webnovel

Old Love

Hyun Soo pada Kyung Ji "Jika aku bisa bertemu denganmu lagi, aku akan melakukan apapun untuk menebus apa yang telah terjadi padamu waktu itu. Aku akan membuatmu tersenyum seperti saat aku tidak bisa melihat senyummu." Kyung Ji pada Hyun Soo "Aku menyukaimu, aku akan selalu memilihmu. Jika keadaan berjalan sesuai yang kuinginkan, aku tidak akan memilih untuk menguburmu dalam - dalam dari ingatanku."

Tarin_Swan · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
47 Chs

CHAPTER 32 WAKTU YANG HILANG

Aku terbangun dengan hati penuh kebahagiaan pagi ini. Ya, karena ini adalah akhir pekan yang ku tunggu. Aku langsung membuka lemariku memilih baju apa yang akan aku kenakan hari ini, aku melihat deretan baju di lemariku bingung "baju apa yang biasanya di pakai saat berkencan?" tanyaku pada diri sendiri. Aku meraih satu persatu baju yang ada di lemari dan menempelkannya di depan tubuhku sambil melihat ke cermin besar di kamarku, berbagai ekspresi ku buat lalu melemparkan baju yang tidak sesuai keinginanku ke atas kasur. Aku terus sibuk dengan duniaku tanpa sadar waktu yang telah ku habiskan, aku langsung panik dan menoleh melihat kamarku yang sangat berantakan tidak beraturan. Aku pun tidak mempedulikan kamarku langsung masuk ke kamar mandi begitu saja.

Aku berlari panik sambil sesekali melirik jam di tanganku yang sudah menunjukkan pukul 10.35. Saat aku sudah hendak sampai ke taman bermain aku menghentikan langkahku, merapikan baju dan rambutku lalu kembali berjalan dengan anggun menampakkan diriku pada Hyun Soo yang tertawa lebar menatap seorang anak perempuan yang sedang asik bermain. Mata kami bertemu membuat senyum carah Hyun Soo semakin mengembang, ia mengangkat tangan melambai ke arahku. Aku tersenyum lebar ikut mengangkat tanganku melambai padanya.

Hyun Soo berlari kecil menghampiriku "ayo, kita berangkat" sahutnya ceria lalu meraih tanganku. Mataku terus tertuju pada tangannya yang mengandeng erat tanganku sambil berjalan mengikutinya, aku menundukkan kepalaku malu 'kencan..' kata itu kembali terulang di kepalaku. Kami menaiki bus yang membawa kami ketujuan kami dan duduk bersebelahan. Hyun Soo menatapku yang mengenakan kaus putih yang ditutupi jaket berwarna kuning, dan celana pendek kuning yang senada degan jaketku, serta rambut terikat satu santai. Senyum miring tersungging di bibirnya tak lama setelah matanya mengamatiku, aku meraba - raba kecil wajah dan rambutku bingung melihat tatapan itu

"wae? Apa ada yang aneh?" tanyaku panik,

Hyun Soo langsung menggeleng cepat "mm.. kau sangat cantik" pujinya begitu saja.

Aku hanya mematung menatapnya sejenak, lalu memalingkan wajahku yang semakin memerah berkat pujiannya barusan. Hyun Soo menjadi sangat berbeda hari itu, ia menunjukkan sisi barunya yang tidak kuduga, bahkan tidak ku ketahui sebelumnya. Entah mengapa sikapnya itu membuatku merasa senang, meskipun masih terasa sedikit canggung. Aku berdeham kecil lalu kembali menatap Hyun Soo, ia mengenakan kaus yang di tutupi kardigan putih dengan celana pendek biru, aku menahan tawaku kecilku

"kau juga cantik" candaku.

Senyum bahagia terus menghiasi bibir Hyun Soo, matanya tidak bisa lepas dariku, dan tangannya semakin erat menggengam tanganku. Kami berdiri di depan Everland dengan senyum lebar, aku menoleh menatap Hyun Soo, begitu juga Hyun Soo. Kami berlari senang menuju pintu masuk dan mulai menikmati hari penuh kenangan yang kami lewati bersama. Langkah Hyun Soo terhenti

"apa yang ingin kau lakukan duluan?" tanyanya,

aku melemparkan pandanganku ke sekeliling cepat, dan menunjuk antusias "itu.." putusku.

