webnovel

Arde mulai serius

Arde berjalan mendekati Yuga yang tergeletak, merintih kesakitan karena tangan kanannya terpotong. Setiap langkahnya terasa mengintimidasi. Senyum licik dan tatapan yang dingin terukir di wajahnya. Yuga melihat Arde. Dia melihatnya seperti malaikat maut yang siap mencabut nyawanya.

Namun Yuga tak mau berpikir seperti itu karena itu adalah hal konyol baginya.

Dia tidak panik lagi, namun mencari solusi untuk mengatasi keadaan gentingnya saat ini. Dengan cepat Yuga mengambil sebuah kain dari dalam Armornya dengan tangan kiri. Kemudian dia melilit tangan kanannya yang terpotong dan menumpahkan banyak darah. Setelah dia melilitnya, pendarahan berhasil dihentikan.

"Sial, aku menyesal tidak belajar sihir penyembuhan! Aku tak menduga hal seperti ini akan terjadi padaku. Arde, dia memang b*jingan."

Yuga bergumam dalam hati, menyesali sesuatu yang dulunya tidak dia anggap penting. Sementara itu Arde sudah berdiri tiga meter didepannya. Dilihat dari dekat, tatapan Arde penuh kebencian yang membara. Dia akan melampiaskanmya, segera.

"Oh Yuga... Betapa menyedihkannya dirimu. Kau kehilangan tangan kananmu, lalu menangis dan mengerang kesakitan. Apa kau sudah cukup menderita? Bagaimana kalau aku menghilangkan tangan kirimu? Lalu kedua kakimu, lalu kedua matamu, lalu nyawamu! Hahahahaha!!!" Kata Arde sambil tertawa jahat.

Arde terlihat seperti maniak dengan kata-kata dan tawa jahatnya. Para penonton mulai panik. Anggota Party Permata Hitam lain yang tadinya menganggap Arde mati dengan mudah, mereka mulai khawatir. Sedangkan komentator malah bersemangat menyaksikan keadaan yang telah berbalik.

"Lihatlah! Arde, yang tadinya terlahap Tornado Api Neraka, sekarang membalikkan keadaan dan membuat tangan Yuga terpotong! Sungguh kejutan yang luar biasa!!! Sepertinya Yuga telah mengalami situasi sulit, apa yang akan terjadi selanjutnya?! Mari kita sak-si-kaaan!!!"

Suara sang komentator mengisi seluruh arena. Para penonton berteriak untuk menyemangati Yuga. Teriakan mereka berhasil menyemangatinya, namun itu tak mengubah fakta, bahwa pertarungan masih berat sebelah.

Yuga tak mau menyerah. Dia bangun, mengambil pedangnya dengan tangan kiri, lalu berdiri dengan gagah menghadap Arde.

"Hanya dengan satu tangan saja, aku akan mengalahkanmu, br*ngsek!"

Yuga menebaskan pedangnya dengan tangan kiri. Tebasannya dengan cepat mengarah pada leher Arde. Sama seperti sebelumnya, Arde menghindari tebasan itu hanya dengan mundur ke belakang. Kemudian giliran Arde, dia mengayunkan pedang besarnya untuk menebas kaki Yuga. Yuga langsung melompat untuk menghindari tebasan Arde.

"Heyaaa!!!"

Yuga yang melompat, mengangkat pedangnya keatas kepalanya. Kemudian pedangnya diselimuti oleh api. Dengan kekuatan penuh, Yuga menebaskan pedangnya kebawah, kearah kepala Arde.

Clang!!!

Arde menangkis tebasan pedang berapi Yuga dengan pedang besarnya.

"Heh, lumayan. Tapi kau lengah." Kata Arde sambil menyeringai.

Dengan kecepatan tak terlihat mata, Arde memberikan tendangan kuat dengan kaki kanannya pada dada Yuga, kemudian membuat badannya terpental sejauh 20 meter. Tendangannya tepat mengenai ulu hati Yuga, dan membuat sebagian tulang rusuknya patah. Suara tulang rusuk Yuga yang patah terdengar jelas, membuat penonton bergidik ngeri dan berteriak ketakutan. Armor yang menutupi badan Yuga telah hancur terkena tendangan Arde, hingga Yuga hanya terlihat memakai kaos hitam panjang yang dibasahi oleh darahnya sendiri.

