webnovel

Tangisan Rindu

"Tak perlu ragu untuk mengucap atau pun memulai. Aku sudah paham dan mengetahuinya sejak dulu. Cinta memang tidak dapat dipaksa, pun aku tak bisa memaksa dirimu agar lulus 'melupa'. Semuanya memiliki hak. Aku berharap padamu, kamu berharap padanya. Biar saja." -o0o- Lupakan saja apa yang sudah terjadi. Miliki seutuhnya tentang apa yang baru kita peroleh saat ini. Karna kesempatan tak mampu didapat untuk yang kedua kali. Jika memang dapat, itu mungkin anugrah. Kita bersyukur saja atas semua yang telah dikehendaki oleh-Nya. Jangan menuntut, atau pun menyesali. Karna semua hal pasti akan indah pada waktunya. Percayalah.

SitiMaisyaroh2_ · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
416 Chs

Belum Terbiasa

Dengan tatapan yang tajam, pria itupun lantas menodongkan senjata ke arahku.

"Baiklah." dia tertawa jahat, "aku akan membunuh siapapun orang yang berani menghalangi rencanaku."

Dorr!!!

"Tidakk!!!" Hamzah seketika berteriak dan aku duduk tersungkur sambil memejamkan mata.

Suasana tiba-tiba hening.

Dengan keberanian penuh, aku membuka mata dan memperhatikan sekeliling.

"Rein, apa..., kamu baik-baik saja?" Hamzah menanyaiku kemudian dan dengan cepat aku memperhatikan setiap bagian tubuhnya.

"A-aku, aku baik-baik saja, Hamzah. Kamu bagaimana?" tanyaku sambil terus meraba-raba tubuhnya.

"Aku baik-baik saja, Rein."

"Lalu siapa yang tadi ditembak?"

"Ak-" Hamzah tiba-tiba menutup kedua mulutnya, "ya Allah!"

Aku melihat ke arah di mana Hamzah menatap dan betapa terkejutnya aku, tatkala pria yang akan menembak kami tadi sudah tersungkur dengan kaki yang bersimbah darah.

Ya. Ternyata suara tembakan tadi berasal dari para polisi yang menembak kaki pria itu.

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com