Hyun Soo menatap kemana arah jariku menunjuk dan memutar matanya canggung. Ia langsung mengosok kecil hidungnya panik sambil berdeham kecil, pura - pura tidak melihat apa yang ku tunjuk. Aku menngerutkan keningku dan menggaitnya manja "ayo, kita kesana, ayoo.. ayo.." rengekku. Hyun Soo melirikku sesekali, namun ia masih belum termakan rayuanku, aku terus merengek manja sambil menggoyang tangannya "Soo -yah.. ayolah.. hmm.. hmm.." rengekku sekali lagi. Hyun Soo mendecakkan lidahnya pasrah

"ahh.. baiklah.. baiklah.." jawabnya terpaksa.

Aku langsung melompat girang dan menarik tangannya berlari menuju tempat yang ku inginkan, mataku langsung bersinar cerah melihat bando - bando lucu yang terpajang rapi di raknya masing - masing. Hyun Soo tertawa kecil tidak percaya

"kau sangat senang?"

"tentu saja" jawabku cepat lalu menariknya cepat masuk kedalam toko.

Kami berdiri di depan cermin dengan bando berhiaskan bintang, aku menggeleng "terlalu berlebihan" amatku. Kami mengganti bando dengan hiasan telinga kucing, aku menoleh ke arah Hyun Soo dan menggeleng kecil "ini terlalu biasa" nilaiku. Kami kembali mengganti bando dengan hiasan pita bermotif polkadot yang membuat tawaku pecah, Hyun Soo melirik sinis

"hey.."

"ini sangat cocok untukmu" sahutku di sela tawa.

Kami berkeliling toko sambil melihat berbagai model bando dan mataku langsung tertuju pada satu bando yang menarik, aku lansung menarik Hyun Soo "bagaimana kalau yang ini?" tawarku sambil menunjuk bando yang menarik perhatianku. Bando itu bermotif mahkota raja dan ratu berwarna emas, Hyun Soo tersenyum kecil "tidak buruk" jawabnya meraih bando di hadapannya itu. Kami keluar dari toko dengan bando mahkota yang sudah terpajang diatas kepala kami masing - masing. Hyun Soo melemparkan pandangannya ke sekeliling sejenak lalu menoleh ke arahku, ia memamerkan senyum miring andalannya

"apa yang ingin kau lakukan sekarang?" tanyanya.

Aku berfikir sejenak "kita lakukan yang ringan dulu sebagai pemanasan" jawabku santai,

"ringan? Contohnya?" tanyanya penasaran.

Aku hanya menarik tangannya diam membiarkannya penasaran sendirian. Ia terus bertanya tanpa henti mengharapkan jawabanku, namun aku terus diam sampai kita tiba di depan tempat yang tergambar di kepalaku. Hyun Soo menatap kosong gerbang Zoo Topia di hadapannya sejenak, ia menoleh kecil ke arahku dan tawanya pecah begitu saja. Aku Menatapnya dengan wajah datar seakan mengatakan "apa yang lucu?" sambil menunggunya selesai melepas tawanya. Hyun Soo menghentikan tawanya dengan cepat lalu menarik tanganku "gaja.." sahutnya datar dan berjalan masuk. Aku terus berjalan dengan penuh semangat sambil mengayunkan tanganku riang. Hyun Soo berjalan di sampingku santai sambil melihat ke sekeliling dengan senyum cerahnya yang menawan, membuat semua orang yang mengenalinya berbisik membicarakannya. Aku yang merasakan situasi itu mulai merasa tidak nyaman dan mengamati sekelilingku gugup, sambil sesekali melirik Hyun Soo yang tidak mempedulikan sekitarnya. Aku menghentikan langkahku langsung menarik tanganku cepat dari genggaman Hyun Soo, tentu saja sikap itu membuatnya tidak senang

"mwoya.." protesnya

"aku tidak mau ada gossip buruk tentangmu" jawabku dengan senyum canggung.

Aku terus memaksakan senyumku pada Hyun Soo lalu melangkahkan kakiku menjauh meninggalkannya di belakang. Hyun Soo hanya terdiam di tempat menatap kosong ke tanah sejenak, ia menggerakkan kepalanya menatap punggungku lalu melangkahkan kakinya mengejarku. Hyun Soo kembali meraih tanganku dan terus berjalan begitu saja sambil menggengam erat tanganku. Tentu saja aku berusaha melepaskan tanganku darinya sambil menoleh canggung ke sekeliling berusaha menyembunyikan wajahku, Hyun Soo menghentikan langkahnya dan menghembuskan nafas besar. Ia membalikkan badannya cepat, menatapku yang sedang berusaha menutupi wajahku dari pengunjung lain yang sejak tadi membicarakan kami. Hyun Soo mengigit kecil bibir bawahnya, ia melirik kecil ke sekeliling

"aku tidak peduli" "tapi aku peduli" tepisku cepat,

"aku bilang, aku tidak peduli, jadi berhenti menutupi wajahmu dan jangan menghiraukan mereka" mintanya gagah sambil menurunkan tanganku yang sejak tadi menutupi wajahku.

