webnovel

The Alchemists: Cinta Abadi

Finland adalah gadis paling kesepian di dunia, yang harus berani menghadapi dunia yang sulit di Singapura sendirian setelah lulus dari universitas dengan beasiswa. Setelah dibesarkan sebagai anak yatim dalam kemiskinan di pinggiran Jakarta dan selalu dibully gadis-gadis kaya di sekolahnya, ia sangat kuat membentengi dirinya agar tidak disakiti oleh orang lain. Secara kebetulan, Finland bertemu Caspar, seorang alchemist generasi kedua yang telah hidup selama 438 tahun dan sebenarnya abadi. Caspar telah menumpuk kekayaan, pengetahuan, dan kesempurnaan di dalam hidupnya (yang sangat panjang). Ia tidak pernah jatuh cinta dan bergonta-ganti kekasih sebulan sekali, sampai akhirnya karma membalas Caspar ketika dia bertemu satu-satunya gadis yang tidak peduli pada ketampanannya dan kekayaannya yang luar biasa, dan pada gilirannya membuatnya jatuh cinta setengah mati. Copyright: @2019 Missrealitybites *** Follow FB Page "Missrealitybites" untuk ngobrol dengan saya tentang novel-novel saya: 1. The Alchemists 2. Kisah Cinta Ludwina & Andrea 3. Katerina 4. Glass Heart : Kojiro - Nana 5. 1912-1932 6. Altair & Vega 7. Pangeran Yang Dikutuk 8. Finding Stardust / Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang Lihat visual novel ini di Instagram @casparthealchemist Instagram @missrealitybites

Missrealitybites · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
1144 Chs

Seperti di Rivendell

Walaupun kastil itu sangat tua, tetapi banyak perlengkapan modern di dalamnya seperti lift. Caspar membawa Finland ke lantai 3 dan menunjukkan sebuah kamar yang sangat besar dan sangat indah kepadanya.

"Ini kamarku, kamar kita, tetapi aku tidak akan menginap di sini malam ini karena kita seharusnya tidak boleh bertemu sampai pernikahan. Jadi kau saja yang beristirahat di sini, aku akan tidur di kamar yang lain."

Finland mengangguk.

Beberapa staf sudah datang membawakan koper mereka dan beberapa kotak besar berisi perlengkapan untuk Finland dan gaun pengantin dari Rosa Wang.

"Flora akan tiba nanti sore dan dia akan membantumu. Aku baru memberi tahu dia saja bahwa kita akan menikah. Aldebar belum tahu..." Caspar tersenyum jahil, "Dia tidak tahu kita akan menumpang pestanya."

"Apakah dia tidak akan marah?" tanya Finland kemudian. "Kita tidak harus menikah dengan pesta yang ramai. Cukup kita berdua saja, aku tidak perlu pesta."

"Tetapi aku tetap harus memperkenalkanmu kepada kaumku," kata Caspar.

"Kita bisa datang ke pesta Aldebar dan mengumumkan kalau kita sudah menikah..." kata Finland, "Biarkan orang-orang memberi kita selamat, tetapi jangan jadikan pesta yang seharusnya untuk Aldebar berubah menjadi pesta pernikahan kita."

"Aldebar tidak akan marah lama-lama, paling juga 10 tahun lagi ia akan memaafkanku," kata Caspar bersikeras.

Finland mengangguk tidak sabar.

"Aku tidak ingin memulai hidup sebagai istrimu dengan menyinggung perasaan Aldebar. Kau ini jangan egois." Ia menyentuh kedua pipi Caspar dan menatap matanya dalam-dalam, "Beri tahu aku, kenapa kau ingin sekali menikah buru-buru?"

Caspar memegang kedua tangan Finland yang ada di pipinya dan menatap balik gadis itu dengan pandangan sendu, "Aku tidak ingin kau berubah pikiran. Jadi aku mau meresmikan pernikahan kita secepatnya. Dan pesta Aldebar sudah direncanakan sejak dua tahun yang lalu, karena sangat susah mengumpulkan semua orang Alchemist bersama seperti ini. Kalau aku membuat rencana pesta pernikahan sekarang, mungkin tahun depan baru semuanya akan dapat terealisasi... Itu terlalu lama."

Finland tersenyum dan menggeleng-geleng. Ia tahu Caspar serius dengan ucapannya.

"Baiklah.. bagaimana kalau kita menikah malam ini, saat semua anggota keluarga intimu sudah hadir, besok kita tinggal mengumumkan saja dan menerima ucapan selamat dari orang-orang. Dengan demikian tujuanmu tercapai, menikah denganku dan mengumumkannya pada seluruh kaum Alchemist." Finland melepaskan Caspar lalu duduk di ranjang cantik besar yang ada di kamar itu, lalu menepuk sisi di sebelahnya. "Kalau kita menikah malam ini, kau tidak perlu tidur di kamar lain."

