webnovel

Swords Of Resistance: Endless War [Indonesia]

Sebuah kisah fantasi di Alam Semesta paralel tentang pertarungan politik dari para Raja dan Penguasa. Dimulai dari peperangan, intrik politik, hingga drama kehidupan. Cerita ini hanya fiksi belaka. Kesamaan nama tokoh, tempat, kejadian, dan sebagainya hanyalah kebetulan dan atau terinspirasi dari hal-hal tersebut.

VLADSYARIF · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
99 Chs

Bab 87, Kanselir dan Penyihir

Barbara Luisa Hackenholt tengah mempraktekkan berbagai macam jenis sihir di hadapan para murid-muridnya, di mana dia tengah berjalan menembus sebuah objek berupa meja dengan banyaknya botol-botol berisi cairan kimia berbahaya di hadapan murid-muridnya. Simone begitu kagum akan kemampuan sang guru yang merupakan salah satu wizard terhebat.

Seluruh siswa Hogwarts Highschool bertepuk tangan memuji sang guru mereka. Barbara Luisa Hackenholt mengambil sebuah laptop dan proyektor. Dia menghubungkan proyektor tersebut dengan laptopnya.

"Kalian semua, fokuslah pada objek background berupa pemandangan di depan. Aku akan memberikan kejutan yang lain." Barbara Luisa Hackenholt meminta kepada seluruh siswanya untuk fokus menatap layar proyektor yang menampilkan foto sebuah reruntuhan bangunan.

Barbara Luisa Hackenholt berjalan menuju ke arah laptop. Badannya terlihat seolah-olah menghilang tersedot ke dalam laptop.

Para siswa begitu terkejut dan takjub akan kemampuan sang Guru. Secara tiba-tiba, Barbara Luisa Hackenholt muncul pada foto reruntuhan bangunan yang ditampilkan pada layar proyektor. Dia tengah berjalan-jalan di antara reruntuhan bangunan tersebut.

Anak-anak begitu senang melihat kemampuan Gurunya yang terlihat seperti adegan sebuah adegan film.

"Kemampuan Frau Barbara memang hebat," puji Simone.

Kepingan masa lalunya yang muncul dalam sebuah mimpi yang mendadak sirna layaknya kertas yang terbakar. Simone melihat sekelilingnya dipenuhi dengan api dan di seberangnya terlihat seorang perempuan berambut merah yang mengenakan gaun berwarna merah, yang tak lain adalah Gurunya sendiri, Barbara Luisa Hackenholt.

Simone terbangun dari mimpi buruknya itu. Keringat membasahi seluruh tubuhnya dan alur nafasnya tidak beraturan. Simone menatap jam dinding di mana masih menunjukkan jam dua belas malam.

"Sepertinya kau baru keluar dari mimpi buruk. Mengingat kau jarang bermimpi dalam tidurmu," ujar Kanselir Leopold yang duduk di seberang.

"Mungkinkah Barbara Luisa Hackenholt hidup kembali."

"Tidak mungkin, mengingat jasadnya sudah dibakar," balas Kanselir Leopold berjalan menghampirinya. Dia membelai wajah cantik Simone dan bertanya, "Apakah kau bermimpi buruk tentang dirinya?"

"Mimpi itu tentang masa laluku ketika masih sekolah menengah atas. Dia mempraktekkan kemampuan sihirnya di hadapan murid-muridnya. Setelah itu, aku berada di sebuah tempat yang dikelilingi oleh api, dan di seberangku ada dia."

"Cuci mukamu lalu tenangkan pikiranmu. Kembalilah tidur, berharap, dan berdoalah agar besok baik-baik saja," perintah Kanselir Leopold.

"Sepertinya kau terlalu sering mengalami mimpi buruk sehingga berkata demikian."

Kanselir Leopold terkekeh pelan, "Begitulah."

Mereka berdua kembali ke kasur mereka. Simone memeluk erat tubuh suaminya dan Kanselir Leopold membelai lembut istri keduanya.

.

.

Kanselir Leopold dan Simone tengah melakukan kunjungan kerja di Desa Nowy Gierałtów yang terletak di Provinsi Silesia, mengingat Desa tersebut terdampak parah akibat badai salju. Kedatangan mereka berdua dan rombongannya disambut baik oleh Penduduk Desa yang tengah kesusahan.

"Kami sangat senang Kanselir Leopold dan Nyonya Simone berkunjung ke Desa kami. Kalian adalah cahaya yang membuat kami semakin optimis dan semangat untuk kembali membangun Desa kami yang rusak akibat bencana ini," sambut Svatopluk Tesař yang merupakan Kepala Desa Nowy Gierałtów.

"Kami datang untuk membantu Rakyat kami," balas Kanselir Leopold.

Simone tengah membantu merawat anak-anak dan perempuan yang sedang sakit di sebuah rumah sakit. Sementara Kanselir Leopold tengah memiloti TSF tipe Su-27 Zhuravlik untuk mengangkat pohon-pohon yang tumbang dan menghalangi akses jalan.

Di depan rumah sakit. Simone menunjukkan kemampuannya sebagai seorang wizard yang bisa mengendalikan air, es, dan angin. Dia membuat berbagai macam boneka salju untuk menghibur para anak-anak.

