webnovel

Old Love

Hyun Soo pada Kyung Ji "Jika aku bisa bertemu denganmu lagi, aku akan melakukan apapun untuk menebus apa yang telah terjadi padamu waktu itu. Aku akan membuatmu tersenyum seperti saat aku tidak bisa melihat senyummu." Kyung Ji pada Hyun Soo "Aku menyukaimu, aku akan selalu memilihmu. Jika keadaan berjalan sesuai yang kuinginkan, aku tidak akan memilih untuk menguburmu dalam - dalam dari ingatanku."

Tarin_Swan · Teen
Not enough ratings
47 Chs

CHAPTER 31 PENDEKATAN

Dering ponselku yang terdengar keras menggangu saat yang terbilang romantis itu. Aku dengan cepat mendorong Hyun Soo menjauh, mundur selangkah canggung menghindari tatapannya. Aku mengeluarkan ponselku dari saku jaket, mengerutkan dahiku melihat nama yang tertera di layar. Aku menghembuskan nafas kecil sejenak lalu mengetuk layar ponselku santai

"hallo" sapaku canggung.

"Eun Kyung Ji, apa kau sudah melihat berita?" tanya Hyo Ra panik dari seberang telfon.

Keningku semakin berkerut mendengar pertanyaannya itu, aku menggeleng kecil "belum, ada apa?" tanyaku polos. Terdengar suara hembusan nafas besar dari seberang telfon "cepat lihatlah berita dan cari Si Hwan oppa, kabar ini sudah menyebar di internet" jawabnya dengan nada mendesak. Mendengar nada panik Hyo Ra, aku semakin merasa ini bukan hal kecil, apalagi sampai kabarnya beredar di internet. Aku menggigit bibir bawahku ragu

"aku bertemu dengannya.." timpalku ragu

"kau bertemu dengannya? Katakan dimana dia?" sahutnya semakin mendesakku

"jelaskan padaku apa yang terja-"

"CEPAT KATAKAN PADAKU!" bentak Hyo Ra menyela perataanku.

Aku mengedipkan mataku beberapa kali "kami berpisah di cafe tadi, dia hanya bilang kalau dia akan pergi jauh" jelasku kebingungan.

Hyo Ra langsung mematikan sambungan telfonnya setelah mendengar penjelasanku, aku yang semakin penasaran dengan apa yang terjadi, kembali memainkan ponselku cepat dan menempelkan ponselku ke telinga. Mengetahui Si Hwan oppa menolak panggilanku membuat perasaanku semakin tidak enak, aku membalikkan badanku cepat hendak meninggalkan taman, namun Hyun Soo menahan lenganku.

Aku membalikkan badan melihat tanganya memegang lenganku kuat, perasaan aneh kembali memenuhi hatiku, aku menghela nafas kecil sambil mengigit bibir bawahku ragu. Aku merasa saat ini yangt terpenting mengetahui apa yang terjadi pada Si Hwan oppa. Aku memegang lengan Hyun Soo

"aku harus pergi" kataku pelan sambil mendorong tangannya melepaskan lenganku.

Aku berlari cepat pulang kerumah, langsung menyalakan telelvisi di ruang tengah. Televisi telah di penuhi oleh berita perusahaan milik keluarga Si Hwan oppa yang telibat kasus penggelapan uang. Mataku melebar seketika melihat berita itu, aku langsung berlari mengetuk cepat pintu kamar Yoo Ki oppa. Setelah mengetuk beberpaa kali dan tidak kunjung mendengar jawaban dari dalam, aku langsung membuka pintu kamarnya, namun Yoo Ki oppa tidak ada di dalam kamar itu. Aku menegluarkan ponselku dan menelfon Yoo Ki oppa mencari dimana keberadaanya sekarang, namun ia juga menolak panggilanku. Aku yang semakin panik dengan keadaan ini, terus berfikir apa yang harus aku lakukan sekarang. Tiba - tiba dering singkat terengar dari ponselku, membuatku langsung melihat pesan yang masuk. Pandnaganku meredup dan tubuhku melemas melihat pesan yang masuk itu.

Dari: Yoo Ki oppa

Jangan hiraukan soal Si Hwan, karena ini hanya masalah waktu. Dia sudah meninggalkan Seoul, dia bilang padaku semoga kau hidup dengan bahagia.