Caspar tertegun. Ia kemudian tersenyum juga dan duduk di samping Finland. Tangannya memeluk pinggang gadis itu dengan penuh kasih sayang, dan akhirnya ia mengangguk.

"Kau benar. Istriku sangat bijak." Ia mencium Finland lama sekali, "Aku sangat beruntung. Aku akan memberi tahu Aldebar sekarang. Nanti sebelum makan malam kita akan menikah dan merayakan dengan keluarga inti. Besok kita hanya akan mengumumkannya."

Finland tersenyum bahagia mendengarnya.

Dengan berat hati Caspar keluar meninggalkan Finland. Ia harus membuat persiapan dan memastikan pernikahannya malam ini berlangsung dengan baik.

Beberapa staf membantu Finland unpacking dan mengeluarkan gaun pengantinnya yang dikirim Rosa Wang. Gaun itu digantung di tengah ruangan dan terlihat sangat cantik, Modelnya sederhana dan anggun, dengan bahan sutra berenda yang cantik sekali. Finland tak sabar ingin mengenakannya.

"Nyonya mau saya bantu memakai gaun ini?" tanya seorang staf perempuan yang bermata cokelat cemerlang. Finland sampai tertegun melihatnya.

Ia baru menyadari semua staf di kastil ini berwajah rupawan, terlihat muda, dan mata mereka semua berwarna cemerlang. Apakah semua staf ini juga kaum Alchemist?

Seperti membaca pikirannya, gadis itu tersenyum dan membungkuk sedikit.

"Nama saya Kara, saya adalah staf keluarga Schneider. Semua yang bekerja untuk Tuan Aldebar adalah dari klan Alchemist. Hanya juru masak dan tukang kebun yang berasal dari luar."

"Oh...." Finland kehilangan kata-kata. Ia merasa seperti masuk ke negeri peri di dalam buku Lord of The Rings yang pernah dibacanya. Kastil keluarga Caspar dan orang-orang yang ditemuinya seperti negeri peri yang penuh berisi orang-orang rupawan dan hidup abadi, mirip seperti Rivendell.

Hanya ia manusia biasa di antara manusia-manusia sempurna ini.

Pikiran itu membuatnya agak tertekan.

Apakah sebaiknya ia segera menerima untuk minum ramuan abadi dan menjadi salah satu dari mereka?

"Aku mau mencari udara segar dulu..." kata Finland kemudian. Ia bergegas mengenakan mantel tebalnya lalu pergi keluar kamar dan mencari lift tempat mereka tadi naik. Kara tidak berusaha mencegahnya. Ia dan staf lain kemudian membereskan kamar Finland dan menghiasnya cantik sekali untuk menjadi kamar bagi pengantin baru.

Finland keluar dari kastil lewat jalan belakang dan berjalan tak tentu arah, hanya mengikuti kemana kakinya melangkah. Di sekitar kastil ada sangat banyak pohon jeruk yang cantik - mengingatkannya akan taman Istana Versailles yang pernah dilihatnya dari foto yang dikirim Jean. Agak ke sebelah sana ada danau kecil yang berwarna kehijauan dengan beberapa sampan.

Finland tertarik dengan danau itu dan segera berjalan mendekat. Pemandangan di sini cantik sekali.

Ia kemudian duduk di dermaga dan melepaskan sepatunya lalu mencelupkan sepasang kakinya ke air.

Brr.... dingin sekali...

Cepat-cepat ia mengangkat kakinya dan mengenakan sepatunya kembali. What was I thinking? pikirnya.

Finland baru pertama kali ke Eropa, dan belum pernah mengalami musim dingin sehingga ia tidak tahu bahwa air danau bisa menjadi sangat sangat dingin bila disentuh.

"Hei...."

Ia menoleh kaget ke arah suara yang tiba-tiba memanggilnya. Ia tidak melihat siapa pun di belakangnya. Tidak ada orang di dermaga.

"Aku di sini..." panggil suara itu lagi,

"Eh..." Finland akhirnya menemukan asal suara. Aldebar yang tadi berbaring di dasar sebuah sampan sambil mengigit sehelai rumput dan tidur siang, terbangun mendengar suara Finland yang mencelupkan kakinya ke air. Ia sekarang bangun dan memanggil Finland.

"Kita tadi bertemu."

"Iya, hallo, Aldebar." Finland mengangguk. Pemandangan di depannya ini persis seperti lukisan.

Aldebar dengan rambutnya yang panjang keemasan, baju ala bangsawan Victoria dengan kerah berenda yang elegan, dan wajah tampan seorang pangeran, duduk di atas sampan dengan latar belakang danau berwarna hijau yang membuat mata birunya menjadi kontras...