"Uhuk uhuk!!! S-Sial..." Kata Yuga dengan batuk berdarah.

Darah segar mengalir deras dari mulutnya. Dia terlihat memprihatinkan, namun Arde hanya menertawainya.

"Ahahahaha!!! Mampus! Kenapa tidak sekalian mati saja kau?! Oh iya, aku lupa. Aku kan ingin menyiksamu!"

Arde melesat kearah Yuga dengan kecepatan kilat, sembari bersiap untuk mengayunkan pedang besarnya. Disaat Arde sudah berada tepat didepan Yuga, dia dengan ekspresi haus darah mengayunkan pedang besarnya dari atas, menuju pada Yuga yang ada dibawahnya.

"Hahaha!! Akan ku potong-potong badanmu sampai tak berbentuk lagi!"

Wush!

Bilah pedang besar Arde terayun kebawah, membelah udara. Arde tidak menggunakan kekuatan penuh untuk mengayunkan pedangnya. Namun ayunan itu cukup untuk memotong batu besar dengan irisan yang rapi. Karena Yuga terluka parah, dia tak bisa lagi bergerak. Dia hanya bisa pasrah, membiarkan dirinya tertebas oleh pedang besar Arde. Tapi, kali ini Yuga beruntung.

Clang!!!

Seorang lelaki berambut pirang panjang dengan badan tinggi, memakai armor half-plate, menahan tebasan pedang besar Arde dengan gagang tombaknya. Dialah Landlous, salah satu anggota Party Permata Hitam. Dia dengan gerakan cepat datang untuk melindungi Yuga dari Arde. Tak hanya Landlous saja, anggota Party lainnya yang merupakan seorang lelaki dengan rambut bergelombang warna coklat, kulit putih, memiliki wajah sangar dengan janggut yang tak terlalu tebal, memakai pakaian yang sama seperti Landlous, dan tangan kanannya memegang sebuah pedang dengan bilah hitam mengkilat. Dia adalah Charles. Dia berada di samping Yuga untuk menjaganya, namun sekarang dia menyerang Arde dari samping kanan dengan tebasan pedangnya.

"Mati kau b*jingan!"

Clang!

Sekarang Arde menggunakan pedang besarnya untuk menangkis serangan Charles. Karena fokus Arde teralihkan pada Charles, Landlous mengambil kesempatan ini untuk menyerang Arde.

Landlous mencoba memberi tusukan tombak yang tepat mengarah pada jantung Arde. Ujung tombak Landlous

melesat dengan kecepatan luar biasa, dan dia pikir serangannya akan berhasil membunuh Arde. Namun Arde tanpa perlu melihat, dia bisa menghindari tusukan tombak Landlous tanpa kesulitan.

"Kau akan senasib dengan temanmu." Kata Arde dengan nada mengintimidasi.

Setelah Arde mengatakan itu, Landlous secara refleks menghindar ke samping kiri untuk menghindari sesuatu. Entah apa itu, yang ada di pikiran Landlous itu adalah sesuatu yang sangat cepat yang dapat membahayakan nyawanya.

"Apa itu tadi?!" Tanya Landlous dengan panik.

"Itu adalah sesuatu yang sama, yang membuat Yuga hampir mati. Kau benar-benar beruntung karena bisa menghindarinya."

"Tendangan yang tadi?"

"Ya."

"Sial, saking cepatnya... bahkan aku tak melihat kalau kakimu benar-benar menendang."

Disaat Arde dan Landlous berdialog singkat, seseorang mencoba menyerang Arde dari belakang dengan sebuah gada berduri. Arde menyadarinya, kemudian dia menangkisnya dengan pedang besarnya.

Clang!

Pedang besar Arde bentrok dengan gada milik seorang lelaki botak dengan kulit gelap yang berbadan tinggi dan besar. Hampir seluruh badannya kecuali kepala, ditutupi oleh armor lengkap yang tak punya celah untuk bisa ditembus. Dialah Benrade. Dia sedikit kesal karena serangannya gagal untuk membunuh Arde.