000

Sejak hari itu, sikap Hyun Soo sangat berbeda. Ia bagai pria yang sangat terobsesi pada wanita yang di sukainya. Awalnya aku berusaha memahami perubahan sikapnya itu, lama - lama aku tidak tahan dengan perubahan sikapnya yang aneh itu. Gossip tidak enak juga mulai beredar di seluruh perusahaan, ada yang mengatakan aku menggodanya, aku mengancamnya, sampai aku menjual diriku padanya. Aku semakin tidak tahan dengan semua itu, anggota timku pun mulai melihatku dengan tatapan yang tidak biasa.

Bel di mejaku berbunyi menandakan bahwan Hyun Soo memanggilku ke ruangannya, aku menghembuskan nafas kesal sambil memutar mataku, berdiri masuk ke dalam ruangannya. Setelah menutup pintu ruangannya, sifat asliku pun keluar

"ada apa lagi sekarang?" tanyaku kesal

"hey, apa itu caramu bertanya pada atasanmu?"

"ada apa TU.AN?" ulangku menekan.

Tawa kecil pecah dari mulut Hyun Soo, ia menggeleng heran lalu mengeluarkan selembar tiket dari laci mejanya. Ia meletakkan tiket itu di atas meja dan menyodorkannya padaku "ikutlah bersamaku akhir pekan ini" mintanya santai. Aku menaikkan alisku meraih tiket yang di sodorkannya padaku, aku memeringkan kepalaku sambil meliriknya canggung

"Everland? Gabjagi wae?" tanyaku kebingungan

"aku tidak ingin pergi sediri" jawabnya santai.

Jawabannya itu semakin terdengar aneh di telingaku, aku semakin memiringkan kepalaku sambil menatapnya dengan alis berkerut curiga. Melihat reaksiku itu, Hyun Soo segera berdiri "kalau tidak mau ya sudah" sahutnya sambil merampas tiket di tanganku cepat, aku pun berusaha menebut kembali tiket itu sambil merengek padanya. Hyun Soo tampak tertawa lepas melihat tingkah kekanakanku itu, ia kembali mengulurkan tiket itu padaku dengan senyum cerah di wajahnya. Setelah mengambil kembali tiket itu, aku melambai - lambikan tanganku lalu membalikkan badanku hendak meninggalkan ruangan. Hyun Soo membuka mencegatku cepat

"Kyung Ji -ah" panggilnya

aku langsung menoleh menaikkan alis "mm.." gumamku,

"kau bisa menganggap ini.. kencan.." sahutnya sambil tersenyum miring

"ken.. can.." ulangku canggung.

Hyun Soo mengganguk lalu berdeham kecil "siapa tahu kau akan menyukaiku setelahnya" sahutnya penuh percaya diri. Tawaku pecah begitu saja melihat rasa percaya diri Hyun Soo yang begitu tinggi. Melihatku menertawakannya, Hyun Soo langsung melipat tangannya di depan dada sambil meliriku sinis. Aku langsung menghentikan tawaku, menunduk kecil lalu berjalan cepat meninggalkan ruangnnya. Hyun Soo hanya tersenyum sambil menggeleng kecil melihat tingkahku barusan, ia kembali duduk di mejanya, mengelurakan ponsel putih dari laci mejanya itu. Ia menekan santai ponsel di tangannya dan senyum kecil otomatis tersungging di bibirnya. Hyun Soo terus menatap ponsel itu sampai layar ponsel itu kembali mati dengan sendirinya, lalu ia mengalihkan pandangannya ke arah pintu ruang kerjanya. Matanya perlahan terlihat kosong "dia masih seperti Kyung Ji yang kukenal.. kecuali hatinya.." sahutnya kecil hanyut dalam lamunanya.

Aku menutup pintu ruangan Hyun Soo, langsung melepaskan senyum bahagia yang sejak tadi kutahan. Perasaanku terasa lebih ringan sekarang, jantugku terus berdebar keras dan hatiku berteriak tanpa henti

'ini bukan perasaanku saja.'

Aku membalikkan badanku, terhuyung kaget melihat Bae daepyonim yang sudah berdiri mentapku bingung. Aku segera melipat tanganku membungkuk sopan "depyonim, joesonghamnida.." sahutku sambil menyingkir memberinya jalan masuk ke dalam ruangan Hyun Soo. Bae daepyonim terlihat menahan tawanya melihatku sambil melangkahkan kakinya santai melewatiku. Aku kembali tersenyum melihat tiket Everland di tanganku 'kencan' kata itu terus terulang di kepalaku membuat imajinasiku mulai bermain setinggi - tinginya.

