webnovel

Tiba Saat Iblis Menggenggam Dunia

Menjadi anak yang berbakti kepada orang tua, membuat Asnawarman Hamran (Aswa) diberi kelebihan Cognitif of Divine. Memiliki 9 ranah pikiran yang memungkinkannya fokus melakukan 9 aktivitas berfikir sekaligus. Manfaat kelebihan yang ia miliki ini tentu sangat menguntungkan di dunia yang mengandalkan alam berpikir spiritual untuk membangun kekuatan. Pada kenyataannya, kelebihan diikuti tanggung jawab. Setelah menerima kemampuan Divine, takdir melalui mimpi membayanginya untuk berperan dalam perang akhir dunia. Dalam mimpi itu ia ditakdirkan untuk tewas. Lahir dalam keluarga beridiologi iblis, Aswa hidup dalam kehati-hatian di tengah masyarakat dengan menjadi mata-mata gerakan iblis. Peran ini ia mulai setelah masuk Sekolah Spiritual Menengah Atas Mahakama. Membangun relasi dengan teman-teman baru untuk membentuk aliansi. Melawan penguasa dunia yang konon telah berusia lebih dari 1000 Tahun. Tokoh yang membawa dunia ke era kemuliaan dan selamat dari Hari Kiamat.

busu_ufik · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
36 Chs

Ch. 13 Trio Anak Iblis

Melihat tiga belas orang menyerang bersamaan, semangat Neo meningkat berkali-kali lipat. Ledakan aura jiwa pada ronde sebelumnya sebenarnya menandakan ranah spiritualnya meluas.

Hal ini juga yang sebenarnya yang membuat Aswa menjadi tenang. Aswa memprediksi keberanian atau mentalitas Neo jauh melebihi orang-orang yang saat ini mereka hadapi. Keberanian dalam ranah jiwa dapat menjadi katalisator dalam proses penyerapan energi alam.

Sebelum terjadi ledakan jiwa, ranah jiwa Neo masih begitu sempit. Namun setara dengan lawan-lawannya. Keberanian yang terus mempercepat penyerapan energy alam menyebabkan ranah jiwanya tidak mampu menampung dan meledak. 

Untungnya tingkat fisik Neo masih mampu menanggung luas ranah jiwa. Pada kasus malpraktik, tubuh seorang yang tidak mampu menanggung luas ranah jiwa akan layu dan bahkan meledak seketika!

Pasca ledakan yang menandakan perluasan ranah jiwa, daya tahan dan kekuatan Neo meningkat secara signifikan.

Sepengetahuan Aswa, berdasarkan jurnal penelitian dengan judul: 'Uji Kepekaan Kristal Kuning terhadap Tingkatan Ranah Jiwa' yang pernah ia baca, menyebutkan bahwa dengan menyerap energi alam, volume ranah jiwa akan melebar. 

Pelebaran ini dapat dideteksi melalui sebuah Kristal Kuning yang peka terhadap ranah jiwa. Kristal akan berubah warna saat menyerap energi jiwa dalam kondisi apapun. Para pemula umumnya berwarna kuning gelap. 

Ranah jiwa kuning gelap menandakan ranah jiwanya masih sempit karena belum diolah. Umumnya mereka ini adalah rakyat biasa yang tidak pernah mengolah pengetahuan spiritual mereka. 

Adapun ketika Kristal Kuning berubah menjadi hijau, peneliti dalam jurnal itu menyebutnya sebagai Ranah Hijau. Tingkatan berikutnya berwarna cyan, biru, magenta, merah dan putih. Setiap luas ranah jiwa diberi nama sesuai warna yang ditimbulkan pada Kristal. 

Warna ini menandakan keluasan ranah jiwa yang hingga saat ini tidak dapat diamati secara langsung. Luas ranah jiwa menentukan besaran energi jiwa yang dapat ditampung. Namun ini bukan faktor utama karena hal yang terpenting adalah keterampilan menyerap energi alam dan memanfaatkannya.

Ketua Ansep dan bawahannya sudah berada di sekitar area pertarungan.

Seorang bawahan yang menggunakan topeng bertanduk berbisik di telinga Ketua Ansep, "Ketua, situasi sepertinya tidak berimbang."

"Tunggu perintahku. Selama mereka masih bisa menangani, kita hanya perlu menjadi penonton."

Hanya ada dua orang yang mengikuti Ketua Ansep. Mereka semua pastinya sudah lebih dari cukup untuk mengatasi gerombolan remaja keroco.

