. Arde yang melihat itu tak membiarkannya. Dia langsung mencengkram kerah belakang pakaian Miya, lalu melempar perempuan itu ke belakang seperti melempar seekor tikus.

"Aaghk!!!"

Miya mendarat tepat diatas Neyla. Tentu saja Neyla bertambah kesakitan. Sudah menahan tekanan gravitasi tinggi, ditambah lagi dia malah di geprek badan Miya dengan kasar. Karena Miya memasuki Medan gravitasi tinggi, Miya juga merasakan hal yang sama yang dirasakan oleh Neyla. Dia menahan berat badannya berkali-kali lipat. Dan tulang belakang Neyla langsung patah karena tak sanggup menahan berat badan Miya yang ditingkatkan oleh tekanan gravitasi yang tinggi. Mereka berdua sama-sama menderita dan tak bisa bangun.

"Aaaaargh!!! Saaakiiiit!!!" Teriak Neyla.

Neyla juga merengek dengan air mata yang mengalir deras, membuatnya terlihat sangat menyedihkan.

"A-Aku t-tak bisa berdiri!!!" Keluh Miya.

Miya dalam keadaan menindih Neyla. Dia ingin menyingkir, namun dia tak bisa bergerak. Dia diliputi rasa bersalah karena membuat keadaan Neyla semakin parah. Dia tak bisa apa-apa selain merasa sakit dan menangis.

Keadaan dua orang itu, terutama Neyla cukup mengerikan. Mendengar suara tulang-tulang mereka yang patah seperti ranting kayu, membuat Arde puas seperti mendengar ASMR. Untuk yang lainnya mendengar suara tersebut dengan ngeri. Ajaibnya Neyla masih tetap hidup meski banyak tulangnya patah. Arde belum puas. Dia mengembalikan rekanan gravitasi dalam keadaan normal, lalu menciptakan jarum es besar dan panjang. Lalu...

Jleb!!!

Arde menusukkan benda tajam itu secara kasar pada punggung Miya hingga menembusnya sampai menusuk dada Neyla.

"Aaaaghhh!!! A-Ampun, Ampun!!! Aku menyerah!!! Tolong lepaskan aku!!! T-Tolong, aku tak sanggup lagi... A-Aku akan melakukan apapun!!!" Miya.

"A-Arde... A-Aku minta maaf!!! Aaaaargh!!! Tolong hentikan!!! Aku tak pantas mendapat ini semua!!!" Neyla.

Arde masih belum berhenti. Dia terus menciptakan jarum es besar lainnya, dan menusukkannya lagi secara berulang pada tubuh Miya dan Neyla hingga berjumlah delapan buah. Ditambah dengan suhu dingin dari jarum es tersebut yang semakin direndahkan hingga -160°, membuatnya merusak sistem organ dan sel-sel dua perempuan itu. Miya dan Neyla pasrah pada nasib malang mereka. Mereka telah membangunkan monster yang mengerikan, yang tak kenal ampun.

"Oh, aku senang kalian masih hidup. Karena kita baru saja mulai loh." Arde.

"T-To..long He...ntikan..."

Neyla mengatakannya dengan nada yang terputus-putus. Itu karena paru-parunya telah rusak karena jarum besar yang menusuk dadanya.

Arde jongkok, dan mendekatkan wajahnya pada Neyla.

"Oh, kau menyerah?"

"I-Iya... Tolong hentikan! A-Aku... minta ma...af..." Neyla kesulitan mengatakannya.

"Tidak bisa."

Arde menciptakan satu jarum es yang lebih kecil. Kemudian dia menusukkannya pada mata kiri Neyla dan membuatnya hancur. Darah segar terciprat kemana-mana.

"Aaaaaaaaaaaaggh!!!!! Matakuuu!!!!"

Neyla menggeliat tidak karuan sambil memegangi mata kirinya. Namun itu malah membuatnya semakin kesakitan, karena jarum-jarum besar yang menusuknya bersama Miya itu merobek-robek daging mereka berdua karena mereka bergerak. Mata kiri Neyla hancur, mengeluarkan darah dengan deras membasahi wajahnya, akhirnya dia buta sebelah.