000

Bae daepyonim tertawa geli melihat Hyun Soo yang tampak sedang senang hari ini, senyumnya terlihat berbeda dari biasanya, hingga ia tidak menyadari kedatangan ayahnya. Bae daepyonim tersenyum miring dan berdeham keras membuyarkan lamunan Hyun Soo. Melihat ayahnya sedang melihatnya dengan tatapan geli, Hyun Soo langsung berdiri dari kurisnya kaget

"ohh.. appa, sejak kapan.." sahutnya canggung

"kalian aneh sekali hari ini, apa terjadi sesuatu?" tanya Bae daepyonim menggoda,

"kalian?"

"ya, kau dan bodyguard perempuanmu itu" jawabnya santai.

Hyun Soo tertawa kecil sambil menundukkan kepalanya malu, ia menggeleng kecil lalu menghembuskan nafas lega dari mulutnya. Bae daepyonim menoleh kecil lalu mengangkat satu tangannya sejenak, melihat tanda itu sekertaris Min menunduk sopan lalu meninggalkan kedua pria itu. Bae daepyonim langsung menoleh ke arah Hyun Soo dengan tatapan serius, membuat suasana langsung berubah tegang. Hyun Soo menatap ayahnya itu bertanya - tanya, sesekali berdeham kecil. Bae daepyonim membenarkan posisi duduknya dan melipat tangannya di depan dada

"sejauh mana kau tahu?" tanya Bae daepyonim tegas

"maksud appa?" tanya Hyun Soo tidak mengerti.

Bae daepyonim terus menatap Hyun Soo dengan tatapan tajam, sambil menebak - nebak apa Hyun Soo benar - benar tidak menegrti, atau hanya berpura - pura tidak mengerti. Bae daepyonim kembali membuka mulutnya, melemparkan bom yang membuat suasana semakin tegang

"kau tahu kan kalau dia adalah Eun Kyung Ji? Pacarmu yang di katakan meninggal 3 tahu lalu" ungkapnya terang - terangan.

Hyun Soo tercengang mendengar bom yang di lemparkan ayahnya begitu saja, perasaan terkhianati mulai sedikit muncul di hatinya, ia menghembuskan nafas besar sambil membuang wajahnya dari ayahnya. Melihat reaksi Hyun Soo, Bae daepyonim mengangguk kecil

"sejauh mana kau tahu?"

"appa sendiri? Sejauh mana appa tahu? Appa bahkan mengenalnya, tapi kenapa.. kenapa.." timpalnya kehabisan kata - kata

"jika kau tahu semuanya, apa yang akan kau lakukan?"

Hyun Soo membuka mulutnya hendak menjawab pertanyaan itu, namun suaranya terhenti, ia tidak tahu apa yang harus ia katakan. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Bae daepyonim menaikkan alisnya tenang, seakan ia sudah menebak reaksi Hyun Soo sebelumnya. Hyun Soo menutup mulutnya perlahan dan menghembuskan nafas berat, semua ini semakin terasa berat baginya. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan dan siapa yang harus ia percaya saat ini.

000

Aku duduk di kursi taman perusahaan sambil menahan rambutku yang berterbangan acak tertiup angin. Aku memejamkan mataku sambil menarik nafas dalam, senyum kecil tersungging di ujung bibirku merasakan segarnya udara yang memenuhi paru - paruku.

"Apa bekerja dengan Hyun Soo sangat melelahkan?" tanya seorang wanita santai,

aku membuka mataku dan langsung menegakkan posisi dudukku, melipat tanganku diatas pangkuan sopan. Sekertaris Min tertawa kecil melihat perubahan sikapku yang drastis itu, ia duduk di sampingku lalu menyodorkan gelas kertas berisi kopi di tangannya, aku menerima gelas itu dengan dua tangan sopan sambil menunduk kecil, lalu menyesap sedikit kopi itu. Sekertaris Min membalikkan badannya sejenak meletakkan gelas kopinya di ujung kursi dan memangku kakinya santai membuka pembicaraan

"jadi, bagaimana rasanya bekerja dengan Hyun Soo? Apa dia membuatmu kesusahan?"