Aku hanya menatapnya lurus - lurus dengan jantung yang berdebar keras. Sikapnya itu membuatku luluh dan aku tidak bisa melakukan apapun selain menatapnya. Hyun Soo tersenyum kecil, membalikkan badannya kembali melangkahkan kakinya santai sambil menggandeng tanganku erat. Kami berjalan menyusuri tiap sudut Everland dengan perasaan senang, melupakan beban yang ada di pikiran kami. Tiba - tiba terdengar suara kecil dari perutku yang menghentikan langkah kami, Hyun Soo menoleh dengan ekspresi kaget mendengar suara perutku yang sangat keras itu. Kami saling menatap sejenak sampai tawa kami pecah bersamaan. Hyun Soo menggeleng kecil

"kau sangat menakjubkan"

"aku anggap itu pujian" gurauku santai.

Hyun Soo menoleh menatap stan makanan yang bertebaran di sekeliling kami, ia kembali menatapku "apa yang ingin kau makan?" tanyanya meminta pendapatku. Aku menggembungkan pipiku bingung sambil melempar pandanganku pada stan makan yang ada. Aku menaikkan bahuku kebingungan

"aku tidak tahu" jawabku

"bagaimana kalau jjajangmyeon?" tawarnya, aku pun mengangguk cepat menyetujui tawarannya barusan.

Kami berjalan memasuki kedai makanan dan memesan makanan kami lalu duduk di pojok ruangan menunggu makanan kami datang. Aku tertawa kecil sambari melihat kembali foto yang kami ambil satu - persatu sejak pagi tadi, Hyun Soo menyunggingkan senyum gelinya menatapku "berhenti melihat foto itu" bukanya santai. Aku meliriknya jahil dengan senyum cerah lalu menggeleng cepat

"silheo.. aku akan terus melihatnya" tepisku.

Aku kembali sibuk pada foto - foto kami di ponselku, sampai tiba - tiba aku menerima panggilan masuk dari nomor yang tidak ku kenal. Aku mengerutkan dahiku penasaran lalu mengetuk layar ponselku santai "hallo.." sapaku sopan, kerutan di keningku semakin dalam tak kunjung mendengar jawaban apapun dari si penelfon. Aku berdeham kecil sejenak "hallo? Ini siapa? Apa ada yang bisa saya bantu?" tanyaku sopan, Hyun Soo menatapku bingung "nugu?" tanyanya tanpa mengeluarkan suara, aku meringis sambil menggeleng kecil. Setelah diam beberapa detik, penelfon itu akhirnya menutup sambungan telfonya tanpa mengatakan apapun sampai akhir. Aku menatap ponselku sambil mengedipkan mata beberapa kali

"mwoya.. menakutkan.." gumamku.

Hyun Soo menoleh ke arahku "apa yang dia katakan?" tanyanya ingin tahu, aku menggeleng kecil "dia tidak mengatakan apapun lalu menutup telfonya begitu saja, aku bahkan tidak tahu nomornya" jelasku santai. Hyun Soo memiringkan kepalanya bingung, ia melirik ponselku

"boleh aku lihat?" mintanya hati - hati, aku tersenyum kecil lalu menyodorkan ponselku padanya begitu saja.

Mata Hyun Soo menyipit melihat nomor yang tertera pada layar ponselku, reaksinya itu membuatku curiga. Ia mengeluarkan ponselnya dari saku celana dan menyalin nomor itu ke ponselnya, tak lama ekspresinya berubah kaget dan ia hanya mematung menatap ponselnya kosong. Aku yang semakin penasaran dengan apa yang di sembunyikannya mencondongkan tubuhku cepat "apa kau tahu nomor ini?" tanyaku hendak mengintip ponsel Hyun Soo, namun ia menekan tombol ponselnya dengan gerkan cepat, "tidak, aku tidak tahu" bantahnya canggung. Sikapnya berubah aneh dalam sekejap, itu membuatku semakin curiga, aku membuka mulutku ingin bertanya lebih, namun suaraku terhenti oleh pelayan yang datang membawakan pesanan kami.