Di sisi lain, Neyla dan Miya mendatangi Yuga. Neyla menggunakan sihir penyembuhan tingkat tinggi untuk menyembuhkan Yuga yang terluka parah. Hanya butuh waktu 15 detik saja, Yuga berhasil pulih sepenuhnya. Bahkan tangan kanannya yang terpotong bisa kembali seperti semula.

"Terima kasih Neyla." Kata Yuga sambil tersenyum.

"Mari kita fokus pada Arde terlebih dulu. B*Jingan itu... kita tak boleh meremehkannya. Ayo bunuh dia bersama-sama!"

Neyla berkata dengan amarah yang meluap-luap.

"Ya! Aku yakin dia tak akan sanggup mengatasi lima orang petualang Elit!" Ucap Miya sambil menyiapkan busurnya untuk bertarung.

"Oh, hey. Aku punya rencana."

"Apa itu?"

"Begini..."

Yuga, Neyla, dan Miya mulai menyusun sebuah rencana untuk mengalahkan Arde, dengan cara licik.

Sementara itu, para penonton bukannya protes karena seluruh anggota Party Permata Hitam masuk ke arena, mereka malah bersorak. Mereka masih mendukung Yuga dan teman-temannya, meski mereka melakukan hal yang seharusnya dianggap curang. Namun karena disini tak ada aturan, hal tersebut diperbolehkan, malahan didukung oleh para penonton. Sebenarnya para penonton khawatir kalau Yuga akan mati dibunuh Arde. Mereka sudah tahu kalau Arde itu mengerikan. Itu karena, tadinya mereka telah melihat betapa kuatnya dia didepan mata mereka. Mereka sangat lega dan gembira karena anggota Party Permata Hitam yang lainnya ikut beraksi. Selain ingin Yuga dibantu, mereka ingin melihat pertarungan yang lebih seru

Kembali ke pertarungan Arde. Benrade, Charles, dan Landlous dengan susah payah mencoba untuk membunuh Arde dengan seluruh kemampuan mereka. Namun Arde hanya mempermainkan mereka. Arde tak menganggap ini sebuah pertarungan. Melainkan sebuah permainan kecil yang menyenangkan karena lawannya sangatlah lemah.

"Sihir pendukung tingkat tinggi: Peningkatan fisik, Peningkatan mana, Peningkatan kelincahan!"

Benrade merapal mantra sihir pendukung, untuk meningkatkan statistiknya. Kemudian dia membungkukkan badannya kedepan, lalu melaju kearah Arde dengan gerakan yang lebih cepat dari sebelumnya. Gada yang dia pegang dengan dua tangannya, dia angkat diatas kepalanya. Kemudian saat dia sudah sangat dekat dengan Arde, Gada yang dia angkat langsung di ayunkan kebawah dengan niat menghancurkan kepala Arde.

Duar!

Lagi-lagi Arde dilindungi oleh penghalang. Serangan Benrade hanya menimbulkan gelombang kejut yang kuat, bahkan badannya sendiri sampai terpental sejauh lima meter.

"Sihir bumi tingkat menengah: Tapak Bumi"

Lagi-lagi Benrade merapal mantra sihir. Tanah sekitar Arena bergetar, lalu dua buah batu besar berbentuk tangan naik ke permukaan tanah. Dua batu besar berbentuk tangan itu berada di samping kanan dan kiri Arde. Kedua benda itu bergerak kearah Arde, dan dengan cepat langsung menghimpitnya dengan kuat.

"Aku menang!" Seru Benrade dengan gembira.

Kedua batu besar berbentuk tangan menghimpit badan Arde. Semuanya menganggap Arde telah hancur karena terhimpit dua batu besar itu. Nyatanya, Arde tak selemah itu.

Duar!

Batu besar meledak. Serpihannya melesat ke segala arah. Beberapa diantaranya bahkan mengenai Benrade, hingga membuatnya terluka.