"Naiklah ke sampan, aku akan membawamu berkeliling." Aldebar bangkit dan mengulurkan tangannya kepada Finland. Semula Finland agak ragu, tetapi kemudian ia berjalan mendekati sampan Aldebar dan memegang tangannya untuk naik.

Ia belum pernah naik sampan keliling danau sebelumnya, dan ia sangat senang Aldebar mengajaknya.

Setelah Finland duduk, Aldebar mulai mengayuh pelan-pelan dan membawa sampan mereka ke tengah. Suasana hatinya tampak sangat senang.

"Tempat ini indah sekali..." guman Finland, "Aku merasa seperti di negeri peri. Kau pernah membaca Lord of The Ring? Ini mengingatkanku akan Rivendell, negeri para elf (peri)...."

Aldebar mengangguk. "Aku kenal Tolkien, penulis bukunya, ia pernah kuundang kemari untuk minum teh. Mungkin di sini dia mendapat ide untuk bukunya."

"Benarkah?"

Saat ini Finland sudah tidak terkejut kalau Aldebar mengaku kenal dengan penulis legendaris JRR Tolkien yang hidup puluhan tahun lalu. Caspar juga pernah mengatakan ia berteman dengan Einstein dan istri pertamanya, Mileva Maric, saat pasangan itu masih muda dan tinggal di Jerman.

"Benar. Aku masih punya buku terbitan pertama yang ditandatanganinya. Nanti akan kuperlihatkan kepadamu."

Finland mengangguk senang. "Terima kasih."

Keduanya menikmati pemandangan danau dan melanjutkan bercakap-cakap. Finland merasa bahwa walaupun sangat mirip dengan Caspar, hanya berbeda warna rambut, Aldebar memiliki kepribadian yang lebih terbuka dan hangat.

Caspar menyimpan kesan agak misterius dan tidak banyak bicara, tetapi Aldebar sangat ramah dan mereka segera cocok. Ia sangat suka membaca seperti Finland dan mereka segera membahas beberapa buku yang ia rekomendasikan.

"Kau adalah perempuan yang sangat mengagumkan," kata Aldebar kemudian. "Aku mengerti kenapa Caspar sangat mencintaimu."

Finland tertunduk tersipu-sipu. "Caspar laki-laki yang mengagumkan. Aku juga sangat mencintainya."

"Aku belum pernah melihatnya membawa perempuan ke sini." Aldebar menatap Finland dengan pandangan kagum, "Kau sangat istimewa."

"Terima kasih...." Finland tak tahu harus berkata apa.

"Kapan kalian berencana untuk menikah?" tanya Aldebar kemudian. "Sudah lebih dari 100 tahun tidak ada pernikahan sama sekali. Kita butuh sesuatu untuk dirayakan."

"Besok kan kita akan merayakan ulang tahunmu yang ke-200..." kata Finland kemudian.

"Justru itu, akan menyenangkan kalau sepuluh tahun lagi kita bisa merayakan pernikahan kalian, biar ada kesempatan lagi untuk bertemu orang-orang." kata Aldebar. Ia tampak menghitung sesuatu dengan tangan kirinya. "Aku bisa mencarikan hari baik untuk kalian."

"Uhm..." Finland tidak ingin memberi tahu Aldebar bahwa Caspar dan dirinya memutuskan untuk menikah malam ini, ia ingin Caspar sendiri yang memberi tahu adiknya itu.

"Ada apa?"

"Sebaiknya kau bertemu Caspar dan membicarakan hari baik itu. Aku tidak bisa mengatakan apa-apa..."

Tepat saat itu ponsel Aldebar berbunyi, dan pemuda itu segera mengangkatnya. Ternyata itu panggilan dari Caspar.

"Aku sedang ada di danau bersama kakak ipar," kata Aldebar, "Kau kemarilah."

Tak lama kemudian Caspar muncul. Wajahnya terkejut melihat Finland tengah di sampan berdua dengan Aldebar.

"Kau tidak sedang menggoda istriku, kan?" tanyanya dengan pandangan mata menyelidik, "Aku bertemu dia duluan."

Aldebar tertawa dan mengangkat bahu. Ia lalu mendayung sampan mendekat kembali ke dermaga dan Caspar membantu Finland turun dari sampan. Ia buru-buru memegang pinggang gadis itu dengan rapat untuk melindunginya dari udara dingin.

"Ada yang ingin kami bicarakan..." kata Caspar setelah Aldebar juga turun dari sampan.

"Ayo ke perpustakaan. Finland sudah kelihatan kedinginan." kata Aldebar. Ia memimpin mereka berjalan ke dalam kastil dan memasuki perpustakaan sangat besar di lantai dasar.

Perapian di perpustakaan telah dinyalakan dan suhu menjadi cukup hangat untuk mereka melepaskan mantel. Caspar membantu Finland membuka mantelnya dan menggantungkan mantel mereka di tiang gantungan mantel di dekat pintu.