Tak lama kemudian, Arde mengarahkan tangannya pada Yuga dan menggunakan telekinesisnya. Badan Yuga secara perlahan melayang di udara, dengan banyak darah yang menetes dari kakinya. Dia dalam keadaan sekarat dan setengah sadar. Rasa sakitnya tak kunjung hilang, dia ingin segera mati.

"Ada kata-kata terakhir?" Tanya Arde.

Namun Yuga tak menjawab. Karena tak menjawab, Arde tanpa pikir panjang mengepalkan tangan kanannya. Tak lama kemudian terdengar suara...

Craack!!!

Badan Yuga terpelintir seperti kain basah yang diperas. Tulangnya yang terpelintir retak dan patah. Darah merah mengalir keluar dari daging-dagingnya yang robek, lalu tumpah ke lantai Arena, menciptakan kolam darah yang cukup luas. Selanjutnya....

Crackkk!!!

Srreek!!!

Kreteekkk!!!

Badan Yuga dibuat tak berbentuk lagi oleh telekinesis Arde. Dia benar-benar hancur, seperti kertas yang diremas-remas. Seluruh organ dalamnya meledak keluar, berceceran dimana-mana. Jadi dengan kata lain, Yuga telah mati. Semua orang yang melihat itu, memandang dengan tak percaya.

"Kyaaaaa Yugaaa!"

"Hooeek!!!! Iblis itu menghancurkannya..."

"D-Dasar iblis!!!"

"Aku tidak kuat lagi melihat pembantaian ini!"

Para penonton yang tak tahan keluar dari Arena. Neyla dan yang lainnya melihat Yuga dihancurkan didepan mata mereka... Benar-benar terkejut hingga membuat mereka berteriak histeris.

"YUGAAA!!!" Teriak Neyla.

Dia ingin berdiri, namun apa daya karena sebagian besar tulang-tulangnya telah patah. Matanya hancur sebelah. Untuk Benrade dia juga tak bisa apa-apa, karena juga mengalami cedera parah.

Charles dan Landlous badannya telah terkoyak-koyak oleh duri-duri es besar hingga membuat mereka berdua seperti potongan daging beku.

Mereka berdua juga mati dengan cara mengenaskan. Untuk Miya, dia sekarat. Daya tahan tubuhnya yang lemah membuatnya menjadi salah satu faktor kenapa dia bisa dengan mudah untuk tumbang.

Kini Arde dengan bangganya, merentangkan kedua tangannya ke samping. Dia melihat ke langit, lalu tertawa jahat.

"Hahahaha!!! Perasaan apa ini?! Apakah ini rasanya, ketika aku membunuh orang yang benar-benar aku benci?! Rasanya sangat luar biasa!!! Aku ingin melakukannya lagi..."

Arde menoleh ke arah Neyla yang tergeletak lemah. Dia memasang senyum lebar dan tatapan yang membuat Nayla tidak nyaman. Arde mulai mendekati Neyla dengan langkah cepat. Kemudian di saat sampai, dia langsung mencabut jarum-jarum es besar yang menusuknya bersama Miya. Ketika jarum jarum itu dicabut satu persatu, Nayla merasa sangat kesakitan. Bisa terdengar daging dagingnya yang robek hingga mencipratkan banyak darah, hingga mewarnai seluruh pakaiannya dan lantai disekitarnya.

Tak lama kemudian Arde mencekik Neyla, lalu mengangkatnya ke atas hingga kakinya tak menyentuh tanah lagi. Neyla kesulitan bernafas karena Arde mencekiknya dengan kuat. Arde benar-benar terlihat seperti monster biadab. Bahkan dia tidak merasa menyesal sedikitpun ketika membunuh Yuga, Charles, dan Landlous.

"A-Arde... T-To...long He... Hentikan!!!" Kata Neyla dengan memohon.