Benrade dan yang lainnya terkejut dengan ledakan itu. Lalu, di area bekas ledakan... berdirilah Arde dengan "Azheryo" nya yang terangkat diatas. Dia tidak tergores sedikitpun. Sihir Benrade tak berefek apapun padanya.

Tak berhenti sampai disitu, Charles dan Landlous menyerang dari dua sisi yang berbeda dengan senjata mereka.

"Lambat" Ejek Arde.

Arde menghindari mereka dengan melompat ke atas. Kemudian Arde yang masih di udara, menebaskan pedang besarnya pada Charles dan Landlous yang ada di bawahnya.

Sebelum tubuh mereka berdua terpotong, secara tiba-tiba lantai batu yang mereka pijak melemparkan mereka ke samping seperti pegas. Itu membuat tebasan Arde meleset.

"Sialan!" Gerutu Arde.

Charles dan Landlous terlempar tidak terlalu jauh dari tempat Arde. Mereka penasaran, siapa yang membuat lantai batu yang mereka pijak tadi melempar mereka. Itu juga bukan ulah Benrade. Namun itu adalah ulah...

"Sihir tingkat menengah: Sambaran listrik!"

Jrrrrt!!!

Neyla merapal mantra sihir sambaran listrik. Listrik yang memancarkan kilatan cahaya biru menyambar Arde dengan ganas. Cahaya dari sambaran listrik itu sangatlah terang, sehingga membuat silau siapapun yang melihatnya. Namun setelah sambaran listrik berhenti, Arde masih terlihat bugar.

"Jangan berpikir sihir selemah itu dapat menembus penghalang pasifku!"

Setelah berkata demikian, Arde melaju kearah Neyla. Kecepatan geraknya luar biasa. Namun Neyla yakin, Arde tidaklah serius. Dia yakin Arde hanya bermain-main saja. Namun inilah yang dia inginkan.

Disaat Arde hendak melaju ke depan untuk menyerang Neyla, lingkaran sihir muncul di bawah kakinya. Kemudian lingkaran sihir itu mengeluarkan sebuah tali cahaya yang mengikat kaki Arde, sehingga Arde berhenti berlari.

"Cih, pengganggu."

Arde mencoba memutus tali cahaya yang mengikat kakinya dengan Azheryo. Namun disaat dia melakukan itu, sebuah sangkar yang bercahaya merah tercipta, mengurung dirinya didalamnya.

"Oh, ini adalah sangkar kematian. Sihir tingkat tinggi 2 yang dapat menyerap gaya, momentum, dan energi yang diberikan oleh target yang terukurung olehnya. Itu membuat target tidak dapat keluar, sekuat apapun serangan yang mereka berikan di dalam dan membuat stats nya menurun selama dia masih didalam sangkar. Sungguh taktik yang cerdas."

Arde bertepuk tangan sambil tersenyum licik, memuji betapa cerdasnya Neyla.

"Apakah kau menyerah sekarang? Kalau iya, bersujudlah didalam sangkar itu dan memohonlah pada kami untuk mengampunimu!" Ucap Neyla sambil memberi tatapan merendahkan.

Arde masih bisa tenang, dan dia tidak sedikitpun terganggu dengan perkataan Neyla

"Ah, aku tidak serendah itu. Aku lebih baik mati daripada bersujud pada kalian. Namun itu adalah apa yang akan ku katakan bila sekarang aku masih selemah dulu. Karena sekarang aku sudah jauh lebih kuat... kalianlah yang akan bersujud padaku. Setelah itu, aku akan mengakhiri hidup kalian dengan siksaan pedih sebelum mati. Tidak ada ampunan untuk kalian, wahai para pendusta besar."

Arde mulai memberi tatapan dingin yang mengintimidasi. Aura yang menakutkan terpancar dari Arde, membuat Neyla merinding.

"Miya!" Teriak Neyla.

Miya yang ada di belakang menembakkan satu anak panahnya keatas langit. Kemudian anak panah itu bercahaya biru, lalu melesatkannya kembali ke bawah, menuju ke arah Arde yang sedang terkurung di sangkar kematian. Anak panah itu secara beruntun memperbanyak dirinya hingga berjumlah 26 buah, lalu menghujani Arde yang ada di dalam sangkar kematian.

