webnovel

Tiba Saat Iblis Menggenggam Dunia

Menjadi anak yang berbakti kepada orang tua, membuat Asnawarman Hamran (Aswa) diberi kelebihan Cognitif of Divine. Memiliki 9 ranah pikiran yang memungkinkannya fokus melakukan 9 aktivitas berfikir sekaligus. Manfaat kelebihan yang ia miliki ini tentu sangat menguntungkan di dunia yang mengandalkan alam berpikir spiritual untuk membangun kekuatan. Pada kenyataannya, kelebihan diikuti tanggung jawab. Setelah menerima kemampuan Divine, takdir melalui mimpi membayanginya untuk berperan dalam perang akhir dunia. Dalam mimpi itu ia ditakdirkan untuk tewas. Lahir dalam keluarga beridiologi iblis, Aswa hidup dalam kehati-hatian di tengah masyarakat dengan menjadi mata-mata gerakan iblis. Peran ini ia mulai setelah masuk Sekolah Spiritual Menengah Atas Mahakama. Membangun relasi dengan teman-teman baru untuk membentuk aliansi. Melawan penguasa dunia yang konon telah berusia lebih dari 1000 Tahun. Tokoh yang membawa dunia ke era kemuliaan dan selamat dari Hari Kiamat.

busu_ufik · Fantasy
Not enough ratings
36 Chs

Ch. 12 Godel si Pengkhianat

Menerima rentetan serangan panah yang penuh energi, tubuh Neo terlempar menabrak tubuh Aswa yang sedang berada di belakangnya!

Baik tubuh Neo maupun Aswa sekarang terus terlempar ke arah semak-semak...

Tinggal satu tikus… ayo bunuh!!!

Tidak boleh ada satupun saksi mata. Semua jejak harus dimusnahkan!

Aswa berupaya untuk tenang... dan tenang…

Segera ia mengambil parangnya yang tidak jauh dari tubuhnya. Lalu berlari ke arah pemuda yang sedang melakukan pengobatan kepada pemuda yang kakinya terluka.

Tanpa pengawalan, pemuda yang sedang melakukan pengobatan dengan mudah di tebas Aswa.

*Blas...*

Tebasan Aswa tidak begitu dahsyat. Tapi mampu meninggalkan potongan menganga di leher pemuda itu. Ini pembunuhan pertama Aswa!

*Blas...*

Aswa kembali menebaskan parang ke leher pemuda listrik yang sedang terluka. Tidak butuh waktu lama bagi Aswa melakukan pembunuhan keduanya! Ini korban kedua!

Cipratan darah membasahi wajahnya.

"Kenapa kalian diam? Bunuh dia cepat!"

"Bunuuuh…! Bangs*t…!"

Serangan panah hitam, pisau es dan tembakan petir bak tsunami yang mengarah ke Aswa. Dengan memanfaatkan setengah energi ranah jiwa [Domain 9] Aswa mempercepat gerakannya dan bergegas berlari ke tengah kerumunan musuh.

*Clakk…*

Sabetan parang Aswa menebas dada pemuda es! Darah muncrat ke udara.

Seketika itu juga seorang pemuda menendang perut Aswa hingga terbang belasan meter. Serangan elemental baik panah hitam, petir dan es hanya menyentuh tanah kosong yang ditinggalkan Aswa.

"Bodoohh!"

Seorang pemuda mengutuk sambil memukul kepala pemuda lain yang baru saja menendang Aswa.

"Harusnya tikus itu sudah mati! Bodoh! Bodoh! Bodoh!"

Amarah ini sangat wajar. Jika tidak terkena tendangan, Aswa jelas akan tewas seketika!

Tubuh Aswa terlempar belasan meter sebelum Neo menangkapnya.

Apa? Serangan panah sebelumnya tidak memiliki efek!!!!!!

"Bagaimana ini bisa terjadi?"

Tujuh orang lawan Aswa tidak dapat menahan rasa terkejut.

Neo pun tidak mengerti mengapa serangan yang terjadi sebelumnya tidak berdampak padanya.

"Dua kali aku menyelamatkan hidupmu sekarang. Jangan lupa traktir makan ya…"

Neo berdiri tepat di samping Aswa dengan darah yang membasahi tubuhnya... hanya saja luka-luka yang dideritanya sudah terlihat membaik!

Hahahaha…!!!

