webnovel

Swords Of Resistance: Endless War [Indonesia]

Sebuah kisah fantasi di Alam Semesta paralel tentang pertarungan politik dari para Raja dan Penguasa. Dimulai dari peperangan, intrik politik, hingga drama kehidupan. Cerita ini hanya fiksi belaka. Kesamaan nama tokoh, tempat, kejadian, dan sebagainya hanyalah kebetulan dan atau terinspirasi dari hal-hal tersebut.

VLADSYARIF · Fantasy
Not enough ratings
99 Chs

Bab 88, Terbunuhnya Menteri Presiden, Jagal, dan Akhir Yang Sangat Menyedihkan

Menteri Presiden Warsaw, Włodzisław Henryk Nejman tengah mengendarai mobil jeepnya dari arah Kota Otwock yang terletak di tenggara Kota Warsaw. Sang Menteri Presiden telah menyelesaikan kunjungan kerjanya bersama rombongan kerjanya dan saat ini sedang dalam perjalanan melanjutkan kunjungan kerja ke Desa Celestynów.

Rombongan Menteri Presiden Henryk Nejman melewati jalanan yang kanan dan kirinya ditumbuhi oleh pohon oak yang berdaun lebat.

Roda salah satu mobil menginjak sebuah ranjau yang telah ditanam di jalanan. Menteri Presiden Henryk Nejman yang mengendarai mobil langsung tewas seketika. Mobil kedua segera mengerem mendadak sehingga terjadi sebuah tabrakan beruntun dengan beberapa mobil di belakangnya.

Mereka tidak pernah menyangka, bahwa hari ini merupakan hari terakhir bagi Menteri Presiden Henryk Nejman di dunia.

Dalam aksi teror tersebut, hanya membunuh Menteri Presiden Henryk Nejman yang mengendarai mobil jeep Porsche miliknya seorang diri, sedangkan yang lainnya hanya menderita luka ringan.

.

.

Dengan ditemani oleh Puteri Juliana, Stadtholder Nikolaus segera terbang menuju ke Kota Warsaw untuk menghadiri pemakaman dari Menteri Presiden Negara Bebas Warsaw, Włodzisław Henryk Nejman.

Ketika Stadtholder Nikolaus dan Puteri Juliana memasuki Kota Warsaw. Nuansa duka sangatlah terasa di Kota tersebut. Bendera horizontal hitam-merah-kuning dikibarkan setengah tiang sebagai penyampaian rasa duka.

Sebuah mobil yang diiringi oleh beberapa motor dan dua mobil berjalan menuju ke rumah duka. Mobil itu melaju tanpa membunyikan sirine, mengingat Warsaw sedang dilanda duka.

"Baik atau tidaknya seseorang. Ditentukan dari berapa banyak yang datang ketika dia telah tiada," kata Stadtholder Nikolaus.

"Orang-orang baik akan selalu dikenang dengan baik," balas Puteri Juliana.

Dengan mengenakan pakaian serba hitam, Stadtholder Nikolaus, dan Puteri Juliana berjalan memasuki rumah duka. Mereka berdua disambut oleh istri dari Menteri Presiden Henryk Nejman yang sedang menangis.

"Kami turut berduka cita atas wafatnya Menteri Presiden Henryk Nejman, Nyonya Anita Kumor," kata Stadtholder Nikolaus.

"Yang sabar, yah, Nyonya Anita. Tuhan telah memberikan tempat terbaik untuk suamimu," kata Puteri Juliana memeluk Nyonya Anita.

Stadtholder memasuki rumah duka dan berdo'a di depan peti mati dari Menteri Presiden Henryk Nejman.

Menteri Presiden Henryk Nejman dikebumikan di sebuah pemakaman yang terletak di pinggiran Kota Warsaw. Ribuan orang memadati pemakaman untuk mengantarkan jasad Menteri Presiden Henryk Nejman untuk dikebumikan.

Jenazah Menteri Presiden Henryk Nejman dikebumikan secara militer, di mana ketika peti mati dimasukkan ke dalam tanah. Setelahnya suara tembakan dari para Tentara mengiringinya.

