webnovel

Gu Anxi, Kenapa Kau Tidak Menjawab Telepon?

Translator: Wave Literature Éditeur: Wave Literature

Ekspresi dan tubuh Gu Anxi semua tampak kaku, dan bahkan suaranya terdengar lebih tegang. "Apa yang kamu lakukan padaku saat aku tertidur?"

Sorot mata Bo Xichen yang hangat diam-diam tertuju ke wajah Gu Anxi. "Tadi aku memeriksa tubuhmu."

Secara keseluruhan, sikap dan identitas diri Bo Xichen tidak akan mungkin membuat orang lain berpikir negatif padanya. Gu Anxi menatap botol kecil di telapak tangannya dan berkata dengan lirih, "Terima kasih, Dokter Bo."

Gu Anxi kembali melanjutkan langkahnya untuk berjalan keluar.

Bo Xichen memanggilnya lagi.

Dia berjalan menghampiri Gu Anxi dan berkata pelan, "Aku belum makan, ayo kita makan bersama!"

Gu Anxi sedikit melengkungkan jarinya.

Pada saat ini, Feng Mian tiba-tiba muncul entah dari mana. Dia membawa alat penyedot debu dan mulai membersihkan ruangan sambil mengoceh. "Profesor Bo sendiri yang memasak makanannya kali ini, bahkan spesial untukmu."

Gu Anxi memandang Bo Xichen.

Pria dengan temperamen yang dingin seperti gunung es dan selalu dihormati tampaknya sulit dikaitkan dengan kegiatan di dapur.

Namun, Gu Anxi masih tetap tinggal untuk memenuhi ajakan mereka. Ketika dia mulai makan, rasanya...

Wah lezat sekali, setingkat masakan master koki bintang lima.

Setelah selesai makan, Gu Anxi merasa tidak enak kalau langsung pergi. Jadi, dia berinisiatif untuk membersihkan meja makan terlebih dulu.

Bo Xichen langsung berujar, "Biar Feng Mian yang membersihkannya. Lagi pula, tanganmu..." 

Dia kembali melanjutkan ucapannya setelah jeda sesaat, "Tanganmu belum bisa digunakan untuk melakukan aktivitas berat."

Gu Anxi menundukkan kepala dan baru menyadari kalau jari-jarinya telah diobati ulang. Sudut bibirnya sedikit naik menunjukkan senyuman. "Terima kasih, Dokter Bo."

"Ayo, kita lihat keadaan Tuan Gu." Bo Xichen ikut berdiri dan pergi bersama Gu Anxi meninggalkan laboratorium pribadinya.

Di sisi lain, Feng Mian seorang diri di kantor Bo Xichen yang masih berantakan. Mengapa Dokter Bo memiliki jalinan asmara yang semu, sedangkan dirinya sekarang di sini harus berurusan dengan piring kotor lagi?

*****

Nenek Chen masih berada di ruang inap Gu Yuntian. Dia sedang merajut sweater. Entah dari mana ia mendapatkan jarum dan benang wolnya.

Cahaya matahari menyinari ruangan itu melalui jendela, yang membuat dalam kamar tampak tenang dan hangat.

Gu Anxi mendorong pintu dan berjalan masuk. Nenek Chen mendongak, lalu melepaskan kacamatanya. "Kamu sudah kembali, Anxi!"

"Hm," jawab Gu Anxi singkat, kemudian dia duduk di sebelah Nenek Chen. "Bagaimana keadaan Ayah?" 

"Lebih baik. Dokter Bo juga mengatakan kalau dia akan datang sendiri untuk melakukan pemeriksaan tubuh Tuan Besar secara seluruh sekali lagi." Mata Nenek Chen tertuju pada orang yang berjalan masuk di belakang Gu Anxi, dan senyumannya tampak semakin dalam. Para orang tua seperti Nenek Chen tentu sangat suka melihat sosok anak muda yang berpenampilan luar biasa tampan seperti Bo Xichen.

Bo Xichen melakukan pemeriksaan tubuh Gu Yuntian dan mencatat hasilnya.

Nenek Chen menoleh melihat ke arah Gu Anxi. "Anxi, ibumu tadi mencarimu sampai datang kemari. Dia sudah mencoba meneleponmu, tapi ponselmu mati."

Gu Anxi mengambil ponselnya untuk memeriksa dan mendapati ponselnya memang mati.

Dia reflek menoleh ke arah Bo Xichen.

Alhasil, pupil mata sedingin es Bo Xichen tampak sedikit membesar, namun dia tidak mengucapkan apapun.

Gu Anxi langsung tahu kalau Bo Xichen sengaja mematikan ponselnya saat dirinya sedang tertidur supaya tidurnya tidak terganggu.

Gu Anxi justru berbohong pada Nenek Chen dengan suara rendah, "Baterainya habis. Aku akan mengisi dayanya kembali."

Nenek Chen mengangguk dan menepuk lembut punggung tangan Gu Anxi. "Kamu juga jangan terus-terusan menemaniku. Pulanglah dan istirahatlah dengan baik."

"Aku tidak ada kelas untuk dua hari ini," sahut Gu Anxi dengan lembut.

Nenek Chen berujar dengan raut muka yang sangat ramah, "Kalau begitu, bagaimana dengan urusan pribadimu? Anak muda harus memiliki banyak teman."

Kemudian Nenek Chen beralih melihat Bo Xichen, yang masih belum pergi. "Bukankah begitu Dokter Bo?"

Bo Xichen tersenyum lembut. "Betul, Nyonya."

"Lihat, Dokter Bo saja juga sependapat." Suasana hati Nenek Chen hari ini terlihat sangat bagus.

Gu Anxi merasa hatinya juga ikut melembut melihat ini. Dia sekarang sangat ingin memeluk Nenek Chen, tapi dia malu karena ada Bo Xichen

Beberapa saat kemudian, Bo Xichen keluar karena ada urusan lain. Sementara itu, Nenek Chen tidur. Gu Anxi baru menyalakan kembali ponselnya.

Dia menyalakan mode hening supaya tidak mengganggu tidur Nenek Chen.

Benar saja, ada lebih dari 20 panggilan tak terjawab dan pesan WeChat yang tak terhitung jumlahnya, semuanya dari Wang Keru.

'Gu Anxi, kenapa kamu tidak mengangkat telepon?'

'Segera telepon balik aku!'

'Gu Anxi, kamu di mana?' 

...