Seorang penyerang tertawa terpingkal-pingkal. Untuk saat ini lupa bahwa tiga rekannya mati di tangan Aswa.

"Anak ini tidak memiliki ada elemen di ranah pikirannya!"

Hahahaha...!!! Jangan-jangan ia anak haram!

Tawa orang-orang ini dapat dimaklumi Aswa. Seorang yang tidak memiliki elemen jiwa di dunia ini tidak pantas menjadi seorang petarung. Bahkan tidak patut menjadi warga biasa karena umumnya warga biasa masih memiliki elemen jiwa.

Membandingkan Neo dengan ayahnya, Master Sain si mantan ketua Sekte, menjadi tidak perlu dilakukan. Melakukan perbandingan antara Neo dan ayahnya hanya membuang-buang waktu saja.

Sejak pertama kali bertemu Neo, Aswa sudah hafal atribut Neo.

Aswa masih dapat mengingat walau samar-samar tiap pertemuannya dengan Neo dalam takdir mimpi.

Dalam mimpi-mimpi Aswa, Neo menjadi rekan utamanya!

Berdasarkan ingatan Aswa, dalam takdir mimpi, Neo adalah manusia biasa yang tidak memiliki elemen spiritual. Namun berhasil menuju puncak dengan hanya kekuatan fisik!

Neo adalah sosok yang paling sering muncul dalam takdir mimpi Aswa.

Walau memiliki bakat spiritual super buruk karena tidak memiliki elemen jiwa, Neo dalam mimpi itu memiliki tekad kuat melebihi diri Aswa.

Bersama Neo, dalam takdir mimpi Aswa yang memiliki bakat spiritual ilahi berhasil menghadapi segala rintangan yang menghadang.

Tanpa elemen, ranah jiwa Neo dapat dikatakan bersifat netral. Dalam kasus sosial di dunia yang mengandalkan kekuatan elemental pada ranah jiwa, Neo tergolong petarung dengan kategori normal.

Terkait serangan Qiusera yang tidak mempan di tubuh Neo, di dunia kekuatan elemental diketahui bahwa hanya makhluk normal yang tidak terdampak saat diserang elemen kegelapan. Begitu juga sebaliknya.

Adapun menyangkut luka-luka Neo yang cepat sembuh, Aswa lah sebenarnya yang melakukannya.

Dalam posisi terlempar sebelumnya bersama Neo, Aswa masih sempat menyuntikkan energi jiwanya untuk mengobati luka Neo.

Hal yang membuat Aswa bingung adalah efek pengobatan yang ia lakukan tidak semestinya seekstrim ini.

Untuk sementara Aswa menyimpulkan bahwa tingkat mentalitas Neo berada di tingkat yang luar biasa!

"Kau serang yang tante-tante. Aku akan menghadapi sisanya." Aswa berbisik ke telinga Neo.

Saat ini Aswa telah siap menggunakan menggunakan seluruh kekuatan fisiknya!

Jeda tawa dari lawan-lawannya memberikan kesempatan kepada Aswa untuk memulihkan luka-luka melalui regenerasi sel. Ini kemampuan Aswa yang ia dapat sejak masa Sekolah Menengah Pertama.

"Sudahlah, Aku bosnya… Biar aku yang menentukan!"

Neo maju selangkah, lalu menunjuk ke arah Qiusera.

"Aku akan menghajar bos dan lima orang lainnya. Kau cukup menghajar petugas listrik!"

Mendengar kata-kata Neo, Aswa hanya bisa menurutinya sambil merencanakan improvisasi.

"Serang mereka sekaligus! Anak haram itu... aku akan menyerang yang rambut hitam."

Perintah Qiusera seperti remot televisi. Begitu ditekan channel akan berubah sesuai keinginannya.

Secara bergerombol enam pemuda langsung menyerang Aswa dan Neo.

Qiusera mulai sadar bakat Neo dan Aswa akan sangat berbahaya di masa depan. Sebelum terlambat, membunuh mereka adalah keputusan yang tepat!

Neo berlari ke tengah kerumunan tanpa sedikitpun rasa takut. Persepsi Aswa benar. Neo memiliki mentalitas yang luas dan padat.

Mentalitas menyebabkan energi spiritual Neo yang hanya dapat digunakan untuk memperkuat serangan dan pertahanan fisik akan terus terisi!