Setelah mengubur jenazah Menteri Presiden Henryk Nejman melalui upacara militer. Stadtholder Nikolaus berdiri di depan Kastil Warsaw untuk menyampaikan pidatonya.

"Bangsa Prussia telah kehilangan salah satu putra terbaiknya yang dibunuh secara pengecut oleh segerombolan politikus pecundang. Mereka ini terlalu fanatik dalam beragama dan merasa hanya merekalah yang paling benar dan beriman sehingga mereka membunuh seorang Hamba Tuhan seperti Menteri Presiden Henryk Nejman. Marilah kita berdo'a agar Menteri Presiden Henryk Nejman diberikan tempat terbaik oleh Tuhan Yang Maha Esa."

Dalam keheningan di hari yang kelabu. Stadtholder Nikolaus dan masyarakat di Negara Bagian Warsaw berdo'a untuk Menteri Presiden Henryk Nejman.

.

.

Kehidupan Vladyslav Leontijovych Pinchuk tidaklah tenang setelah dia pergi meninggalkan rumahnya yang terletak di Desa Celestynów pasca terbunuhnya Menteri Presiden Henryk Nejman. Sebelumnya, Vladyslav Leontijovych Pinchuk merupakan seorang Buruh Pabrik di Kota Bonn. Karena Perusahaan tempatnya bekerja mengalami konflik internal, sehingga Vladyslav Pinchuk diberhentikan dari tempat kerjanya, dan dia kembali ke Desa Celestynów yang merupakan kampung halamannya.

Vladyslav Pinchuk hidup di hutan dan berpindah-pindah dari satu hutan ke hutan lainnya agar tidak ditangkap oleh Stasi. Pemuda Prussia keturunan Ukraina ini dikenal memiliki hobi berkelana menyusuri alam liar, sehingga dengan hobinya, dia bisa hidup aman dari kejaran Stasi (untuk saat ini).

Sementara itu, orang-orang Desa Celestynów dikejutkan atas terbunuhnya pasangan suami-istri Pinchuk secara sadis di rumahnya. Jasad kedua pasangan suami-istri yang berusia sekitar lima puluh tahun itu ditemukan dengan kondisi yang mengerikan di tempat tidurnya dengan pisau dan kapak yang tertancap pada kepala mereka serta mulut mereka yang disumpal dengan linggis yang menembus kepala Tuan Pinchuk dan gulungan kawat yang menyumpal mulut Nyonya Pinchuk.

Kepada pihak Kepolisian Prussia, Warga Desa Celestynów menjelaskan bahwa Vladyslav Pinchuk keluar dari rumahnya pada dini hari sekitar jam satu malam dengan membawa tas gunung berwarna hitam. Vladyslav terlihat berjalan menuju ke arah hutan di selatan desa. Setelah itu, Vladyslas Pinchuk tidak pernah terlihat lagi, dan jasad kedua orang tuanya baru diketahui tiga hari kemudian.

Vladyslav Pinchuk menanam sebuah ranjau untuk membunuh rombongan Menteri Presiden Henryk Nejman setelah menerima uang senilai 2.500 mark dari seorang agen CIA. Agar bisa bertahan hidup, Vladyslav Pinchuk memulai petualangannya di malam hari agar bisa selamat dari kejaran Stasi. Walaupun sebenarnya dia dihantui oleh rasa bersalah karena telah membunuh kedua orang tuanya secara sadis.

Vladyslav Pinchuk tengah beristirahat di sebuah tanah lapang yang ada di sebuah hutan, di mana dia tidur dengan menggunakan 'sleeping bag' yang dia bawa dari rumahnya.

Vladyslav Pinchuk berjalan menuju ke arah timur untuk menjauhi jalan utama yang selalu ramai. Dia berjalan dengan hati-hati menembus hutan yang gelap.

Di tengah dinginnya malam, Vladyslav duduk di atas sebuah pohon sambil memakan buah-buahan juga beberapa jenis serangga. Mata birunya menatap jalan yang terkadang dilewati beberapa truk yang diduga membawa berbagai macam jenis senjata dan amunisi.