Meskipun dirinya sudah tidak bisa hamil lagi. Tapi dia terlihat senang melihat senyuman, juga canda, dan tawa dari anak-anak. Naluri keibuannya sangatlah besar, sehingga dia menganggap anak-anak tersebut sudah seperti anak kandungnya sendiri. Simone bermain bersama anak-anak tersebut sekaligus untuk mengenang masa kecilnya.

Dari TSF yang tengah dia piloti, Kanselir Leopold tersenyum tipis melihat ekspresi bahagia Simone. Pikirannya membayangkan bahwa yang tengah bermain dengan anak-anak tersebut adalah Elizabeth. Hanya saja, untuk saat ini Elizabeth ingin bersama Louis, sehingga akhirnya dia menyuruh Simone untuk menemani Leopold melakukan kunjungan kerja.

Suara geraman yang menyeramkan terdengar begitu kerasnya sehingga membuat anak-anak dan orang dewasa ketakutan. Dari arah utara, Kanselir Leopold melihat seekor naga berkepala tiga muncul dari sebuah portal.

"Zmay, kah."

Dari arah utara, zmay tersebut terbang menuju ke arah Desa. Rusa-rusa dan rubah-rubah yang ada di hutan segera berlari meninggalkan tempat mereka. Naga berkepala tiga itu menyemburkan apinya yang membakar hutan.

TSF yang dipiloti oleh Kanselir Leopold segera terbang untuk menghantikan amukan zmay. Zmay menyemburkan apinya yang berjangkauan lebar untuk menghentikan TSF Su-27 Zhuravlik yang dipiloti oleh Kanselir Leopold.

TSF Su-27 Zhuravlik terbang menghindari setiap semburan api yang disemburkan oleh zmay sambil membalas menembakinya.

Pertempuran di udara antara Kanselir Leopold yang memiloti TSF Su-27 Zhuravlik melawan seekor zmay berlangsung begitu sengit.

Api-api yang membakar pepohonan kering di hutan berhasil dipadamkan ole Simone dengan kemampuannya sebagai seorang wizard yang mampu mengendalikan air, angin, dan es. Simone mengatur pernafasannya dengan baik dan mengumpulkan energi dari alam.

"Berhenti."

Aliran waktu terhenti dan membeku. Semuanya aktifitas mendadak berhenti dan membeku. Melihat situasi yang terjadi. Kanselir Leopold segera mendekati zmay, menebas ketiga leher naga tersebut, dan memotong sepasang sayapnya.

Aliran waktu kembali normal, orang-orang kembali beraktifitas seperti biasa tanpa mereka sadari bahwa aliran waktu sempat berhenti selama tiga puluh detik.

TSF Su-27 Zhuravlik itu kembali dan mendarat di Desa Nowy Gierałtów. Orang-orang dan anak-anak bersorak-sorai atas aksi Kanselir Leopold dalam melindungi Rakyatnya.

"Terima kasih telah melindungi kami, Kanselir Leopold," kata anak-anak.

"Sama-sama," balas sang Kanselir dengan nada yang ramah.

Simone berjalan menghampiri suaminya sambil menggendong seorang anak perempuan berusia sekitar lima tahun.

"Kamu habis menculik anak," goda Kanselir Leopold.

"Dia menangis dan minta gendong. Jadi aku tidak tega melihatnya," balas Simone.

Kanselir Leopold mengelus pelan kepala anak perempuan yang tengah digendong oleh Simone.

Seorang perempuan bermata biru pucat berlari menuju ke kerumunan orang. Jika dilihat dari penampilannya, usianya masih dua puluh tujuh tahun.

"Ya ampun, Malina. Kamu benar-benar membuat ibu khawatir. Kamu pergi tidak bilang ke ibu," kata Dagmara Satkowska. "Maafkan aku, Tuan, dan Nyonya Kanselir atas kelakuan anakku."

"Tidak masalah, lagian aku sudah anggap anak sendiri," balas Kanselir Leopold dengan santainya.

"Anakmu benar-benar menggemaskan, Nyonya," kata Simone. "Sepertinya dia penasaran melihat adanya TSF dan ingin melihatnya dari dekat. Sehingga dia minta ikut denganku."

"Sepertinya dia memiliki cita-cita sebagai Pilot TSF," kata Kanselir Leopold.

"Aku juga mau jadi Pilot TSF," sahut salah seorang anak perempuan.

"Aku juga," sahut salah seorang anak laki-laki.

Anak-anak saling bersahutan ingin menjadi Pilot TSF.

"Tenanglah semua. Aku yakin kalian bisa menjadi Pilot TSF. Asalkan kalian harus belajar dengan cerdas, menjadi anak yang baik, dan beriman," balas Kanselir Leopold.

Walaupun Kanselir Leopold dikenal sebagai seorang Jenderal yang keras, yang tidak segan-segan mengkudeta ayahnya sendiri. Dia menunjukkan sisi lembutnya sebagai seorang ayah, juga Guru di hadapan anak-anak kecil.

Setelah berada selama dua hari, dua malam di Desa Nowy Gierałtów. Kanselir Leopold beserta rombongannya kembali ke Kota Berlin.