Ini pula yang menyebabkan Neo sangat sulit di atasi dalam pertarungan sejauh ini.

Neo mengeluarkan pukulan ke arah pemuda yang berada di garis depan. Pukulan Neo dengan mudah dihindari.

*Clakk...*

Tanpa pemuda itu sadari, setelah mampu menghindari Neo, ia harus berurusan dengan parang Aswa yang mendadak merobek daging dan mematahkan tulang pundaknya!

Sosok ini langsung menggelepar-gelepar kesakitan di tanah. Darahnya terlihat terus mengalir deras.

Pukulan es hampir merobek tenggorokan Neo yang masih bisa menghindar tepat waktu. Tanpa banyak gerakan Neo lalu memukul perut pemuda itu.

Postur tubuh Neo terlalu mungil. Menambahkan gerakannya yang lincah, Neo sangat licin seperti seekor belut.

Terlebih langit benar-benar sudah sangat gelap. Walau berada di bulan Agustus, cuaca saat itu sedang mendung. Bulan tertutup awan pekat. Penglihatan menjadi sangat terbatas. Ini keuntungan yang dimiliki Neo dan Aswa.

*Uhuk...!*

Seliter darah keluar dari mulut pemuda penyerang Neo. Pukulan Neo di ronde kedua ini terlalu kuat!

Kekuatan Neo telah menjadi berkali-kali lipat dibanding ronde pertama yang saat itu ia babak belur tidak karuan.

Neo tersenyum kegirangan. Ia lalu menunjukkan ototnya yang rata ke arah Aswa.

Melihat itu Aswa tidak mau kalah. Ia mengangkat potongan kepala pemuda elemen petir!

Kepala itu penuh dengan tetesan darah dengan bola mata yang menghadap ke atas. Selain di leher, darah juga mengalir deras keluar dari mulut yang menganga dengan lidah menjulur.

Neo tidak senang disaingi Aswa. Ia lalu berniat menghabisi semua musuh!

*Bam...!*

Sebuah pukulan mendarat di kepala Neo!

Sebelum sempat terhempas, Neo membebankan tubuhnya pada satu tangan. Dengan satu tangan itu ia mendorong tubuhnya kea rah penyerang.

*Bam...!* *Bam...!* *Bam...!*

*Bam...!* *Bam...!* *Bam...!*

*Bam...!* *Bam...!* *Bam...!*

Tiap pukulan Neo menghancurkan tulang-tulang pemuda itu! Puas memukul Neo melihat ke belakang untuk melihat Aswa. Niatnya tentu saja ingin pamer.

Aswa tiba-tiba menebas rusuk kiri seorang pemuda yang sedang mengayunkan pedang ke kepala Neo. Pada periode itu Neo sangat lengah tanpa penjagaan.

Satu keteledoran dalam pertempuran dapat merenggut nyawa petarung.

Namun bagi Aswa, lengahnya Neo itu justru sangat menguntungkan baginya.

Mulut Qiusera menganga melihat pertarungan dua bayi iblis. Aswa dan Neo dengan jurus-jurus bertarung yang amburadul sangat menikmati pertempuran ini layaknya petarung profesional!

Bisa jadi Neo dan Aswa hanya berpura-pura lemah untuk membuat mereka lengah. Berapa banyak nyawa yang melayang di tangan mereka. Pikiran ini muncul di benak Qiusera.

*Plakk...!*

Sebuah pukulan telak ke arah kepala membuat Qiusera tersungkur.

Qiusera segera berpaling melihat siapa yang memukulnya.

Wajah marahnya berubah menjadi ketakutan saat melihat sosok yang sangat dikenalnya.

"Ka-Ka-Kapten?"

Kadal ini berjenis kelamin perempuan dengan tinggi sekitar 180 senti meter.

Di belakangnya tersisa tujuh orang yang semuanya mengalami luka-luka ringan.

Salah satu bawahan menyeret tubuh Godel yang sudah tidak sadarkan diri.

Aswa melirik ke arah Godel yang tidak sadarkan diri. "Mengapa mereka tidak membunuh Godel? Siapa Godel ini sebenarnya?" batin Aswa seketika bertanya-tanya.

Situasi membingungkan seperti ini menarik perhatian Aswa tentang Godel.

Di lain pihak, Kapten Kadal menatap rendah ke arah Qiusera.