"Kira-kira apa yang harus aku lakukan. Aku tidak mungkin kembali ke sana. Aku sudah membunuh Menteri Presiden Henryk Nejman dan kedua orang tuaku. Kalau aku ditangkap oleh pihak berwajib, sudah pasti aku akan dibunuh. Aku tidak ingin mati muda. Ada banyak tempat yang harus aku jelajahi. Aku harus hidup dan pergi meninggalkan Prussia."

Sebuah truk kontainer yang bergerak menuju ke arah timur laut, tepatnya ke hutan di mana Vladyslav tengah bersembunyi.

Pemuda keturunan Ukraina itu tersenyum ketika merasa seperti ada sebuah kesempatan emas. Dia segera bergerak dengan hati-hati. Begitu truk tersebut lewat, Vladislav langsung melompat turun, dan mendarat di atas kontainer bagian tengah. Sang Supir truk terlihat begitu santainya, tanpa menyadari akan kehadiran seorang buronan.

Truk itu berhenti di Stasiun Minyak NaSza stacja yang terletak di bagian selatan Kota Siedlce. Sopir truk itu turun dari truk menuju ke toilet. Melihat kesempatan tersebut, Vladyslav segera turun dari truk tersebut, dan segera berlari ke arah tenggara melewati tanah berumput hijau yang cukup luas yang berada di belakang Stasiun Minyak NaSza stacja.

Vladyslav berjalan di sebuah jalan yang cukup ramai di mana sang matahari mulai terbit dari arah timur. Udara pagi dia hirup dalam-dalam untuk menenangkan dan menyegarkan pikirannya yang selalu dihantui rasa bersalah. Walaupun dia merasa bahwa orang-orang tidak mencurigainya, tetapi dia selalu merasa bahwa ada yang mengawasinya.

Setelah dua jam berjalan kaki dari Kota Siedlce, akhirnya Vladyslav tiba di Desa Wólka Leśna. Segala rasa lelahnya langsung hilang ketika dia tiba di Desa tersebut. Dia segera membuka 'sleeping bag' miliknya dan langsung tertidur menuju ke alam mimpi.

Salah seorang perempuan yang merupakan Ibu Rumah Tangga mendatangi Kantor Kepolisian Siedlce. Dia memberikan sebuah rekaman CCTV miliknya kepada pihak kepolisian.

"CCTV di rumahku merekam seorang lelaki yang berjalan sambil membawa tas gunung. Aku yakin bahwa lelaki ini yang telah membunuh Menteri Presiden," jelas Perempuan bernama Anastazja Wieczorkowska kepada Polisi yang ada di depannya.

Anastazja menyerahkan sebuah harddick eksternal miliknya yang beridirkan rekaman CCTV dari rumahnya yang terletak di Desa Żabokliki.

"Baiklah, mari kita teliti rekaman CCTV milikmu, Nyonya," kata seorang Polisi berbadan tinggi besar tersebut.

Nyonya Anastazja dan beberapa Polisi menonton rekaman CCTV tersebut di layar monitor yang berukuran besar. Dalam rekaman video tersebut menunjukkan seorang lelaki berbadan tinggi dan ramping yang mengenakan jaket berwarna merah dan celana jeans berwarna hitam berjalan menyusuri jalan di Desa Żabokliki sambil membawa tas gunung berwarna hitam dengan motif warna merah yang simpel.

Wajah lelaki itu diperbesar agar bisa terlihat dengan jelas. Pihak kepolisian membandingkan wajah lelaki dalam rekaman CCTV tersebut dengan foto wajah Vladyslav Pinchuk. Di mana mereka memiliki ciri yang sama, yaitu mata yang berwarna biru, bekas luka di bawah mata kanannya, kulit yang putih, wajah yang lonjong, dan dagu yang sedikit maju.

"Akhirnya kita berhasil menemukan si Vladyslav sang jagal," kata seorang Polisi dengan ekspresi bahagianya. Rekan-rekannya ikut bersuka cita bahwa mereka telah berada dalam satu langkah lagi untuk menangkap Vladyslav Pinchuk.