*Settt**Settt**Settt**Settt**Settt*

Tebasan demi tebasan pedang menghampiri tubuh Neo. Namun saat pedang menyentuh tubuh Neo, hanya goresan luka kecil yang muncul ditubuhnya. Daya tahan tubuh Neo tidak mampu ditembus para penyerang.

"Wajar memang Qiusera dan yang lainnya kesulitan membunuh anak ini. Bakat fisiknya di luar nalar!" Kapten Kadal mulai menyadari ada sesuatu hal yang janggal. Terlebih saat ia kesulitan menyerang Aswa yang terus-terusan dilindungi hingga dapat menyerang sesuka hatinya.

Kapten Kadal memandang Aswa yang sangat sulit di bunuhnya, "Anak yang berambut hitam jauh lebih brengsek! Siapa yang telah mengajarinya bertarung seperti itu?"

Cara Aswa bertarung tidak mengandung gerakan seni bela diri. Seperti seorang pengecut, Aswa hanya berlari-lari berlindung di antara Neo dan Godel. Sesekali ia memanfaatkan kesempatan menebas bawahan Kapten Kadal.

Formasi pertahanan Neo dan Godel sulit ditembus. Hal ini memudahkan Aswa membunuh lawan-lawannya satu per satu.

Saat ini hanya ada Kapten Kadal, Qiusera dan empat bawahan yang masih hidup. Sisanya mati di tangan Godel dan Aswa! Neo? Pukulannya hanya membuat lawan-lawan menjadi lumpuh.

Melihat kekuatannya berkurang, Kapten Kadal dan bawahannya mundur beberapa langkah. Memberi jarak dengan trio iblis. 

Godel dan Aswa sebenarnya sudah sangat kelelahan. Namun yang mereka perhitungkan adalah Neo. Bayi Iblis ini masih terlihat segar bugar dan penuh semangat! Walau banyak  luka di sekujur tubuhnya.

Kapten Kadal menunjuk ke arah Godel, Neo dan Aswa, "Kalian tidak sadar sedang menggali kuburan. Godel! Ketua tidak akan melepaskanmu, pengkhianat! Camkan itu!"

Neo berjalan ke depan dengan santai dan balas menunjuk wajah Kapten Kadal, "Tante! kita sedang bertarung. Mulai kapan menggali kubur? Ayo kita selesaikan sekarang pakai ini!" Tangan kecil Neo mengepal ke arah Kapten Kadal sambil mengambil posisi untuk bertarung. Walau tangannya kecil, tinju Neo sangat bertenaga!

Peningkatan kondisi fisiknya yang dahsyat hingga sekarang tidak disadari Neo. Pikiran Neo benar-benar terfokus pada bertarung dan bertarung. Ia tidak peduli dengan hal-hal lain!

"Kapten, dia anak Master Sain..." Qiusera berbisik ke telinga Kapten Kadal.

Dahi Kapten Kadal berkernyit, "Oh, bagus!" Kapten Kadal menunjuk ke arah Neo, "Ketua Guild pasti akan tertarik memenggal lehermu. Cepat atau lambat kau pasti mati!"

Neo memegang pinggangnya dengan kedua tangan lalu tertawa, "Hahaha… panggil ke sini sekarang! Tidak usah banyak chat!" 

Godel dan Aswa saling pandang setelah melihat aksi Neo. Mulut dan tangan Neo sama-sama liar!

"Mulai sekarang kalian adalah musuh kami. Kalian berdua juga harus berhati-hati dengan Godel. Ia makhluk sampah yang mudah mengkhianati kawannya!" Setelah mengakhiri kata-katanya, Kapten Kadal pergi  bersama bawahannya.

"CC, Pilarmu buatku saja ya!" Aswa meneriaki kelompok Kapten Kadal.

Kapten Kadal tidak menoleh karena sudah merasa sangat malu. Dua puluh orang dikalahkan oleh tiga orang. Bahkan salah satunya hanya anak SMP! Sungguh terlalu!

Dengan sekali lambaian tangan yang dilakukan Kapten Kadal, [Pillar of Eternity] memudar. Kembali ke ranah pikirannya.

Setelah situasi dapat diatasi, Godel dan Aswa langsung terbaring lemah. Neo datang menghampiri dan duduk di antara keduanya.

"Hari ini aku benar-benar ketiban sial!" Aswa sebenarnya jarang mengeluh. Tapi konflik demi konflik yang ia hadapi dalam satu hari membuatnya sangat kesal. Ia jelas tidak pernah terpikir akan hal ini, bahkan dalam mimpi sekalipun.

