webnovel

The Forgotten Princess.

Bijaklah memilih bacaan, terdapat beberapa adegan kekerasan dan dewasa dalam novel ini. “Suka atau tidak suka kau akan tetap menjadi wanitaku, Gina,”ucap Massimo dingin tak terbantah. “Semuanya sudah tertulis dalam perjanjian yang dibuat kakekmu dan kakekku.” “Aku bukan bagian dari keluarga Sanders lagi, jadi aku tidak berkewajiban memenuhi perjanjian itu.” Gina menjawab lantang tanpa rasa takut. Massimo tertawa lebar. “Jadi kau menolakku?” “Tentu saja!” “Baik, kalau begitu akan kubuat satu-satunya orang yang kau cintai hidup dalam keadaan menyedihkan. Akan kubuat dia berharap kematian lebih baik dari hidupnya saat ini,”ancam Massimo sungguh-sungguh. sinopsis: Gina yang terlahir dari wanita yang tak diakui keberadaannya oleh keluarga sang ayah terpaksa harus mencari ayahnya ke Barcelona atas amanat sang ibu yang meninggal karena kanker. Hidup bersama ibu dan saudara-saudara tirinya ternyata tak membuat hidup Gina menjadi lebih baik, sang ibu tiri yang mengincar harta ayahnya menghalalkan segala cara untuk membuat putra kesayangannya Diego Alvarez menjadi ahli waris keluarga Sanders. Sementara itu Gina harus terjebak dalam sebuah perjanjian gila yang dibuat kakeknya puluhan tahun yang lalu untuk menjadi wanita seorang ahli waris dari penguasa Barcelona Massimo del Cano yang tak menginginkan pernikahan, Gina menjadi pengganti adik tirinya atas perbuatan sang ibu tiri yang menjebaknya. Hubungan yang Massimo inginkan tak lebih dari hubungan Tuan dan budak, mampukah Gina bertahan dalam hubungan itu? Hubungan mengerikan dari seorang pria yang ternyata menjadi cinta pertamanya.

nafadila · Urbain
Pas assez d’évaluations
618 Chs

Surat wasiat Sandra

Georgina kembali ke rumah sederhananya seorang diri saat hari sudah hampir pagi, bajunya kotor dengan tanah pun begitu dengan wajahnya. Georgina menangisi kepergian sang ibu sampai berjam-jam di pemakaman, sebenarnya ia tak mau pulang malam ini. Beruntung ada penjaga makam baik hati yang berhasil merayunya dan memintanya untuk pulang, kalau tidak mungkin sampai saat ini ia pasti masih berbaring di atas makam sang ibu.

Saat Georgina membuka pintu rumahnya, pertama kali yang ia lihat adalah pintu kamar sang ibu yang terbuka lebar. Dengan perlahan ia masuk kedalam kamar itu dan langsung berlutut di samping ranjang sambil meletakkan kepalanya di atas ranjang, Georgina lalu meneruskan tangisnya dalam posisi seperti itu sampai akhirnya ia tertidur karena kelelahan setelah menangis sepanjang hari.

Saat matahari pagi mulai muncul satu persatu tetangga baik Georgina mengetuk pintu rumahnya, akan tetapi tak ada satupun dari mereka yang berhasil masuk ke dalam rumah karena pintu rumah itu masih terkunci rapat.

"Kasihan sekali Gina, dia pasti sangat sedih kehilangan ibunya."

"Iya, kepergian Sandra pasti membuatnya sangat terpukul."

"Lalu bagaimana ini? Kita belum bisa masuk ke dalam, bagaimana kalau terjadi sesuatu padanya?"

"Benar, Gina butuh makan. Dari kemarin dia belum makan apapun, dia harus makan pagi ini. Kalau tidak dia bisa sakit."

"Lalu bagaimana? Apa kita dobrak saja pintunya?"

"Jangan ibu-ibu, jangan didobrak!"ucap seorang pria dari arah belakang secara tiba-tiba

"Dokter Ali," pekik nyonya Melly kaget saat melihat dokter Ali muncul dari arah belakang.