"Melawan anak kecil kau sungguh sangat bisa diandalkan. Minggir! Obati yang luka, aku akan membereskan mereka sendirian."

Kapten Kadal mengeluarkan pilar setinggi 2 meter dengan diameter 80 senti meter lalu berjalan santai ke arah Neo dan Aswa.

Para bawahan mundur dari pertarungan.

Sebagian menyalakan obor untuk menerangi lingkungan sekitar. Sebagian yang lain membawa korban serangan Aswa dan Neo yang sudah tidak sadarkan diri ke arah pilar.

Neo dengan semangat memasang ancang-ancang untuk menyerang. Beberapa kali berhasil memukul jatuh musuh menyebabkannya lupa daratan. Tidak tau siapa yang akan dihadapinya.

Berbeda dengan Neo, Aswa lebih tertarik kepada "pillar of eternity" milik Kapten Kadal. Pilar itu bisa menyembuhkan semua bawahannya dalam waktu hanya lima belas menit!

Walaupun durasinya masih akan bertambah tergantung tingkat keparahan luka.

"Dari mana ia mendapatkan item itu?" Aswa sebelumnya hanya melihat benda ini dari buku di perpustakaan.

Krisis ini jelas lebih berkepanjangan!

Ayo Aswa… tetap tenang… tetap tenang…

Berpikir…! Berpikir!

Aswa jelas paham saat ini sudah tidak ada jalan keluar!

Ke mana anggota Sekte?

"Benar, semestinya Tetua dan Ketua Sekte melihat kami. Boleh jadi mereka sengaja bertahan karena menganggap kami masih memiliki kesempatan untuk menang! Ya, Tuhan… mengapa aku baru terpikir akan hal itu?"

Hanya membuka satu ranah pikiran [Domain 9], Aswa tidak dapat memikirkan hal lain selain untuk strategi bertarung. Namun apa yang harus dilakukan?

#Bilik Tetua Gusti Amr-Markas Sekte Kelopak Anggrek Putih

Ketua Ansep dan Tetua Gusti Amr saat ini sedang menatap layar 30 inch di dinding. Tidak seperti yang Aswa pikirkan, mereka berdua sudah terlihat cemas.

"Sebaiknya Ketua segera menyiapkan orang-orang untuk segera membantu mereka."

"Baik, Tetua!"

Ketua Ansep segera keluar bilik dan memanggil bawahannya. Pergi keluar markas dengan secepat mungkin.

Jarak yang harus mereka tempuh setidaknya tiga kilo meter hingga bisa bertemu Aswa dan Neo.

Seandainya Tetua Gusti Amr dan Ketua Ansep tidak larut dalam percakapan, mereka akan segera tau Aswa dan Neo dalam kesulitan. Sehingga mereka juga bisa mengirim bantuan untuk Neo dan Aswa lebih cepat.

Ketua dan Tetua pasti tidak ingin penentu masa depan sekte mati begitu saja.

#Tepi Hutan-Kota Samareand

"Satu berelemen racun dan satu tanpa elemen. Bagaimana jika aku mencoba kemampuan baruku?" Dengan tingkat ranah pikiran yang lebih tinggi dari Aswa dan Neo, Kapten Kadal dapat sedikit mempersepsi lawannya.

Kapten Kadal mencoba memusatkan pikiran sambil memegang kepalanya. Aswa dan Neo memperhatikan tanpa pergerakan.

Tubuh Kapten Kapal tiba-tiba meledak! Darahnya berceceran ke mana-mana.

[Hypnosis]

Aswa dan Neo terkejut melihat kejadian itu. Padahal semua itu hanyalah sebuah ilusi.

Seketika tubuh mereka tidak dapat digerakkan!

"Kenapa aku mulai mengantuk?"

"Kalau kau tertidur, maka kau hanya bisa jadi pemimpin di alam kubur. Hehehe." Aswa masih berupaya mengatasi pengaruh yang ditimbulkan Kapten Kadal. Walau ia juga mengalami kantuk, namun ia masih mencoba menyadarkan Neo.

"Aku tidak akan mati di sini, Anjeeerr!!" dalam keadaan mengantuk berat, Neo mengutuk ke arah Aswa.

Bawahan Kapten Kadal bersiap melancarkan serangan.

Niat membunuh dari para bawahan ini sudah membumbung tinggi!