Mendengar keluhan Aswa, Godel berkomentar, "Hehehe... Seingatku pagi tadi kau bertarung melawanku. Itu mungkin kesialanmu yang pertama!"

"Ya, ku anggap itu satu kesialan memang. Tapi setidaknya hari ini aku dapat buku bagus!" dalam kondisi lemah Aswa masih bisa tersenyum.

 "Ini buku resep masakan! Apanya yang bagus?" Neo sedang membolak-balik halaman buku yang dicuri Godel, tidak ada hal menarik baginya dalam buku itu.

Godel mengambil buku tersebut lalu menyimpannya ke dalam ranah jiwa.

Tiba-tiba kumpulan asap menghampiri mereka. Godel dan Aswa kaget dan segera duduk.

"Oh, Ketua Ansep!" Neo berseru saat melihat Ketua Ansep datang menghampiri mereka.

Ketua Ansep memberikan dua kotak yang terbuat dari kertas kepada Neo. "Ini ada obat-obatan, makanan dan minuman." Ketua Ansep lalu melirik Aswa sambil tersenyum dan berkata, "di dalamnya juga ada dua botol susu. Setelah pulih kalian harus segera pulang. Berlama-lama di sini akan sangat berbahaya. Aku akan mengamati dari jauh untuk memastikan keselamatan kalian."

"Terima kasih, Ketua." Aswa menganggukan kepalanya ke arah Ketua Ansep.

Neo mendekati Ketua Ansep kemudian mendorong tubuhnya. "Ketua balik saja. Biar aku yang menjaga mereka."

Ketua Ansep tertawa melihat kesombongan Neo. "Kalau begitu tidak ada yang harus ku khawatirkan. Baiklah aku pergi dulu."

Tubuh Ketua Ansep memudar dalam kepulan asap. Lalu terbang terbang tertiup angin.

"Suplemen-Herbal-Ginko-Biloba…" Godel membaca kemasan sebuah botol yang ia keluarkan dari dalam kotak.

"Itu penting untuk meningkatkan aliran darah ke otak." Sambil meminum susu Aswa memberikan penjelasan kepada Godel.

Tidak jauh dari Aswa, Neo sedang sibuk makan dengan lahap.

"Apakah bisa memperbaiki ranah jiwa yang rusak?" 

"Ranah jiwa akan sembuh dengan sendirinya. Suplemen hanya membantu mempermudah proses penyembuhan."

"Hah, Kau ini sok tau!" Godel tidak mau secara eksplisit mengakui kepandaian Aswa. Padahal sebenarnya ia mutlak percaya. Ini terbukti dengan keputusannya meneguk empat pil sekaligus!

"Sebaiknya kau segera mencari tempat pelampiasan… Dosis tinggi pil itu bisa membangunkan kepalamu yang lain! Hahaha…" 

*Huuusss… *

Godel menyemprotkan air minum karena tidak mampu menahan tawa.

"Huft! Hahaha… jika itu terjadi, aku hanya perlu mencari seekor rusa betina! Kau harus membantuku memegang kepalanya!" sambil tertawa, Godel memperagakan gerakan-gerakan konyol yang tidak pantas dilakukan.

Sementara ini Godel dan Aswa melepaskan penat dengan bercanda. Krisis sebelumnya telah mereka lupakan untuk saat ini. 

Mereka juga menyempatkan diri untuk membersihkan tubuh dari bercak darah dan kotoran.

"Ayo makan sebelum bocah ini menghabiskan makanan sampai ke kotak-kotaknya!" Godel berseru kepada Aswa sembari mendekat ke arah Neo. 

Sejauh ini Neo dan Godel tidak saling peduli. Kondisi ini normal bagi mereka yang menganggap diri mereka lebih hebat dari orang lain.

......

Selesai makan mereka bertiga beranjak ke luar hutan. Berjalan bersama di tepi kota. Waktu saat itu sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh.

"Sebaiknya kita berkumpul di rumah pohon yang kau ceritakan." Godel memberi saran kepada Aswa.

Mendapat saran dari Godel, Aswa balik bertanya kepada Neo, "Bos, apa rencanamu sekarang?" 

Mendengar perkataan Neo, Godel membatin, "Bos? Apa Aswa tidak salah?" panggilan "Bos" yang Aswa gunakan ternyata menarik perhatian Godel.

"Aku ikut kalian lah… Bermain di rumah pohon sepertinya asyik juga." Sambil tersenyum Neo berjalan dengan santainya di belakang Aswa dan Godels.

"Yah, itu urusan mereka sih. Tapi bocah sekecil ini sudah gila hormat. Tidak dapat ku bayangkan masa depan sampah seperti ini." Godel terus membatin.