000

Eomma menggerakkan tangannya lesu meletakkan telfon sambil menghembuskan nafas berat dari mulutnya. Ia hanya terdiam menatap kosong telfon di depannya lalu menutup wajahnya dengan kedua tangan sambil menunduk dalam mengeluarkan tangis yang sejak tadi di tahannya. Seorang biarawati disana menghampiri eomma dengan tatapan iba, mengusap punggungnya lembut menenangkan

"kenapa Soo Kyung -ssi tidak mengatakan apapun?" tanya biarawati itu lembut.

Eomma kembali menghembuskan nafas besar dari mulutnya, ia terdiam sesaat sebelum akhirnya menjawab "aku belum siap melukai hatinya" sahut eomma lirih. Mendengar jawaban eomma, ekspresi biarawati itu semakin terlihat iba dan ia memeluk eomma sambil terus mengusap punggungnya lembut.

000

Yoo Ki oppa duduk santai sambil menyesap kopi yang di pesannya santai, ia terus melemparkan pandangannya keluar jendela menantikan seseorang yang tak kunjung datang. Ia mengangkat tangan kirinya melihat jam di lengannya sambil sesekali kembali melirik keluar jendela. Tak lama seorang wanita dengan kemeja lengan panjang putih dan celana pendek hitam terlihat masuk ke dalam cafe, ia melemparkan pandangannya sekeling mencari - cari seseorang, senyum kecil pun mengembang di bibirnya saat matanya bertemu dengan mata pria yang mengenakan kaus hitam di balut jasi biru muda dan celana panjang rapi.

Yoo Ki oppa berdiri dengan senyum lebar "Seo Rin -ssi" panggilnya sambil melambai kecil.

Seo Rin mnegangkat tangannya ikut melambai kecil, lalu melangkahkan kakinya mendekat ke meja Yoo Ki oppa. Mereka duduk berhadapan saling melempar senyum cerah

"mianhaeyo, apa Yoon seonsaeng sudah menunggu lama?" buka Seo Rin,

Yoo Ki oppa menggeleng cepat "tidak aku baru datang" bantahnya cepat.

Seo Rin melirik gelas kopi di hadapan Yoo Ki oppa dan tertawa geli tiba - tiba, Yoo Ki oppa berdeham kecil "wae- waeyo?" tanya Yoo Ki oppa bingung. Seo Rin melambaikkan tangannya "tidak, sepertinya aku membuatmu menunggu terlalu lama, sampai - sampai kopi yang kau pesan sudah habis" jelasnya geli. Yoo Ki oppa pun segera melirik gelas kopi kosong di hadapannya dan memalingkan wajahnya malu sambil berdeham kecil, tawa Seo Rin semakin lepas melihat tingkah lucu Yoo Ki oppa barusan. Yoo Ki oppa melirik Seo Rin sejenak lalu menepukkan tangannya, ia memperbaiki posisi duduknya sejenak

"karena kau terlambat, traktir aku makan malam" mintanya terus terang.

Seo Rin memutar matanya canggung lalu tertawa kecil, ia pun mengangguk kuat "baiklah, apa yang ingin Yoon seonsaeng makan? Kali ini aku akan mengikuti keinginanmu" jawabnya santai dengan tawa kecil. Yoo Ki oppa menopangkan kepalanya berfikir sejenak, senyumnya mengembang lebar, lalu ia berdiri cepat

"aku punya ide bagus, ayo kita kesana"

Seo Rin menatap Yoo Ki oppa penasaran, ia memiringkan kepalanya sambil menyunggingkan senyum miring khasnya. Seo Ri berdiri cepat "aku tidak tahu tempat apa yang ada dalam pikiran Yoo Ki seonsaeng tapi.. baiklah, akan kucoba" guraunya sambil melangkahkan kaki santai.

000

Waktu terasa cepat berlalu dan hari sudah semakin gelap. Kami berjalan menyusuri taman penuh dengan bunga warna - warni yang bermekaran indah, serta pohon - pohon tinggi dengan kelopak bunga berjatuhan terbawa angin. Aku menarik nafas panjang sambil menutup mataku santai lalu membuang nafasku lega, senyum kecil pun tersungging di bibirku setelahnya. Senyum Hyun Soo otomatis mengembang melihatku tersenyum sangat cerah saat itu, ia ikut memejamkan matanya lalu menghela nafas dalam

"aku sangat senang" sahutnya ringan,

senyumku melebar seketika mendengar itu, aku menghembuskan nafas kecil "jika bisa setiap hari seperti ini akan lebih menyenangkan" timpalku.