Dokter Ali hanya tersenyum ketika namanya disebut oleh salah seorang tetangga Georginaa, ia dan sang istri nyonya Fatima lalu berjalan menuju kerumunan para wanita itu.

"Nak Georgina baru pulang dari makam sekitar jam empat pagi, mungkin jam segini dia masih tidur. Jadi lebih baik jangan kita ganggu apalagi sampai kita dobrak pintunya," ucap dokter Ali lembut.

"Pulang jam empat pagi? Darimana anda tau kalau Lica pulang jam empat pagi dokter?"tanya seorang wanita berbadan subur dengan cepat.

"Sebelum kemari kami berdua ke makam Sandra untuk menabur bunga sekaligus memeriksa kondisi Gina, suamiku khawatir kalau Ginaa akan tidur di malam ibunya. Dan saat kami tiba di pemakaman seorang penjaga makam mengatakan hal itu pada kami," jawab nyonya Fatima lembut.

"Oh begitu rupanya, pantas saja ketika kami ketuk-ketuk sejak tadi tak ada jawaban dari Gina," ucap nyonya Melly dengan cepat.

"Iya nyonya, karena itu lebih baik kita biarkan nak Gina istirahat apalagi ini masih jam sembilan pagi. Dia pasti sangat lelah," sahut dokter Ali ramah.

"Baiklah dok, kalau begitu lebih baik kita biarkan Lica istirahat saja. Dia butuh waktu untuk menenangkan diri."

"Iya benar, biarkan Gina istirahat. Dia butuh waktu untuk menenangkan diri, kepergian ibunya pasti jadi pukulan berat untuknya."

"Sudah pasti itu, ya sudah kalau begitu ayo pulang. Dokter Ali dan dokter Fatima kami permisi."

"Iya nyonya silahkan," jawab nyonya Fatima ramah.

Tak lama kemudian depan rumah Georgina pun sepi, hanya ada dokter Ali dan sang istri saja yang terlihat membawa sebuah tas kecil yang berisi makanan buatan pelayan Fatima.

"Bagaimana ini suamiku?"tanya nyonya Fatima bingung.

"Lebih baik kita tinggalkan kotak makanan ini, dia perlu makan istriku. Aku khawatir anak baik itu akan sakit kalau tidak makan,"jawab dokter Ali pelan sambil menatap pintu rumah sederhana Georgina.

"Apakah tidak apa-apa kalau misalkan tas yang berisi makanan ini kita letakkan begitu saja di depan rumah?"tanya nyonya Fatima kembali.

Tanpa bicara dokter Ali kemudian meraih tas yang sedang dipegang oleh sang istri, ia kemudian berjalan menuju ke jendela rumah Georgina yang sedikit terbuka. Karena sudah sering datang ke rumah itu untuk mengobati Sandra dokter Ali hafal dengan kondisi rumah Georgina, dengan hati-hati ia memasukkan tas yang berisi makanan itu melewati jendela. Dokter Ali lalu memasukkan sebuah amplop putih yang berisi surat yang ia tulis sendiri yang berisi sebuah petunjuk peninggalan Sandra yang dititipkan kepadanya selama ini, melihat perbuatan sang suami membuat nyonya Fatima tersenyum. Ia juga tau tentang perihal warisan kecil dari Sandra itu, karena saat Sandra menitipkan kepada sang suami ia juga melihatnya.

"Sudah?"tanya nyonya Fatima lembut.

"Huum, surat dari Sandra pun sudah aku jadikan satu," jawab dokter Ali pelan sambil menutup kembali jendela rumah Georgina dengan hati-hati.

"Ya sudah kalau begitu ayo berangkat ke rumah sakit, Gina pasti butuh waktu untuk sendiri. Kita tau benar kan kalau dia hanya memiliki Sandra di hidupnya," ucap nyonya Fatima sendu, ia ikut bersedih atas kepergian Sandra untuk selama-lamanya.

"Iya aku tau, ya sudah ayo berangkat ke rumah sakit. Nak Gina pasti akan memakan makanan yang kita bawa," sahut dokter Ali lirih sambil meraih tangan sang istri dan mengajaknya pergi meninggalkan rumah Georgina menuju mobil mereka yang terparkir tak jauh dari rumah Georgina.

Bersambung