Godel secara jujur kepada dirinya sendiri mengakui tekad iblis Aswa lebih hebat dari dirinya. Hanya saja ekspektasinya kepada Aswa sedikit menurun setelah memanggil Neo dengan sebutan "bos". Tapi orang seperti Aswa tidak akan berbuat tanpa ada maksud. Pertentangan-pertentangan seperti ini mengganggu alam pikiran Godel.

Godel mencoba mengingat saat-saat mereka bertarung bersama. Berdasarkan ingatannya, tidak ada yang spesial pada diri Neo karena Godel tidak begitu memperhatikan gaya bertarung Neo. Namun melihat luka-luka Neo yang lebih ringan, ada hal lain yang bisa dilihat Aswa, tidak dilihat oleh dirinya.

Pada percakapan itu secara tidak langsung Aswa memang memperkenalkan Neo sebagai leadernya kepada Godel. Aswa sudah mulai paham dengan watak Godel. Orang seperti Godel akan menginjak kepala siapa pun yang bersikap sopan padanya. Jadi tidak perlu repot menjembatani perkenalan Neo dengan Godel.

"Aku tidak habis pikir mengapa Aswa seperti itu. Oh, boleh jadi anak ini  lebih iblis dari Aswa," Lagi-lagi Godel membatin dalam dirinya. Matanya terlihat bersinar.

"Jarak yang akan kita tempuh sekitar lima belas kilometer. Sebaiknya kita naik angkutan umum." Aswa memberi saran lalu memimpin tim menuju halte terdekat.

Di halte bus, Godel terlihat mulai kesal dengan perilaku Neo yang melompat ke sana kemari seperti tupai. Jika adegan Neo ini adalah tayangan televisi, Godel tidak segan-segan menghancurkan televisi tersebut.

Menoleh ke arah Aswa yang sedang fokus pada layar gadget sambil bersandar pada kursi halte, Godel mencoba mengusir kekesalan dengan berbincang dengan Aswa.

Sebelum sempat berkata-kata dengan Aswa, bus jurusan yang mereka tuju sudah tiba. Neo menjadi yang pertama masuk, diikuti Aswa lalu Godel sesudahnya. Tidak ada penumpang lain yang masuk dari halte yang sama.

Tidak perlu menunggu lama untuk mendapatkan bus. Jumlah bus di Kota Samareand sangat banyak dan beroperasi selama 20 jam per hari.

Kendaraan darat di kota Samareand sudah lama menggunakan tenaga listrik sebagai sumber energi penggerak. Begitu pula bus. Sehingga sangat ramah lingkungan.

"Ah... Nyamannya..." Perkataan Godel ini sesuai dengan isi hatinya saat ini. 

Kursi yang disediakan dalam bus sangat empuk karena terbuat dari busa dan kulit halus dengan kualitas sangat baik. Kursi ini tersusun rapi di tepi bus dalam posisi berhadapan dan terbelah oleh lorong.

Neo sedang bermain-main di lorong ketika bus perlahan meninggalkan halte. Manusia cebol ini melompat, lalu  meraih tali yang disediakan untuk pegangan penumpang.

"Satu, dua, tiga, ..." 

Neo mulai melakukan gerakan full up untuk menyalurkan energinya yang berlebihan. Penumpang lain hanya sekali melirik, lalu mengalihkan pandangan mereka.

Berbeda dengan Godel. Ia benar-benar risih dengan tingkah Neo. Bahkan dengan hanya mendengar hitungan Neo, Godel merasa ingin melakukan pembunuhan!

Semua itu berubah saat mata Godel melebar kala melihat seorang wanita seksi di depannya. Penumpang ini tertidur hingga tidak sadar memperlihatkan bagian dalam roknya!

Godel jelas lelaki biasa yang tertarik dengan hal-hal berbau eksotisme. Dengan pengalamannya ia terus mengintip bagian sensual wanita itu tanpa ketahuan orang lain. Ini teknik mengintip tingkat tinggi!!!

Ekspresi wajahnya tidak nampak mesum walaupun sedikit kemerahan.

"Hal-hal seperti ini sepertinya hanya aku di sini yang dapat menikmatinya," kata Godel dengan sombong di dalam hati.

Godel melirik ke sekelilingnya, melihat kemungkinan ada orang lain yang ikut mengintip.

Pandangannya terhenti saat menatap Aswa.

Godel berseru dengan suara renda, "Si Goblok! Cepat sapu air liur mu itu. Astaga! Itu hidungmu mulai mengeluarkan darah!"

****