"Apakah aku berhasil?" Tanya Miya.

"Belum." Jawab Neyla.

Benar apa yang dikatakan Neyla, anak panah yang menghujani Arde tak memberi efek apapun padanya. Dan sangkar kematian lenyap seketika. Arde berdiri disana sambil menggaruk-garuk lehernya.

"Lemah. Itu bahkan tidak lebih baik dari gigitan nyamuk!" Ejek Arde sambil tertawa kecil.

Namun disaat setelah itu, dari atas Arde muncullah Yuga yang menukik ke bawah. Pedangnya diselimuti oleh api bersuhu tinggi.

"Mati kau!"

Dengan cepat, Yuga menebaskan pedangnya dengan niat membelah tubuh Arde. Tebasannya terlihat lebih cepat ditambah dengan kekuatan yang ditingkatkan. Para penonton berpikir Yuga akan menghancurkan Arde dengan serangan itu. Tapi kenyataan berkata lain.

Duarr!

Tebasan pedang berapi Yuga tertahan oleh penghalang Arde, dan api yang menyelimutinya mati total. Yuga dengan cepat mundur menjauhi Arde.

Arde hendak menyusul Yuga dan menggunakan pedang besarnya untuk menyerang. Namun secara tak terduga, sepuluh tombak perak muncul dari bawah lantai arena dan menusuknya. Tusukan tombak itu tak menembus, bahkan menggores kulit Arde sedikitpun. Karena terhalang oleh penghalang Arde yang tak tertembus.

Serangan tak berhenti sampai disitu, 30 bilah angin mengelilingi Arde dengan kecepatan suara. Itu adalah sihir angin tingkat tinggi 2 milik Charles. Seharusnya bilah angin itu dapat memotong baja hingga berkeping-keping. Untungnya penghalang pasif berlapis milik Arde masih sanggup menghalangi bilah-bilah angin itu supaya tidak mengenainya. Terlihat Arde sangat terkesan dengan sihir Charles. Dia tak menyangka lawannya akan semenarik itu.

"Itu adalah sihir yang berbahaya. Andai penghalangku tidak aktif, mungkin itu bisa sedikit membuat mataku kelilipan." Ucap Arde dengan nada mengejek.

Mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Arde, Semua anggota Party Permata Hitam langsung kesal.

"Sial, kita tidak bisa menggoresnya sedikitpun! Kalau begini caranya, kita Tak akan bisa mengalahkannya. Bahkan sampai sekarang dia hanya mempermainkan kita!" Keluh Neyla.

"Kalau begitu, bagaimana kalau kita melakukan sihir pemanggilan makhluk magis tingkat tinggi?" Ujar Yuga.

"Ya, kita harus melakukan itu. Semua sihir andalan kita tak berguna. Jadi dengan memanggil makhluk magis tingkat tinggi, aku yakin itu adalah cara yang efektif untuk mengalahkannya. Kalau begitu, lakukan sekarang!"

Setelah melalui beberapa kegagalan, Neyla memberi perintah baru untuk melakukan sihir pemanggilan.

"Ya!"

Teman-temannya setuju dengan melakukan pemanggilan makhluk magis. Tanpa menunggu waktu lama, Yuga, Miya, Charles, Landlous, dan Benrade berposisi mengelilingi Neyla dengan membentuk lima sudut. Masing-masing dari mereka, termasuk Neyla mengeluarkan sebuah gulungan yang berisi mantra sihir pemanggilan. Mereka menempelkan gulungan itu di lantai, kemudian lingkaran sihir dengan pola-pola rumit terbentuk.

"Wahai makhluk magis tingkat tinggi... Datanglah pada kami! Buat langit bergemuruh dan buat bumi ketakutan dengan Angkara murka mu!"

Jrrrrt!!!

Petir biru yang sangat terang menyambar Neyla dan teman-temannya. Komentator dan para penonton terkesima melihat pemandangan luar biasa itu. Arde pun juga terkesan.

"Hey, kalian mulai serius? Sepertinya ini akan menyenangkan! Mari kita lihat, sejauh apa kalian dapat melawanku." Ucap Arde dengan penuh semangat.