Aku menundukkan kepalaku dengan senyum manis menghiasi bibirku, lalu menggeleng santai "tidak" bantahku terhenti, aku mengangkat kepalaku menatap sekertaris Min "berbagai hal telah ku lewati, terkadang dia membuatku marah, terkadang dia membuatku kebingungan, terkadang dia membuatku sedih" lanjutku sambil mengingat satu - persatu kenangan yang telah ku lewati bersamanya. Sekertaris Min ikut tersenyum mendengar jawabanku itu, ia tampak mengangguk kecil memberikan tanggapan. Pembicaraan terhenti begitu saja karena sekertaris Min tidak mengatakan apapun dan aku sendiri bingung harus mengatakan apa. Suasana pun berubah menjadi canggung dalam sekejap. Aku menggaruk belakang kepalaku bingung, berdeham kecil lalu membuka mulutku kaku

"sudah berapa lama anda bekerja disini?" tanyaku formal.

Sekertaris Min tertawa kecil mendengar pertanyaanku, rekasinya itu membuatku semakin kebingungan, aku hanya tersenyum kaku sambil menunggunya mengatakan sesuatu. Sekertaris Min menatapku lurus - lurus

"berbicaralah lebih santai denganku, tidak apa"

aku sedikit memiringkan kepalaku "baiklah.." jawabku ragu,

"tidak usah ragu, berbicaralah lebih santai, coba panggil aku eonni" timpalnya cepat

"eon.. ni.." sahutku menuruti keinginannya.

Senyum puas tersungging di bibir sekertaris Min, ia mengangguk sejenak "aku bekerja disini.. entahlah, sangat lama" jawabnya sambil mengingat - ingat. Aku mengangguk paham "begitu rupanya" sahutku dengan suara kecil, aku memainkan jariku sambil mengigit bibir bawahku. Aku menundukkan kepalaku lalu menoleh kecil pada sekertaris Min

"apa aku boleh bertanya sesuatu?"

Sekertaris Min langsung mengangguk sambil membuka telapak tangannya mempersilahkanku bertanya padanya, aku memalingkan wajahku darinya dan membuka mulutku

"apa eonni tahu tentang wanita yang Hyun Soo sukai, si anak perempuan'?" tanyaku ragu.

Mendengar pertanyaanku itu, tawa sekertaris Min pecah begitu saja. Ia tidak menyangka bahwa aku akan menanyakan tentang diriku sendiri yang tidak kuketahui. Mendengarnya tertawa aku langsung menoleh cepat dengan alis berkerut, menatap sekertaris Min dengan wajah kaget bercampur bingung. Sekertaris Min berusaha mengendalikan tawanya sambil melambaikan tangannya

"maafkan aku, aku tidak bermaksud menyinggungmu" sahutnya meyakinkanku.

Aku menghembuskan nafas lesu semakin menundukkan kepalaku. Melihat sikapku itu, sekertaris Min mulai memahami apa yang aku rasakan, ia menggeser tubuhnya mendekat ke arahku lalu menepuk pelan bahuku. Aku menoleh perlahan merasakan tangannya di bahuku, saat mata kami bertemu, sekertaris Min tersenyum lebar lalu membuka mulutnya

"aku tahu apa yang kau rasakan, hatimu pasti bertanya - tanya 'apa dia masih mengingat wanita itu? Apa dia masih menyukainya? Apa ini hanya cinta sepihak?' Benar kan?" tebaknya.

Mataku melebar mendengar perkataan sekertaris Min barusan, rasanya seperti ia membaca seluruh isi pikiranku. Melihat ekspresi takjubku, sekertaris Min tersenyum geli sambil menutupi matanya

"ooh.. jangan lihat aku seperti itu.." sahutnya santai

"wahh.. eonni.. wahh " sahutku kehabisan kata - kata.

Sekertaris Min kembali tertawa kecil mendengar reaksiku, ia menghembuskan nafas besar dari mulutnya sejenak lalu menurunkan tanganya menggenggam erat tanganku

"percayalah, dia menyukaimu" ungkapnya yakin

"dia.. menyukaiku?" ulangku ragu,

"dimanapun dirimu, apapun kondisimu, dan bagaimanapun dirimu.. percayalah dia selalu menyukaimu" timpalnya semakin meyakinkanku.