Hyun Soo membuka matanya dan menoleh cepat ke arahku "kau mau kemari lagi besok?" candanya, aku membuka mataku dan menoleh kecil "gajiku tidak akan di potong jika aku pergi bersamamu dan aku juga bisa bersenang - senang bersama anggota timku, tidak buruk.." simpulku cepat. Tawa Hyun Soo pecah mendengar jawabanku barusan

"kau memikirkan pergi bersamaku atau gajimu?"

aku memutar mataku berfikir sejenak "gajiku.." akuku santai.

Hyun Soo melepaskan tawanya tidak percaya mendengar jawabanku. Ia menggeleng heran sambil mengacakkan pinggangnya, sementara aku tersenyum licik sambil berjalan sombong meninggalkannya di belakang begitu saja. Hyun Soo hanya terdiam menjatuhkan tangannya, tatapannya meredup dan ia terus menatap punggungku 'Kyung Ji -yah' panggilnya dalam hati. Aku menghentikan langkahku, hatiku merasa aneh dan aku menoleh kesekeliling seakan ada seseorang yang memanggilku. Aku membalikkan badanku menatap Hyun Soo yang berdiri mematung sedikit jauh dariku, kami saling terus saling menatap di bawah langit senja, dan angin yang bertiup kecil menerbangkan kelopak - kelopak bunga indah. Sorot mata Hyun Soo berubah dan ia pun mengepalkan tangannya "Eun Kyung Ji" teriaknya memanggil namaku, aku hanya terdiam menunggunya mengeluarkan apa yang ingin ia katakan sambil menggengam erat tali tasku penuh harap. Hyun Soo terlihat mengigit bibir bawahnya sejenak lalu menghembuskan nafas kecil gugup

"jika.. jika suatu saat nanti, kau tahu rahasia yang ku sembunyikan darimu, apa kau akan tetap menerimaku?" tanyanya ragu

"ne?" jawabku bingung.

Memang pertanyaan itu bukanlah hal yang ku harapkan di saat romantis seperti ini, tapi pertanyaan itu membuatku semakin bertanya - tanya dalam hati 'apa rahasia yang Hyun Soo maksud?'

"Apa kau akan tetap menerimaku?" tanyanya lagi.

Aku mengalihkan pandanganku darinya sejenak, yang ku rasakan saat itu adalah keraguan yang dalam, namun di balik keraguan itu aku ingin tetap bersamanya. Karena perasaan yang ku sembunyikan ini semakin membesar dan kini, perasaan itu tidak dapat ku tarik kembali. Aku kembali menatap Hyun soo lalu mengangkat tanganku membentuk lingkaran besar mengelilingi kepalaku dengan senyum cerah di wajahku. Melihat tanda itu, ekspresi Hyun Soo berubah lebih baik, ia tersenyum lebar menatapku lalu melangkahkan kakinya semakin cepat, semakin cepat berlari ke arahku.

Hyun Soo memelukku erat dengan tawa bahagia "kau berjanji kan?" bisiknya senang, aku menurunkan tanganku memeluknya sambil mengangguk "hmm.. aku berjanji" gumamku.

000

Kami berjalan menuju tenda kecil yang biasa ku kunjungi bersama Yoo Ki oppa, aku beberapa kali menceritakan tempat itu pada Hyun Soo, dan akhirnya aku memiliki kesempatan untuk datang kesana bersamanya. Kedatanganku langsung di sambut hangat oleh penjanga tenda

"Kyung Ji -ah.. lama tak jumpa, bagaimana kabarmu?"

"imoo.."sapaku sambil memeluk erat penjaga tenda itu.

Gerakanku langsung terhenti saat mataku bertemu dengan sepasang wajah familiar, yang sedang duduk berhadapan sambil menatapku tercengang. Sang pria menjatuhkan sumpitnya secara tidak sengaja dan sang wanita tersedak makanan yang sedang di kunyahnya. Aku terus menatap mereka "aigoo.." sahutku sambil menggeleng heran, sedangkan Hyun Soo melotot kaget sambil menunjuk "ohh.. Heo Seo Rin -ssi" panggilnya. Seo Rin menunduk sopan pada Hyun Soo sambil berusaha menyembunyikan wajahnya dariku. Sementara aku melipat tanganku ke depan dada mengalihkan pandanganku pada pria yang sejak tadi terus memalingkan wajahnya dariku

"aigoo.. kerja bagus Yoon Yoo Ki -ssi" bukaku menghina.