"Aku tidak dapat menunggu," kata Caspar, "Setelah Flora dan Louis tiba di sini, aku ingin menikah dengan Finland."

Aldebar tampak sangat terkejut. "Secepat itu? Kalian sudah memikirkannya baik-baik?"

"Kami sudah memikirkannya baik-baik," kata Caspar.

"Tapi kalian baru kenal berapa lama...? Enam bulan kurang kan?" Aldebar menggeleng-geleng, "Kau tahu begitu kalian mengadakan ikatan pernikahan, itu berlaku selamanya. Kita bukan manusia biasa yang bisa kawin cerai seenaknya."

"Aku sudah memikirkannya," kata Caspar bersikeras. "Aku tak dapat hidup tanpa Finland. Bagiku hidup selamanya sudah tidak terlalu menarik kalau dia tidak ada."

Aldebar mempelajari wajah kakaknya dan Finland bergantian, lalu mendesah, "Baiklah. Kalau begitu aku akan mulai bekerja dan membuat ramuan untuk Finland agar ia bisa menjadi bagian dari kaum kita."

Caspar menggeleng, "Tidak usah buru-buru, Finland belum memutuskan untuk hidup abadi seperti kita. Aku masih menunggunya untuk berubah pikiran. Aku pikir nanti kalau anak-anak kami sudah lahir ia akan ingin hidup selamanya agar bisa melihat mereka menjalani hidup mereka di dunia ini."

"Benarkah itu?" tanya Aldebar ke arah Finland. Gadis itu mengangguk.

"Ini keputusan besar. Aku belum tahu apakah aku menginginkannya. Tapi aku tahu aku ingin menikah dengan Caspar."

"Uhmm.. oke." Aldebar mengangkat bahu, "Aku akan tetap membuatkan satu ramuan untukmu, jika kau tiba-tiba berubah pikiran. Setelah ulang tahunku yang ke-200 besok aku mau tidur sepuluh tahun."

"Eh?" Finland tak mengerti. Ia menoleh kepada Caspar untuk menanyakan maksud Aldebar. "Apa maksudnya dengan tidur sepuluh tahun?"

"Adikku sedang melakukan penelitian. Ia adalah salah satu dari sedikit ilmuwan Alchemist yang tersisa. Ia mewarisi bakat kakek kami. Selama lima puluh tahun terakhir ia sedang meneliti apakah kami bisa benar-benar hidup abadi dan tidak bisa dibunuh dengan peluru maupun api." kata Caspar, "Sejak kematian orangtua kami akibat perang, Aldebar sedang berusaha membuat ramuan obat yang akan membuat kami benar-benar kebal dari segala serangan luar, jadi peluru, maupun api, senjata tajam, tidak lagi dapat membunuh kami."

"Wow.. apakah penelitiannya membawa hasil?" tanya Finland penasaran.

Para manusia sempurna ini masih bisa menjadi lebih sempurna lagi? Wahh....

"Ini akan menjadi penelitian yang sangat panjang," kata Aldebar. "Aku sudah meneliti bahwa kalau aku tidur selama satu tahun, dan tidak makan minum, tubuhku tetap akan meregenerasi sel secara otomatis, aku tidak akan mati setelah tidur selama setahun penuh. Sekarang, targetku berikutnya adalah tidur selama sepuluh tahun..."

Finland tahu bahwa bagi kaum Alchemist, waktu ada di tangan mereka, dan mereka bisa melakukan apa saja yang mereka inginkan tanpa harus memikirkan waktu. Ia kagum karena Aldebar terlihat sangat bersungguh-sungguh dengan pekerjaannya.

"Targetku adalah menyelesaikan penelitianku dan membuat obat abadi yang lebih baik pada saat aku berulang tahun yang ke-300."

"Kau hebat sekali..." puji Finland.

"Terima kasih." Aldebar mengembangkan tangannya lalu memeluk Caspar dan Finland dengan bergantian, "Kalau kalian sudah yakin, maka aku turut berbahagia untuk kalian. Begitu Louis dan Flora datang, aku akan menikahkan kalian."

Terima kasih kepada pembaca cerita ini yang dengan tulus memberikan kata-kata dukungan, voting, bintang, dan semangat. Saya akan melanjutkan novel The Alchemist sampai selesai.

Sebentar lagi Finland dan Caspar akan menikah, lalu bertemu seisi klan Alchemist, ada yang baik ada yang jahat, bulan madu bersama Caspar, lalu menghabiskan waktu dua minggu dengan Jean sebagai perpisahan, dan akan ada sangat banyak peristiwa yang terjadi kemudian untuk menguji cinta Finland dan Caspar.

xx

Missrealitybitescreators' thoughts