Mendengar jawaban itu, beban di hatiku sedikit terangkat, rasa percaya diriku meningkat seiring harapan yang mulai terlihat di mataku. Aku mengangguk kecil sambil kembali mengulang perkataan sekertaris Min yang baru kudengar "dia selalu menyukaiku". Dering ponsel menggangu pembicaraan kami, aku mengeluarkan ponselku dari saku celana dan mengetuk layarnya cepat

"hallo"

"kau dimana?" tanya Hyun Soo terdengar lesu,

"taman, ada apa?" tanyaku mulai cemas mendengar suaranya yang lesu

"tidak apa, cepatlah kembali" jawabnya singkat lalu menutup sambungan telfonnya.

Aku segera berdiri dan menunduk kecil pada sekertaris Min "aku harus kembali sekarang" sahutku cepat, sekertaris Min mengangguk dengan senyum di wajahnya dan membiarkanku pergi begitu saja. Ia terus menatap punggungku dengan senyum yang sama 'yang perlu kalian lakukan hanyalah mengisi waktu yang terbuang sebelumnya' sahutnya salam hati.

000

Aku mengetuk pintu ruangan Hyun Soo sejenak, lalu membukanya perlahhan. Aku meningukkan kepalaku canggung, lalu masuk perlahan dan menutup pintu ruangannya pelan. Aku berjalan mendekatinya yang duduk lesu dengan kepala tertunduk dalam. Dahiku pun berkerut dalam dan hatiku mulai bertanya - tanya penasaran, aku duduk mendekatinya lalu membungkukkan badanku sampai aku bisa melihat wajahnya "gwaenchanha?" tanyaku sambil menatapnya lurus - lurus. Hyun Soo menoleh cepat ke asal suaraku, ia langsung berdiri dan memelukku erat, semakin erat. Pelukan Hyun Soo semakin erat membuat dadaku sesak dan nafasku tercekat, aku terus meronta berusaha melepaskan pelukannya itu, namun Hyun Soo semakin erat memelukku. Aku memukul punggungnya sambil terbatuk kecil

"aku bisa mati.." bisikku sesak.

Hyun Soo terus memelukku, tanpa mempedulikan keluhanku barusan. Aku menggerakkan kakiku langsung mengayunkannya sekuat tenaga cepat menendang kaki Hyun Soo

"HEY!!" teriaknya kesal sambil melepaskan pelukannya cepat.

Ia terlihat meringis kesakitan sementara aku terbatuk keras kehabisan nafas, aku meliriknya sinis begitu pula dengan Hyun Soo yang melirikku sinis sejak tadi. Ia mengelus kakinya yang terkena tendanganku

"mwoya? Apa kau preman?" tanyanya kesal,

aku melipat tanganku di depan dada "mwoya? Apa kau pembunuh?" timpalku menirukan nada suaranya barusan.

Hyun Soo menjatuhkan dirinya ke kursi kerja sambil memijat kecil kakinya, melihat itu ekspresiku melunak dan aku berlutut mendekatinya

"gwaenchanha? Mianhae.." sahutku merasa bersalah.

Hyun Soo melirik kecil dan tersenyum licik memanfaatkan situasi ini, ia memijat - mijat kakinya lalu tiba - tiba menjerit kecil "aa.. ini sakit" rengeknya. Aku yang tidak tahu tipuannya itu reflek memegang kakinya pelan

"bagian mana? biar aku lihat" sahutku tanggap,

"ini.. ini sakit" sahutnya meringis memijat kecil kakinya

"ooh.. eotteoghae, mianhae Soo -yah.."

"jika kau merasa bersalah traktir aku makan" sahutnya.

Aku memutar mataku menatapnya lurus "makan? Oh.. baiklah, apa yang ingin kau makan? Akan kubelikan untukmu" putusku berusaha menyenangkan hatinya.

Hyun Soo langsung tersenyum puas mendengar jawabanku itu, ia langsung berdiri tegap "gaja" ajaknya semangat dan berjalan normal melewatiku yang masih tercengang di tempat. Mataku mengikutinya berjalan melewatiku, nafas tidak percaya keluar dari mulutku beberapa kali "hey.." sahutku kecil, Hyun Soo terus berjalan dengan senyum puas menghiasi bibirnya tidak menghiraukan panggilanku

"HEY!!" teriakku kesal.