Seo Rin melebarkan matanya kaget dan langsung berdiri dari kursinya "ohh.. apa kalian saling kenal?" tanyanya. Aku menghembuskan nafas besarku dari mulut sambil menggaruk kecil dahiku, Yoo Ki oppa pun akhirnya angkat bicara

"kenapa kau selalu mengenalnya?" protesnya menekan,

"kenapa selalu harus temanku?" timpalku menirukan nada suaranya.

Seo Rin yang kebingungan dengan situasi ini, menatap kami bergantian "oppa?" tanyanya bingung. Aku langsung menoleh cepat ke arah Seo Rin,

"oppa gila yang selalu menghantui hidupku itu adalah dia.." jelasku santai dengan wajah datar menunjuk Yoo Ki oppa.

Yoo Ki oppa menghembuskan nafas tidak percayanya mendengar penjelasanku barusan, ia berdiri cepat berjalan ke arahku, mengangkat tangannya menyentil keras dahiku. Aku mengusap dahiku

"ARGH OPPA!" teriakku meluapkan rasa kesalku.

Kami pun duduk satu meja bersama, aku di hadapan Seo Rin dengan Hyun Soo di sampingku berhadapan dengan Yoo Ki oppa. Hari ini masuk daftar hari terhebat dalam hidupku, dimana terjadi saat menyenangkan, menyentuh, dan menyebalkan dalam sehari. Yoo Ki oppa langsung meletakkan sumpitnya dan menatap Hyun Soo lurus - lurus "hey, apa kau minum?" tanyanya menantang tiba - tiba. Mataku melebar kaget dan aku ikut meletakkan sumpitku

"ooho.. Yoon Yoo Ki -ssi, jangan memulai perkelahian" tahanku,

"tunggu.. tunggu.. aku masih tidak paham dengan hubungan kalian" sela Seo Rin mengalihkan pembicaraan kami.

Seo Rin menunjukku "kau adiknya?" tanyanya, aku hanya mengangguk dengan wajah datar merespon pertanyaan itu, Seo Rin sedikit memiringkan kepalanya "kenapa marga kalian berbeda? Apa kalian saudara tiri?" simpulnya hati - hati. Tawaku dan Yoo Ki oppa pecah bersamaan mendengar pertanyaan Seo Rin, Yoo Ki oppa menggeleng cepat

"tidak, orang tuaku memungutnya dari pinggir sungai Han" candanya.

Aku hanya melirik Yoo Ki oppa sinis lalu menggeleng kecil, kembali mengambil sumpitku melanjutkan makan. Yoo Ki oppa menopang sikunya di atas meja "kami sepupu, hubungan keluarga kami sedikit rumit jadi.. begitulah.." jelas Yoo Ki oppa terhenti canggung. Aku menaikan bahuku "aku memilih tinggal bersama keluarganya" timpalku sambil mengunyah makanan dalam mulutku, Yoo Ki oppa menaikan alisnya kecil tanpa mengatakan apapun lagi, sementara Seo Rin mengangguk paham mendengarkan cerita kami. Tanpa kusadari Hyun Soo yang sejak tadi mendengarkan pembicaraan itu mengerutkan dahinya curiga dan tampak berfikir keras, aku menoleh kecil melihat kerutan di dahinya itu langsung menyenggol lengannya. Hyun Soo tersadar dari pikirannya, menoleh kecil menatapku menaikkan alisnya, aku menggerakkan sumpitku "makanlah" sahutku. Hyun Soo yang awalnya tampak bingung, mengangguk kecil lalu mengambil sumpitnya mulai menyantap makanan yang ada. Aku kembali menyantap makananku dengan dahi berkerut kecil bertanya - tanya apa yang ia pikirkan sejak tadi.

Setelah selesai menghabiskan semua makanan yang kami pesan, kami keluar dari stan bersama. Yoo Ki oppa membalikkan badannya dan melemparkan kunci mobilnya pada Hyun Soo begitu saja dan menoleh ke arahku

"pastikan kau membawa mobil ini pulang" perintahnya santai

"mwoya.. kemana kalian akan pergi?" protesku,

"aku habis minum, jadi kami akan naik bus" jawabnya santai dan menoleh cepat pada Seo Rin "tidak apa kan?" tanyanya lebih sopan, Seo Rin pun mengangguk cepat dengan senyum manis di bibirnya.