Petir biru berhenti menyambar. Dan didepan Neyla dan teman-temannya, muncullah serigala besar seukuran gajah dengan bulu biru terang yang memancarkan percikan listrik. Mata serigala itu menyala merah.

"Grrrr..."

Geramannya terdengar jelas, membuat para penonton bergetar ketakutan. Bahkan sang komentator hanya bisa ternganga tanpa bisa berkata apapun. Dia telah berkali-kali melihat pertarungan hebat. Namun, apa yang ada didepannya berada di level yang berbeda. Itulah apa yang dia pikirkan. Serigala besar yang merupakan makhluk magis panggilan itu, memancarkan aura elemental petir. Membuat semua orang merasa seperti di tengah-tengah badai petir.

Penonton yang tadinya semangat, sekarang menjadi ketakutan.

"Oh, itu adalah makhluk magis yang kuat. Mungkin itu berada pada ancaman tingkat malapetaka. Sungguh benar-benar luar biasa, berada diluar perhitunganku. Sepertinya aku terlalu meremehkan kalian." Kagum Arde sambil bertepuk tangan.

"Tentu saja kau meremehkan kami! Lihatlah didepanmu, itu adalah makhluk magis tingkat tinggi! Kekuatannya dapat menciptakan malapetaka yang dapat menghancurkan segalanya! Sekarang kau akan mati, Arde! Hahahaha!!!"

Yuga menggonggong dengan sombong.

Sedangkan yang lainnya hanya tersenyum sinis sambil membusungkan dada mereka, berpikir bahwa mereka telah membalik keadaan.

"Wahai makhluk magis, hancurkan Arde sampai tak tersisa!" Perintah Neyla.

"Auuuuuu!!!!!!"

Serigala besar itu melolong. Lolongannya sangatlah keras, membuat para penonton menutup telinga mereka. Langit menjadi mendung. Petir-petir menyambar di langit dan suaranya pun menggelegar kuat seolah dia telah membelah langit. Kilatan listrik biru terang menyelimuti tubuh serigala besar.

Tatapan matanya yang tajam mengarah pada Arde. Arde yang penasaran menunggu serigala itu untuk menyerangnya.

Yang benar saja, serigala itu bergerak dengan kecepatan mach 5, dan hendak menerkam Arde. Arde terkejut, juga tak sempat menghindar karena lengah. Namun untungnya, penghalang pasif Arde masih bisa melindunginya dari terkaman serigala besar. Serigala itu belum menyerah. Dia membuka mulutnya lebar-lebar. Lalu mengeluarkan sambaran petir dari mulutnya. Sambaran petir itu cukup kuat untuk membuat Arde terpental 10 meter ke belakang. Petir berhenti menyambar. Terlihat penghalang Arde retak, beberapa bagian juga telah berlubang. Serigala besar itu mundur beberapa langkah, lalu melolong kearah langit.

"Aauuuuuu!!!!"

Serigala besar melolong lagi. Tak lama kemudian suara petir menggelegar di langit ibukota yang mendung. Kemudian tiga petir biru turun dari langit dan seketika menyambar Arde yang masih belum sempat untuk menghindar lagi.

"Sungguh kekuatan yang dahsyat dan tak terbayangkan! Makhluk magis panggilan Party Permata Hitam sangat luar biasa hebat! Arde telah diserang habis-habisan oleh makhluk itu!"

Komentator memuji makhluk magis itu dengan terkagum-kagum. Sementara itu para penonton masih berdecak kagum sekaligus ketakutan.

Mereka benar-benar yakin Arde sudah musnah karena serangan itu.

Tiga petir biru yang terang masih menyambar tanpa memperlihatkan bagaimana wujud Arde.

Apakah Arde mati? Tidak semudah itu.

Keanehan mulai terjadi.

Suasana yang asing menyelimuti seluruh arena.

Petir biru berhenti menyambar. Sosok Arde terlihat dengan keadaan yang baik, tanpa ada luka sedikitpun.

