webnovel

Not For Me

Ternyata dekatnya denganku tak menjamin perasaanku akan dibalas, malah nyatanya ia menaruh hati dengan sahabatku sendiri.

yourshine · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
7 Chs

Barter

Waktu Sari tanya kaya gitu aku kaget serius, tapi aku pasang muka seolah-olah biasa aja. Yaa lagi pula masa Alfi sakit aku diem aja, kan kalo dia sampe meninggal aku gamau disalahin juga lah.

"iyaa, kenapa? maaf banget nih gua ga ngapa-ngapain ko serius deh" kataku mencoba meyakinkan Sari yang sedang menatap mataku serius, seolah sedang mencari kebenaran yang ada pada mataku.

Sari tertawa pelan "santai aja kali, gua percaya kok sama lu" katanya lalu merangkulku, aku tersenyum lega menanggapinya. Tapi serius aku merasa seperti selingkuhan sekarang.

Sari lalu kembali ke tempat duduknya dan memilih mengerjakan tugas yang telah diberikan oleh Bu Werni tadi sebelum meninggalkan kelas.

Aku sih lebih memilih ke kantin ketimbang mengerjakan tugas, aku bukan tipe orang yang rajin seperti Sari. Jadi lebih baik aku memanjakan perutku saja ke kantin.

Aku baru saja keluar dari tempat duduk-ku dan belum keluar dari kelas. Tiba-tiba saja si Harin memanggilku yang mengharuskan aku balik badan dengan berat hati.

"kenapa?" kataku dengan raut muka yang datar.

Harin menghampiriku dengan gaya so cool, dan tersenyum menggelikan "kantin kan? bareng dong" katanya setelah berada didepanku.

Aku melihatnya dari atas sampai bawah untuk meneliti gerak-geriknya."yaudah", kataku setelah dirasa tidak ada yang mencurigakan darinya, lalu jalan bareng menuju kantin.

Diperjalanan menuju kantin aku dan Harin ga mungkin banget ga ngobrol, apalagi aku yang hampir setiap hari mengeluarkan bacotan entah untuk hal apapun.

Walau jarak dari kelas ke kantin ini ga terlalu jauh tapi untuk ngobrol kaya gini akan terasa jauh, percaya deh.

"gimana lu sama athaya?"kataku yang menengok kearahnya. Harin menaikan satu alisnya "yaa ga gimana-mana sih la, cuma kayanya pengen nyerah aja deh" aku denger dia mengehela nafas kasar.

Aku mengelus punggungnya lembut "sabar aja,kalo udah gakuat gapapa kok rin. Wajar kok. Tapi jangan coba nyari pelampiasan ya"

Harin tersenyum, lalu tanganya seperti menghormat "siap bu bos".

Tak terasa sudah sampai dikantin, kantinku ini ga cuma satu yang jualan. Ada 3 pedagang yang berbeda.

Yang pertama, suka dipanggil 'Ayah' karena kita sering denger dia dipanggil kaya gitu sama istrinya, makanya kita keterusan deh manggil kaya gitu. Dia jualan kaya warung pada umumnya kaya ciki-cikian, minuman dan yang lainya

Yang ke dua 'Pa deh&Bu deh', nah mereka berdua sepasang suami istri yang berjualan mie rebus/goreng. Juara sih ini apalagi harganya yang murah.

Yang ke tiga itu ada 'Ma Enjah', dia ini jualan nasi goreng sama pop ice, cuma kalo abis olahraga kita harus rela antri karena gatau mau beli minuman senikmat ini dimana lagi.

Aku dan Harin sudah sepakat ke kantin ayah, aku yang tujuanya membeli permen dan harin yang membeli minuman. Tadinya sih aku mau beli kripik pedes, tapi takut nanti mules tiba-tiba. Jadi aku memilih beli permen.

Aku baru aja buka tutup tempat permenya, Harin tiba-tiba ikutan liat permen yang sekarang aku pegang.

"mau dong la" katanya sambil menunjuk salah satu rasa permen yang aku pegang, aku sontak merapatkan jari-jari tanganku untuk melindungi permenku agar tidak pindah pemilik.

"beli sendiri yaa!!" pekikku.