Aku langsung memasang ekspresi tidak percaya melihat perubahan sikap Yoo Ki oppa yang drastis itu, aku menggeleng kecil lalu membalikkan badanku "gaja.." ajakku melewati Hyun Soo berjalan menuju mobil. Hyun Soo mengangguk bingung sambil mengikutiku dari belakang, ia membukakan pintu mobil untukku dulu lalu memutar menuju pintu kemudi.

Sepanjang perjalanan kami hanya diam menutup mulut kami rapat - rapat, aku menyadari Hyun Soo sejak tadi melirikku dan mungkin banyak pertanyaan yang ingin dia tanyakan padaku namun ia menahannya. Aku memalingkan wajahku ke jendela melihat keluar berpura - pura tidak peduli sampai kami akhirnya dekat dengan taman bermain yang menjadi batas antara rumahku dan rumah Hyun Soo. Aku menutup mataku rapat, tidak tahan untuk terus berpura - pura tidak peduli. Aku menoleh cepat "keluarkanlah.." sahutku, Hyun Soo menghentikan mobilnya tepat di depan taman bermain lalu menoleh ke arahku

"mwoga?" tanyanya berusaha menyembunyikan rasa ingin tahunya,

"kau ingin tahu, itu terlihat sangat jelas dari wajahmu" timpalku sambil melirik sinis.

Kami turun dari mobil dan duduk di ayunan santai, aku menunduk ke tanah memainkan kakiku lalu berdeham kecil. Hyun Soo terus terdiam menungguku mengatakan sesuatu dan membuat suasana semakin canggung. Aku menghembuskan nafas kecil "kedua orang tuaku bercerai" bukaku sambil terus menundukkan kepalaku, Hyun Soo tersenyum miring sambil mengangguk karena ia memang sudah mengetahui tentang hal itu. Hyun Soo menoleh kecil menatapku "itu tidak masalah, pasangan yang bercerai di seluruh isi Korea ini tidak hanya orang tuamu" tepisnya santai berusaha meringankan perasaanku. Aku hanya tersenyum pahit mendengar perkataan Hyun Soo yang berniat menghiburku, aku menggeleng kecil "itu bukan inti dari masalah" sambungku. Hyun Soo memutar matanya kecil "lalu? Apa masalahnya?" tanyanya ingin tahu. Aku menyandarkan kepalaku pada rantai ayunan lesu "aku pernah bercerita padamu kan aku tidak punya ingatan sebelum 3 tahun terakhir" bukaku. Hyun Soo mengangguk kaku "ya, lalu?" tanyanya tidak mengerti. Aku menghembuskan nafas berat lalu memundukkan kepalaku "ayahku menikah lagi dan ibuku meninggalkanku" ungkapku berat hati, Hyun Soo tampak kaget mendengar ceritaku itu. Ia menatapku lurus - lurus

"maksudmu.. seperti kau di telantarkan?" tanyanya hati - hati,

aku mengangguk cepat "ya, akhirnya aku memutuskan untuk pergi pada paman dan bibiku" timpalu, aku menghembuskan nafas besar dari mulutku "untungnya mereka mau merawatku" tambahku.

Hyun Soo kembali berfikir keras setelah mendengar cerita dari sisiku, ia teringat akan pertemuannya dengan eomma di Gereja waktu itu. Mendengar ceritaku membuatnya sadar bahwa aku tidak tahu kabar dan keadaan ibuku saat ini. Hyun Soo berdiri dari ayunannya dan berlutut di hadapanku "kapan kau terakhir bertemu ibumu?" tanyanya tiba - tiba. Aku mengerutkan dahiku bingung mendengar pertanyaan anehnya itu, aku berdeham kecil "kenapa.. tiba - tiba.." jawabku canggung

"katakanlah padaku, kapan terakhir kau bertemu ibumu?" tanyanya lagi tidak mempedulikan rasa ingin tahuku.

Aku menghembuskan nafas kecil, memutar mataku berusaha mengingat terakhir kali aku melihat eomma hari itu. Aku mengigit bibir bawahku sambil terus berusaha mengingat "aku tidak ingat, sepertinya sebelum kecelakaanku" simpulku. Aku tersenyum pahit "karena ia tidak pernah menemuiku lagi, bahkan sampai aku sadar setelah kecelakaan itu, dia tidak datang" bukaku terus berusaha mengingat,

"ia hanya meninggalkan selembar surat dan pergi begitu saja meninggalkanku" lanjutku.