Dia menatap serigala besar didepannya, dengan tatapan jahat yang menusuk sampai jiwanya. Serigala besar yang dibanggakan sebagai makhluk magis tingkat tinggi itu... mundur beberapa langkah dengan badan yang gemetar. Sorot matanya berubah, dari yang awalnya seperti serigala buas, berubah menjadi seperti anjing penakut.

Komentator, para penonton, bahkan para anggota Party Permata Hitam tak pernah menyangka hal yang mereka anggap mustahil seperti ini, terjadi didepan mata mereka. Mereka terkejut, juga mulai ketakutan. Sama seperti apa yang makhluk magis itu rasakan. Semua serangan serigala besar itu tak berefek sama sekali pada Arde.

"Ahh... apa kau ketakutan, anjing kecil? Tidak apa-apa... Aku tak akan menyakitimu. Aku hanya akan menghapus keberadaanmu dari realitas ini."

Arde mengarahkan tangan kirinya kedepan. Lalu, dia menyayat telapak tangan kirinya sendiri dengan kukunya yang tajam. Dari telapak tangan yang dia sayat tadi, darah segar mengalir deras dan jatuh ke lantai batu arena. Semua orang terkejut dengan apa yang dilakukan Arde, terutama Neyla yang sejak tadi masih menyimpan ketakutan pada Arde.

"Hey, apa yang kau lakukan! Kenapa kau menyayat tanganmu sendiri!" Tanya Neyla dengan panik.

Yuga, Charles, Landlous, dan Benrade mengernyit heran. Sementara itu Miya terlihat tegang dan waspada.

Arde tak mengeluarkan sepatah katapun. Dia hanya memberi tatapan dan senyuman yang menyeramkan. Darah masih mengalir dan menetes. Secara misterius juga membentuk lingkaran sihir merah yang mengelilingi Arde dengan pola-pola tak biasa. Ada banyak simbol-simbol aneh pada lingkaran sihir darah Arde. Ditambah dengan tulisan-tulisan kecil yang terlihat asing.

Neyla adalah penyihir berbakat dengan pengetahuan luas, dia langsung sadar apa yang sedang dilakukan Arde.

"J-jangan bilang kau akan..." Ucap Neyla dengan bibir gemetar.

Dia kehilangan daya untuk berdiri, dan langsung berlutut. Sorot matanya memancarkan keputusasaan. Yuga dan yang lainnya melihat itu, mereka heran.

"Neyla, kenapa?! Memang apa yang akan Arde lakukan!?" Tanya Miya.

"I-Ini buruk... Kita dalam bahaya. Kita dalam bahaya!!! Dia menggunakan itu!!!" Bentak Neyla dengan ketakutan.

"Menggunakan apa!?" Tanya Miya lagi.

"Sihir pemanggilan yang terlarang. Arde benar-benar sudah gilaaa!!!"

Neyla berteriak ketakutan. Lingkaran sihir yang terlukis dari darah Arde telah selesai terbentuk. Luka sayatan pada telapak tangan kirinya beregenerasi dengan cepat, dan akhirnya sembuh total. Lingkaran sihir menyala, memancarkan cahaya merah redup. Asap hitam yang tebal mengepul di sekitar Arde. Dan di belakangnya, muncul sebuah gerbang besar dengan dua daun pintu yang berupa baja hitam. Pintu gerbang terbuka, menimbulkan suara gemeretak yang memekakkan telinga. Ketika gerbang terbuka seluruhnya, bagian dalam gerbang diperlihatkan berupa kegelapan tanpa batas. Secara mengejutkan, sepuluh mata merah yang besar terbuka lebar menatap semua yang ada di luar gerbang. Tentu saja semua yang melihat itu, terutama Neyla dan si makhluk magis, berteriak histeris seperti melihat iblis. Namun apa yang mereka lihat itu lebih mengerikan dari iblis.

"Hahahaha!!! Kalian ketakutan? Inilah peliharaanku. Makhluk magis tingkat bencana, Nyarloth, sang pemakan ciptaan!"

Makhluk yang ada didalam gerbang mengaum dengan suara yang keras. Menciptakan ketakutan yang nantinya akan menjadi trauma dan mimpi buruk semua orang. Kesialan besar akan menimpa Neyla dan teman-temannya.

Bersambung