"Oh, maaf. Aku benar-benar ingin membunuhmu, Neyla. Sebenarnya aku ingin lebih lama menyiksamu. Namun entah kenapa ini menjadi semakin membosankan. Jadi sekarang aku akan membuatmu menjadi kelinci percobaan. Apakah cengkraman terkuatku mampu membuat lehermu hancur hingga kepalamu terpisah dari badanmu? Mari kita lihat!"

Arde mempererat cengkeramannya di leher Neyla. Neyla semakin sesak napas, bahkan terdengar suara retakan pada tulang lehernya.

"Aaaghh!!! A-Amp...un! Uhuugh!!!"

Cengkraman Arde benar-benar kuat, sehingga terlihat mata kanan Neyla yang seperti akan keluar. Mata kiri Neyla yang hancur mengeluarkan banyak darah. Sedangkan mata kanannya memerah, mengeluarkan banyak air mata.

Crack!!!

Neyla sudah pasrah. Dia berhenti untuk mencoba melepaskan diri. Dia mengalami luka serius, yang membuatnya menjadi sangat lemah.

Sekarang adalah akhir dari hidupnya.

Dia benar-benar akan mati dengan cara yang menyiksa dan penuh penyesalan.

.

.

.

.

Dor!

Tiba-tiba suara keras terdengar. Arde melepas cengkramannya dari leher Neyla, dan menjatuhkan perempuan itu dengan kasar.

Arde menoleh ke belakang, lalu dia langsung terkejut karena di belakangnya terdapat 50 orang yang memakai armor anti peluru dan exoskeleton hitam yang menutupi seluruh badan mereka. Orang-orang itu membawa senapan serbu, menodongkannya pada Arde. Dan diantara orang-orang itu, ada satu pria muda yang memakai mantel putih dengan dua baris kancing, menodongkan sebuah pistol pada Arde. Pistol itu mengeluarkan asap dari moncongnya. Peluru yang ditembakkannya mengenai bahu Arde, hingga membuatnya mengalami pendarahan serius. Namun Arde hanya merasakan sedikit sakit.

"P-Polisi? Dan kau... salah satu pahlawan baru kerajaan sihir yang pernah menjadi perbincangan hangat di seluruh dunia?" Tanya Arde dengan perasaan tegang. Dia tahu siapa pria yang menembaknya tadi.

"Ya, itu benar. Aku adalah Litchbarhemn Khvashinov, salah satu dari 5 pahlawan baru kerajaan sihir. Aku datang kesini bersama dengan para polisi ini, karena kau telah melakukan tindakan terorisme.".

Mendengar kata-kata itu dari pria tersebut, Arde terkejut dan keheranan.

"Oh, apa maksudmu aku melakukan tindakan terorisme? Apakah itu karena aku menyiksa dan membunuh beberapa anggota Party Permata Hitam itu? Aku bertarung melawan party Permata Hitam di dalam arena, dan disini pihak arena mengizinkan kami untuk bebas bertarung dengan cara apapun, bahkan meski itu membunuh dan menyiksa lawan! Disini aturannya bebas tuan-tuan sekalian! Jadi, tak ada yang namanya tindakan terorisme disini."

Arde mengatakannya dengan amarah yang tertahan. Dia masih bisa bersikap tenang. Para polisi dan pria yang bernama Litchbarhemn Khvashinov itu terdiam sejenak. Kemudian pria itu berbicara.

"Bukan itu masalahnya. Tak masalah kau membunuh orang-orang itu di dalam arena. Namun kau telah membuat ibukota mengalami kekacauan, karena aura mengerikan yang kau keluarkan tadi!!! Aura mu itu menyebar luas hingga 1 km, lalu membuat orang-orang yang ada dalam radius itu mengalami ketakutan! Karena ketakutan itu, ada banyak yang pingsan dan berlarian ke segala arah hingga menyebabkan keributan dimana-mana, yang menyebabkan terjadinya kecelakaan massal. Akibatnya, 470 orang tewas dalam tragedi itu. Dan biang keroknya adalah kau, Arde. Apa yang kau lakukan itu sudah termasuk sebagai tindakan terorisme."