Hyun Soo membalikkan badannya santai "kau sudah menyetujuinya, jadi berdirilah, aku lapar" timpalnya santai sambil tersenyum menghina ke hadapanku.

000

Kami masuk ke sebuah cafe yang tidak jauh dari kantor, aku menahan lengan Hyun Soo "kau bilang kau lapar" bisikku, Hyun Soo memasang wajah bingung lalu mengangguk cepat "wae?" tanyanya tidak mengerti maksud perkataanku . Aku memutar mataku "maksudku, jika kau lapar kau harus makan nasi" jelasku, Hyun Soo membuka mulutnya hampa sambil mengangguk paham. Ia tersenyum cerah "aku harus diet, minggu depan aku ada pemotretan" jawabnya santai. Aku mengangguk kecil sambil melepas tanganku dari lengannya perlahan, beberapa minggu melihatnya di balik meja kerja membuatku lupa, kalau Hyun Soo juga seorang model. Aku menunduk sambil menggeleng kecil lalu berjalan menyusulnya ke meja kasir, Hyun Soo sedang asik melihat papan menu lalu menoleh "apa yang akan kau makan?" tanyanya padaku. Aku menaikkan alis "aku? Hmm.. aku salad saja" jawabku santai. Hyun Soo memutar matanya dan keningnya terlihat berkerut kecil

"apa kau yakin? makanlah sesuatu yang lebih enak" tawarnya,

aku menggeleng cepat "aku tidak suka melihat seseorang menderita sendirian" tolakku santai.

Hyun Soo tertawa kecil mendengar penolakanku barusan dan ia mengangguk beberapa kali. Setelah memesan kami masuk mencari tempat duduk, mataku tertuju pada dua orang yang sedang duduk berhadapan membuat langkahku terhenti begitu saja. Salah seorang tampak menoleh kecil dan mata kami bertemu

"oppa.." panggilku lalu mengarahkan pandanganku pada seorang lainnya, "Moon Hyo Ra.." panggil kami bersamaan.

Aku langsung menoleh cepat ke arah Hyun Soo dan Hyun Soo juga langsung menoleh ke arahku "kau mengenalnya?" tanyanya bingung. Hyun Soo memiringkan kepalanya sambil mengerutkan alisnya menatapku curiga. Aku kembali menoleh menatap Hyo Ra dan Yoo Ki oppa bergantian, aku melipat tanganku di depan dada dan menatap mereka bergantian curiga. Yoo Ki oppa memutar matanya lalu berdiri mendekatiku "berhenti melihat.. putar matamu ke arah lain" perintahnya santai, aku meliriknya sinis "aku bebas melihat siapa saja dengan mataku" tepisku tidak mau kalah. Yoo Ki oppa mengangkat tangannya menyentil keras dahiku lalu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana santai

"AHH OPPA!" teriakku kesakitan,

"oppa?" sahut Hyun Soo kaget bercampur bingung.

Pandanganku dan Yoo Ki oppa langsung menuju pada Hyun Soo, aku menurunkan tanganku lalu berdeham "kenalkan dia kakak laki - lakiku" sahutku santai, Hyun Soo menghembsukan nafas kecil dari mulutnya. Ia menoleh menatap Yoo Ki oppa

"kenapa kau tidak mengatakannya ketika kita bertemu?" tanya Hyun Soo serius

"bertemu? Kalian saling kenal?" tanyaku bingung

"apa sekarang kau sudah siap menanggung resikonya?" timpal Yoo Ki oppa mengabaikanku.

Aku menatap mereka bergantian tidak mengerti apa yang sedang mereka bicarakan, sementara mereka saling menatap lurus satu sama lain. Aku hanya berdiri terdiam kaku di tengah - tengah mereka berharap suasana ini tidak berlanjut. Yoo Ki oppa mengalihkan pandangannya padaku "sampai jumpa di rumah" sahutnya sambil menepuk kecil kepalaku, lalu berjalan melewatiku meninggalkan cafe. Hyo Ra pun berdiri menatapku dan Hyun Soo bergantian sejenak lalu pergi meninggalkan cafe menyusul Yoo Ki oppa. Kepalaku terus mengulang perkataan Yoo Ki oppa pada Hyun Soo tadi 'resiko apa yang mereka maksud?' tanyaku penasaran dalam hati.

***