Harin menggelengkan kepalanya "barter elah nanti".

"barter apaan?" aku melirik minuman yang ada ditangan Harin "minuman gitu?ih itu kan bekas lu rin, yakali" kataku sambil bergidik ngeri.

Harin menyentil jidatku "enggalah kocak kita barter sama ini nih" katanya sambil menunjuk salah satu chiki yang masih tergantung ditempatnya.

"lo yang bayar kan?" tanyaku, yakali aku yang bayar. Bisa mendadak ga jajan lagi nanti pas jam istirahat.

"iyaa dah" katanya pasrah,lalu mengambil chikinya dan menuju ke ayah untuk bayar jajananya.

Diperjalan kita sama sekali ga ngobrol, soalnya langsung asik sendiri nyembunyiin jajanan supaya ga dimintain sama temen sekelas nanti. Aku sih ga bingung-bingung banget yaa.... karena cuma permen, mana permenya mungil lagi. Jadi ya gampang buat disembunyiin.

Coba Harin, udah minuman.. dia beli chiki lagi. Aku udah ketawa aja ngeliat chikinya mau dia sembunyiin dibalik bajunya.

"udah sih gausah diumpetin, bilang aja lu laper banget" kataku sebelum masuk ke kelas.

"yaudah deh guamah pasrah dimintain juga" katanya sambil ngeluarin chikinya itu dari balik bajunya.

"LO BERDUA ABIS DARI MANA HEH" pekik Sari saat aku dan Harin udah duduk ditempat masing-masing.

Akupun ke meja Sari buat membekap mulutnya yang gaada sopan-santunya teriak, padahal kelas sebelah ada guru.

"kantin lah kocak, mulut lu ituloh! diem napa disebelah ada guru juga" kataku sambil mencubit lenganya.

"gua kira lu abis ditembak sama Harin anjir, lagian berduaan" celetuk Dinda yang sekarang memaksakan duduk bertiga di dua bangku yang tersedia.

"Din ih elah ambil bangku tambahan kek, kejepit nih gua paling pojok" kataku yang memang sudah terpojoki dari tadi sambil menahan tubuh Sari agar tidak menggencet tubuhku.

"HAHAHAH OKE" lalu Dinda membawa satu kursi tambahan dari belakang, aku akhirnya bisa bernafas dengan lega setelah berlatih menahan nafas tadi.

"gitu kek dari tadi, maunya nyempil mulu perasaan" kata Sari yang merapihkan bukunya yang ada diatas mejanya.

Akupun memakan permen yang aku beli tadi secara diam-diam, dan aku baru ingat kan ada bisnis sama Harin tadi. Jadi otomatis aku menghadap kebelakang buat menagih perkataanya tadi.

"mana?" kataku sambil menyodorkan tanganku kearahnya.

Dinda dan Sari pun ikut menoleh kebelakang karna aku, aku hanya bisa tersenyum kepada Harin dan memberi isyarat padanya 'gapapa dapet pahala' kataku dengan gerakan mulut.

Harin mengelus dadanya "tahan rin, lo anak baik sumpah" lalu ia menyodorkan makanan ringan tadi. Dinda dengan semangat mengambilnya dengan jumlah yang banyak.

Sari hanya mengambil sedikit dan aku yang gatega berniat ga mau ambil jadi aku memutuskan kasih permenya ke Harin tanpa ada sistem barter tadi.

Tapi sebelum itu aku melihat kearah Dinda dan Sari secara bergantian "GABOLEH MINTA POKOKNYA!" lalu aku kasih permenya kepada Harin.

Harin menerimanya dengan senang hati "mau ga nih la?" katanya yang masih menawariku chiki tadi, aku menyilangkan tanganku sebagai jawaban. Dan Harin pun langsung pergi ke meja anak cowok lainya.

"padahal enak tuh permen, emang anaknya aja nih gamau berbagi" kata Dinda dengan raut muka yang kesel.

Aku tertawa meledek kearahnya "beli aja sih nanti pas istirahat" Dinda hanya mengehela nafas.

" Ga cowonya, ga cewenya sama aja pelitnya" kata Sari dengan menggelengkan kepalanya, aku hanya tertawa menanggapinya dan memilih tertidur sekarang.