"Tekad mereka sangat kuat. Aku akui itu! Cepat bunuh mereka!"

Kapten Kadal terduduk setelah memberikan perintah. Boleh jadi pertarungan sebelumnya cukup menguras energi pikirannya. Di matanya, Neo dan Aswa sudah dipastikan mati.

"Bunuh!" segorombolan pemuda berlari ke arah Aswa dan Neo.

Kematian rekan mereka di tangan Aswa memicu dendam yang perlu dilampiaskan.

"Aswaaa…!!!"

Godel tiba-tiba sadar. Sejurus kemudian melemparkan sebuah buku ke arah Aswa.

"Bawa kabur buku itu!"

"Itu bukunya cepat ambil!" Qiusera berseru kepada bawahannya.

Alasan mengapa Godel tidak dibunuh akhirnya terjawab. Sebelumnya Godel menyimpan sebuah buku dalam domain pikirannya.

Membunuh Godel bisa mengakibatkan buku tersebut akan sulit untuk dicari karena berada di dimensi arwah.

Selama Godel masih hidup, ada beberapa teknik yang dapat memaksa pikiran seseorang masuk ke domain pikiran Godel untuk mengambil buku tersebut.

Setelah melempar buku ke arah Aswa, Godel mencekik seseorang didekatnya.

"Mati kauu..!"

*Kraakkk…!*

Korban Godel tidak dapat berbuat apa-apa saat diserang mendadak. Nyawanya tidak dapat diselamatkan setelah jemari Godel mampu menusuk lehernya dan mematahkan tulangnya.

"Pengkhianat bangs*t! ternyata dia pura-pura pingsan."

Konsentrasi Kapten Kadal terpecah. Membuat teknik [Hypnosis]nya yang belum selesai menjadi terbatalkan. Kapten Kadal sangat mengerti dikarenakan kemampuan ini baru pertama kali diuji coba.

Kantuk Aswa dan Neo hilang dengan segera.

Menyadari mereka tengah diserang, Neo melakukan perlawanan.

*Bam!* *Bam!* *Bam!*

Aswa mengambil buku yang diberikan Godel dan segera membacanya.

Lagi-lagi Neo tersudut setelah menerima sejumlah serangan. Hanya saja untuk ronde ketiga ini pertahanan fisik Neo benar-benar diluar nalar para penyerangnya.

Tidak ada kerusakan fatal yang dialami Neo!

Kondisi ini dimanfaatkan Aswa untuk membaca buku yang diberikan Godel secepat mungkin. Aswa terlihat sangat fokus sehingga tidak lagi mempedulikan Neo yang tengah bertarung.

Dengan kecerdasannya, Aswa sangat paham buku apa yang ia sedang ia baca. Bahkan matanya terbuka lebar menandakan ketertarikan yang lebih dan lebih...

"Brooo…! Jangan cuma diam! Ayo bantuin!"

Arrggghhh…

Neo terpental beberapa meter. Sebagian penyerang beralih menyerang Aswa.

*Bam!*

Neo kembali melindungi Aswa. Memukul seorang yang hendak menebas leher Aswa dengan pedang.

"Anak ini benar-benar anak setan!" para penyerang tidak bisa menahan umpatan yang pantas diberikan kepada Neo. Dalam pandangan mereka, Neo jelas bukan anak biasa!

Tidak jauh dari Neo dan Aswa, pertarungan antara Godel dengan Kapten Kadal, Qiusera dan beberapa pemuda lain membuatnya hampir tewas.

Sambil menerima serangan, Godel berlari ke sisi Aswa. "Kenapa kau tidak lari, goblok? Buku itu sangat penting bagiku!"

Trio Godel, Neo dan Aswa kini telah terkepung. Tidak ada jalan bagi mereka untuk melarikan diri.

Dalam waktu hanya beberapa menit Aswa selesai membaca buku yang diberi Godel. Sambil menguap Aswa melirik ke arah Godel, "Buku yang patut untuk dipertahankan! Pantas kau dicap pengkhianat!"

Seusai memasukkan buku ke dalam bajunya, Aswa menebaskan parang ke arah penyerang Godel… penyerang itu melompat akrobatik ke belakang untuk menghindar.

"Serang secara bersamaan!"

Hiaaatttt...!!!

Bawahan Kapten Kadal segera berlari menuju Trio Aswa, Godel dan Neo setelah diberi perintah.

***