Aku menundukkan kepalaku, tanpa kusadari air mataku mentes begitu saja, aku segera mengangkat tanganku mengusap air mataku cepat. Hyun Soo menahan tanganku "biarkan air matamu menetes, karena itu tugas mereka" sahutnya lembut, air mataku kembali menetes mendengar perkataan Hyun Soo barusan. Aku menutup mataku rapat membuat air mataku semakin deras menetes "aku bahkan tidak tahu apa arti kata eomma saat itu" sahutku di sela isak tangisku, aku mengusap kecil mataku "tapi dia meninggalkanku begitu saja" lanjutku. Mata Hyun Soo melebar dan ia menarikku lembut ke dalam pelukannya

"tidak apa, semuanya akan baik - baik saja Kyung Ji -ah" mintanya hati - hati,

"ia menghilang dan tidak pernah kembali, ia hanya memberikan surat untukku" lanjutku meluapkan perasaanku.

Hyung Soo melepaskan pelukannya lalu membasuh lembut air mataku dengan tangannya"surat dari ibumu?" tanyanya,

"hmm.." gumamku sambil mengangguk kecil, aku mengusap air mataku "dia meninggalkanku.. dia menuliskan surat perpisahan untukku" jelasku sambil mengendalikan tangisku.

Hyun Soo hanya terdiam menatapku dengan tatapan seolah - olah ia mengatakan 'tidak, bukan itu' dan kerutan di keningnya terlihat semakin dalam. Aku menghembuskan nafas besar dari mulutku sambil menyeka air mataku cepat "lupakan.. lagippula dia tidak akan kembali" tepisku lirih, Hyun Soo menunduk kecil tanpa mengatakan apapun. Aku pun langsung berusaha mengubah suasana dan menggoyangkan tanganku "hey, lihatlah aku, aku hidup bahagia sampai saat ini" sahutku berusaha meyakinkannya, Hyun Soo menatapku sejenak dan senyum kecil tersungging di ujung bibirnya perlahan. Aku memaksakan senyumku lalu mendongak menghembuskan nafas berat dari mulutku. Aku terus mendongak dan tiba - tiba pikiranku tertumpah begitu saja

"Soo -ya, bagaimana perasaanmu waktu kau tahu wanita itu meninggalkanmu?"

Hyun Soo melepaskan tanganku dari genggamannya dan berdiri sambil ikut mendongak menatap langit "aku menerimanya" jawabnya singkat.

Aku langsung menatap Hyun Soo dengan mata melebar kaget "begitu saja?" tanyaku tercengang, Hyun Soo hanya terus mentap langit yang penuh bintang malam itu "hmm.. begitu saja" gumamnya. Aku merasa tidak terima dengan jawaban itu pun berdiri menarik jaket Hyun Soo cepat, membuatnya tertunduk kecil menatap mataku, kami saling menatap lurus "wae?" tanyaku. Hyun Soo menggerakkan kedua tanganya memegang tanganku yang menggenggam jaketnya "waktu itu aku tidak dapat melihat kemana ia pergi, bagaimana mungkin aku bisa menahannya?"

Tanganku yang awalnya meremas erat jaketnya mulai melemas perlahan sambil menurunkan pandangan mataku darinya, Hyun Soo menahan tanganku kuat membuatku kembali menatap matanya. Kami hanya terdiam terus saling menatap, membuatku mengedipkan mataku bebrapa kali canggung. Hyun Soo terus menatapku lurus tanpa bergerak sedikitpun 'itu hanya alasan, sesungguhnya aku tidak pernah percaya kalau kau meninggalkanku, dan.. aku bahagia karna kau kembali padaku dengan cara yang ajaib ini' kata Hyun Soo dalam hati sambil menatapku dengan senyum kecil yang mengembang di bibirnya. Senyum Hyun Soo menghilang perlahan dan ia menatapku kali ini dengan tatapan yang tidak biasa, ia perlahan bergerak mendekat ke arahku, membuatku otomatis menutup mataku rapat sambil mengepalkan tanganku penuh harap. Hyun Soo tiba - tiba menghentikan gerakannya dan sorot matanya berubah jahil, ia menggerakkan bibirnya ke telingaku "selamat malam" bisiknya lembut sambil melepaskan tanganku, lalu melangkahkan kakinya menjauh meninggalkanku sendirian di taman. Aku membuka mataku lebar dan membuka mulutku hampa menghembuskan nafas kesalku, aku menoleh menatap punggungnya mengangkat tinjuku lalu membalikkan badanku meninggalkan taman dengan langkah kesal.

***