2 Hilangnya pelita

Setelah selesai mandi dan berganti pakaian Georgina menikmati makan siangnya yang ia buat tadi pagi sebelum berangkat sekolah, hari ini adalah hari terakhirnya melaksanakan ujian sekolah. Setelah acara kelulusan Georgina sudah berniat akan mencari pekerjaan, tabungan sang ibu sudah semakin menipis untuk biaya hidup mereka selama beberapa tahun terakhir ini. Beruntung sang ibu memiliki asuransi pendidikan yang bisa Georgina gunakan, sehingga ia tidak mengalami kesulitan di sekolah dengan administrasinya.

"Semangat Gina, setelah kelulusan nanti kau bisa bekerja agar bisa mencari dokter terbaik untuk ibu."Georgina berbicara sendiri saat sedang menikmati makan siangnya, ia tak mau terus menerus memakai uang tabungan sang ibu yang semakin berkurang.

Sejak sakit sang ibu semakin parah Georgina menggantikan pekerjaan sang ibu di restoran timur tengah sebagai tukang cuci piring dan sebagai tukang cuci baju di rumah dokter Ali, namun karena akhir-akhir ini Georgina sering izin untuk tak bekerja dari restoran timur tengah maupun di rumah dokter Ali karena ibunya sering masuk rumah sakit. Setelah selesai mandi dan berganti pakaian Georgina menikmati makanan sederhana yang ia miliki di rumah, selembar roti gandum yang dipanggang dengan sedikit mentega.

Ketika selesai makan Georgina lalu berjalan menuju kamar sang ibu untuk membangunkan ibunya, karena jam makan malam dan minum obat sudah tiba.

"Bu, bangun. Ayo makan dulu, Lica tadi sudah membuat sup jagung kesukaan ibu," ucap Georgina lembut sambil meletakkan mangkuk yang berisi sup jagung yang masih panas di atas meja.

"Bangun dulu Bu, setelah itu baru tidur lagi," imbuh Georgina kembali setelah ibunya tak merespon perkataannya.

Georgina yang sedang berdiri nampak heran saat melihat ibunya yang tak merespon perkataannya, padahal biasanya saat ia meminta sang ibu untuk makan ibunya akan merespon dan minat dibantu untuk duduk oleh Georgina. Namun kali ini ibunya hanya diam saja, karena penasaran Georgina meraih tubuh sang ibu dan terkejut saat merasakan sekujur tubuh ibunya lemas tanpa tenaga.

Jantung Georgina berdetak dengan sangat cepat saat menyadari sesuatu yang janggal, dengan air mata yang sudah berkumpul di kedua matanya Georgina lalu meraih wajah ibunya.

"Ibuuuuuu!!!!"

"Bangun Bu, Gina mohon bangun!!!"

"Ibuuuuu!"

Jeritan keras dari Georgina terdengar oleh beberapa orang tetangganya yang mempunyai kebiasaan makan malam bersama di luar rumah, mereka langsung berlari ke rumah kecil milik Georgina dan ibunya.

"Gina, sudah nak. Relakan ibumu sayang, ibumu sudah tak sakit lagi sekarang," ucap nyonya Melly lembut mencoba untuk menenangkan Georgina yang menangisi ibunya yang sudah meninggal.

"Tidak mungkin, ibuku tak mungkin meninggalkan aku sendiri Nyonya. Ibuku tak mungkin meninggal, ibu sudah berjanji padaku huhuhuhu," tangis Georgina dengan keras.

"Sabar Gina sayang,"

"Tenanglah Gina, jangan begini. Kalau kau seperti ini ibumu tak akan tenang,"

"Iya cantik, tenang. Jangan menangis sayang,"

Para tetangga baik hati itu mencoba untuk menenangkan Georgina yang meraung-raung memanggil sang ibu yang sudah benar-benar dinyatakan meninggal, dokter Ali yang sempat datang tadi sore kembali datang ke rumah Georgina saat ditelepon oleh tetangga Georgina yang mengatakan kalau Sandra ibu Georgina meninggal.

Karena Georgina tak memiliki saudara akhirnya para tetangga yang berbaik hati itulah mengurus jenazah Sandra dibantu dokter Ali dan istrinya nyonya Fatima, sebelum Sandra sakit ia pernah bekerja di rumah keluarga dokter Ali jadi tak heran kalau dokter Ali dan istrinya mengenal Sandra dan putrinya Georgina. Setelah jenazah Sandra dimasukkan ke peti jenazah setelah dimandikan dan dirias, karena malam belum terlalu larut dan atas petunjuk dokter Ali akhirnya jenazah Sandra pun dimakamkan malam itu juga mengingat Sandra dan Angelica hanya hidup berdua tanpa sanak saudara. Georgina sendiri tak bisa berbuat banyak, ia hanya bisa menangis sejak mengetahui ibunya meninggal.

"Ini pasti prank bukan, ibuku tak mungkin meninggal. Ibu tak mungkin membiarkan aku sendirian,"

"I-ibuku dia tak mungkin pergi, i-ibu tak mungkin meninggalkan aku sendiri."

Suara-suara rintihan Georgina terdengar pilu meratapi kepergian sang ibu, satu-satunya keluarga yang ia miliki.

"Tenang Lica, ibumu sudah tenang sekarang. Ibumu sudah tak sakit lagi Gina," bisik nyonya Melly pelan mencoba untuk menenangkan Georgina.

Nyonya Fatima yang merupakan dokter gigi merasa iba pada Georgina, ia yang tak punya anak perempuan merasa sangat tersentuh saat melihat Georgina menangis. Dengan perlahan ia mendekati Georgina yang duduk bersimpuh di samping makam ibunya yang baru saja tertutup sempurna dengan tanah.

"Nak Gina, kalau nak Gina kesepian nak Gina bisa tinggal bersama ibu," ucap nyonya Fatima dengan lembut sambil membelai rambut brunette Georgina yang berantakan.

"Iya nak Gina , jangan menangis lagi. Kau harus tabah nak," imbuh dokter Ali ikut bicara, ia bisa merasakan betapa sedihnya Georgina saat ini.

Georgina hanya diam dan terus menangis, ia merasa apa baru saja terjadi adalah mimpi. Dengan perlahan ia tak bisa mendengar lagi suara semua orang yang ada disekitarnya, pandangannya pun dengan perlahan buram dan akhirnya ia benar-benar tak bisa melihat apa-apa karena semua terlihat gelap. Georgina pingsan karena tak kuat menahan rasa kesedihan yang mendalam ditinggal satu-satunya sandaran dalam hidupnya, satu-satunya alasan untuknya tetap bertahan hidup.

Bersambung

avataravatar
Next chapter