Lanjutan Episode. 4
.
*langsung memeluk balik si wanita itu*
...
"Mas, demi apapun. Aku belum pernah senyaman ini sama dia. Ini betul-betul aku dambakan mas. Dan kamu hadir membuat semua itu nyata di hidupku"
.
"Halaah, gausah lebay. Sebenarnya kita ini sangat salah. Salah banget, aku gabisa bayangin gimana perasaan dia kalau tahu wanita yang disayanginya memeluk laki-laki lain dengan senyaman ini"
.
"Benar mas, bukan lebay. Aku belum pernah sama sekali dia peluk dan aku juga belum pernah meluk dia seperti ini rasanya"
.
"Heh, kok rasanya? Hmm. Rasanya tulang semua lah yaa, hahaha"
.
"Enggak mas, ini beda, aku rasa aku sudah masuk sedalam ini. Dan aku.. Aku sayang kamu"
.
"Hahhhh... Aduh aku juga gabisa menapik, kalau aku pun begitu, semenjak kita intens. Aku mulai percaya denganmu. Karena bagiku, landasan awalnya itu adalah kepercayaan"
.
"Lalu kenapa bisa kamu langsung percaya sama aku?"
.
"Susah diutarakan, ketika aku memulai suatu perasaan. Aku selalu awali dengan kepercayaan terhadap wanita tersebut. Kenapa aku bisa percaya kamu? Karena aku rasa kamu memang orang yang tepat untuk aku mempercayaimu. Dan kepercayaan itu tidak mudah"
.
Setelah makin didramatisir oleh perasaan masing-masing, mereka pula makin berbunga-bunga. Sambil mendengarkan lantunan musik yang kebetulan sekali artikulasinya tentang cinta. Mereka bergandengan tangan, memeluk perlahan, sejenak mengelus kepala si wanita dan menciumnya sesekali.
Sampai lupa bahwa jam dinding menunjukkan larut malam. Karena sedang asyiknya bercengkrama hal layak pasangan awal sedang jatuh cinta.
Si pria menyadari, bahwa perasaannya itu adalah salah, ia menyadari kesalahannya bahwa ia menyayangi wanita yang telah bertunangan dengan orang lain.
ia menyadari kesalahannya bahwa ia menyayangi wanita yang telah bertunangan dengan orang lain.