"Terima kasih, Nyonya Anastazja yang telah membantu Pemerintah Prussia dalam menemkan pelaku pembunuhan Menteri Presiden Henryk Nejman dan pasangan suami-sitri Pinchuk," kata salah seorang Polisi menyalami tangan Nyonya Anastazja.

.

.

Seorang anggota Stasi dari ras werewolf tengah mengayuh sepedanya menyusuri jalanan Desa Żabokliki menuju ke arah timur laut. Lelaki itu mengayuh sepedanya berdasarkan aroma bau badan yang dia cium dari pakaian milik Vladyslav yang dikirim langsung ke Kota Siedlce dalam waktu dua jam.

Adolphe Pascal Heffelfinger terus mengayuh sepedanya dengan cepat mengikuti aroma bau yang tercium oleh indera penciumannya. Sebagai seorang Werewolf, Pascal dikaruniai iendera penciuman yang sangat tajam.

Begitu dia akan tiba di lokasi. Pascal berhenti mengayuh sepedanya dan dia segera berjalan dengan santai menuju ke hutan yang terletak di tengah Desa Wólka Leśna.

Vladyslav tengah membersihkan dirinya di sebuah mata air yang terletak di tengah hutan Wólka Leśna. Sementara itu, Pascal berada di atas sebuah pohon sambil mengamati pergerakan Vladyslav. Ketika Vladyslav tengah mengenakan bajunya. Pascal muncul secara tiba-tiba di hadapannya dan memberikan beberapa pukulan untuk melumpunkan lelaki Ukraina tersebut.

Tubuh Vladyslav jatuh dan segera dibawa oleh Pascal menuju ke sebuah tempat.

.

.

Suara samar-samar terdengar oleh Vladyslav. Secara perlahan dia membuka matanya. Di hadapannya berdiri seorang lelaki Jawa berkulit sawo matang, berbadan ramping tapi kekar yang bernama Sugiharto Tejo Purnomo. Dia adalah seorang Perwira Stasi berpangkat Letnan Kolonel yang merupakan adik sepupu dari Marsekal Madya Karl Ludwig Bauer.

"Lepaskan, aku. Aku tidak mau mati muda. Aku ingin menjelejahi banyak tempat di dunia ini," kata Vladyslav sambil menangis meronta-ronta. Dia terlihat kaget ketika dia berada di sebuah kursi logam, di mana sepasang tangan, dan kakinya diikat oleh rantai. "Kumohon, lepaskan aku," sambungnya dengan memelas memohon kebagian kepada Kolonel Tejo. "Aku membunuh Menteri Presiden Henryk Nejman karena aku menerima uang senilai 2.500 mark dan sebuah ranjau rakitan dari seorang lelaki Polandia. Aku juga terpaksa membunuh kedua orang tuaku karena orang tuaku yang menolak aku pergi sehingga aku membunuhnya ketika mereka sedang tidur. Aku ingin pergi karena aku takut ditangkap Stasi. Kalau aku ditangkap Stasi maka aku akan mati muda sehingga tidak bisa menjelajahi banyak tempat."

Vladyslav terus menangis sambil memasang ekspresi wajah yang memelas dengan harapan agar dia terbebas dari hukuman.

"Kau sangat jujur, Vladyslav. Maka dari itu, aku akan membebaskanmu dari penderitaan," kata Letnan Kolonel Tejo seraya membelai lembut kepala Vladyslav yang berambut tebal.

Kursi logam itu segera dialiri oleh listrik bertegangan tinggi. Letnan Kolonel Tejo hanya diam mematung menatap pemuda Ukraina yang berteriak kesakitan tersebut.

Vladyslav langsung tewas seketika dengan tubuh yang hangus terbakar setelah dialiri oleh listirk bertegangan tinggi selama lima belas menit.

"Seorang penghianat dan anak durhaka akan berakhir dengan sangat menyedihkan," kata Letnan Kolonel Tejo di hadapan bawahannya.