"Oh... Begitu..."

Arde menundukkan pandangannya. Dia terlihat seperti menyesal. Namun... Ternyata tidak begitu. Arde tersenyum lebar. Lalu...

"Haha... Hahaha... Hahahaha... Hahaahhahaha!!! Hahahahahahaha!!!"

Arde tertawa terbahak-bahak. Dia sudah kehilangan akal sehatnya. Padahal dia baru saja mendengar, bahwa dia secara tidak sengaja membunuh ratusan orang. Namun Arde seolah-olah menganggap itu lucu. Atau mungkin dia sudah gila?

Litchbarhemn dan para polisi yang melihat Arde langsung bergidik ketakutan, juga marah.

"Hey! Kenapa kau malah tertawa?! Apakah bagimu menghilangkan nyawa ratusan orang itu lucu!!!" Bentak Litchbarhemn.

"Ah maaf, sepertinya aku sudah gila. Tak kusangka, yang terjadi malah seperti ini. Benar-benar tidak sesuai rencana ku dan kuakui bahwa tindakanku memang berlebihan. Namun setidaknya, ini membuat pandangan semua orang padaku berubah total. Hahahahahaha!!!"

Arde masih tak ada hentinya untuk tertawa. Bahkan tawanya malah semakin keras, hingga membuatnya menggema di seluruh arena.

"Baiklah kalau begitu, aku akan menangkapmu."

Litchbarhemn menyiapkan pistolnya, lalu membidik dada Arde. Setelah membidik dengan benar, pistolnya tampak diselimuti oleh aura biru.

"Skill Pamungkas, Dewa senjata, Amplifier! Kecepatan, kekuatan, penetrasi ditingkatkan 78 kali, plus negasi pertahanan dan dan induksi kelumpuhan!"

Pria itu menggunakan skillnya untuk meningkatkan kekuatan tembakannya. Arde yang melihat itu langsung waspada dan memasang posisi bertahan. Sedangkan Litchbarhemn mulai menarik pelatuk dari pistolnya.

Dor!

Pistol mulai menembakkan peluru dan mengeluarkan suara keras. Peluru melaju dengan kecepatan mach 6 karena bantuan skill pria itu. Penghalang pasif Arde mencoba untuk memblokade peluru tersebut. Namun secara mengejutkan, peluru itu mampu menembus penghalang, lalu berlanjut menembus dada Arde.

"Ugh..."

Arde langsung tumbang dan terbaring di lantai arena. Dia hanya memandang langit-langit, tak bisa mencoba untuk bangkit. Badannya telah dilumpuhkan oleh satu peluru super milik Litchbarhemn.

"S-Sial... Aku dikalahkan hanya dengan pistol? Ini... Tidak lucu. Bagaimana bisa peluru itu menembus penghalang pasifku yang sangat kuat?" Tanya Arde dengan lemah.

"Peluruku telah kuisi dengan skill Pamungkas, Dewa senjata. Skill ini mampu meningkatkan kekuatan senjataku berkali-kali, serta menambahkan efek khusus didalamnya. Kau telah terkena induksi kelumpuhan, yang membuatmu tidak bisa bergerak untuk sementara waktu. Efeknya benar-benar kuat, bahkan monster kelas S pun tak akan berkutik dihadapannya."

"Ah, pantas saja. Kukira aku benar-benar sudah kuat..."

Setelah mengatakan itu, Arde pingsan. Dia mengalami dua luka tembak, yaitu di bahu kanannya dan di dadanya.

Setelah semua berlalu, Arde dirujuk ke rumah sakit. Kemudian, dia akan dibawa ke pengadilan 44 untuk diadili karena telah melakukan tindakan terorisme. Neyla, Miya, dan Benrade juga dirujuk ke rumah sakit dan dilakukan perawatan intensif. Untuk Yuga, Charles dan Landlous... Mayat mereka dibawa ke rumah sakit, kemudian dimakamkan ke pemakaman umum.

                      

                        Bersambung