webnovel

Not For Me

Ternyata dekatnya denganku tak menjamin perasaanku akan dibalas, malah nyatanya ia menaruh hati dengan sahabatku sendiri.

yourshine · Teen
Not enough ratings
7 Chs

Cringe

"woi sar, cowolu sakit bego kemaren" kata Dinda ketika Sari sudah masuk ke kelas, Sari berhenti lalu menuju meja Dinda.

"iyaa tau gua, makanya ga masuk sekarang. Masih sakit katanya" lalu Sari ke mejanya hanya untuk menaruh tasnya, dan ia pun langsung ke meja Dinda disusul olehku.

"cowolu ngerepotin gua kemaren, lagian pake gamasuk lagi lu" kataku

Sari ketawa lalu duduk dibangku yang sama denganku, jadi kita satu bangku. Maklum badan kami pada saat itu sangatlah kecil jadi bisa duduk satu bangku.

"maaf ya Nabilaa jadi ngerepotin"

Aku mencibirnya dan berdiri untuk mengambil bangku tambahan, Dinda yang melihat itupun tak peduli. Ia hanya fokus pada makananya.

"makanya punya cowo tuh diingetin jangan futsal terus, emang dia mau nikah sama bola" kata Dinda disela kegiatan makannya.

Aku melirik meja Alfi sekilas, ternyata sehampa ini ketika Alfi tidak masuk. Ketika seseorang yang kalian suka tidak masuk sekolah, pasti kalian tau apa yang aku rasakan saat ini.

"kantin yu" ajak Dinda setelah sudah selesai makan.

Aku dan Sari terkejud bukan main

"pantes gendut" kataku yang membuat Dinda mencubit pinggangku yang ramping, aku meringis pelan dan melanjutkan jalan sampe ke kantin.

Karena jam masuk masih sekitar 15menit lagi, jadi kita memutuskan untuk nongkrong dikantin dengan cemilan kecil yang menjadi penikmat kali ini.

Aku sibuk minum teh jus, sambil melihat orang yang mondar-mandir melewati kantin. Tak lupa memakan cemilan juga hanya untuk mengisi kekosongan perutku kali ini, aku yakin sehabis ini perutku akan mulas secara tiba-tiba.

"lu tau ga sih? Athaya jamet banget gila sekarang hihh jadi geli gua liatnya" kata Dinda lalu menggelengkan kepalanya berulang kali saking tak tahan dengan gaya Athaya sekarang.

Aku yang tertarik obrolanya pun langsung memberi pendapat yang aku punya "iya deh, rambutnya diwarnain gitu sekarang.Untungnya masih gaterlalu keliatan banget. Tapi kan kalo diliat lebih deket mah keliatan banget gila" lalu aku lanjut minum.

"tau ya, Athaya kenapa jadi gitu banget deh sekarang" sahut Sari.

"udah gayanya kaya jamet, suka banget ngelabrak orang lagi, emang jamet dari embrio tuh anak" saking asiknya obrolan ini Dinda sampe naikin satu kakinya dibangku untungnya dia memakai celana dalam yang panjang.

"anehnya Harin suka, heran buta cinta banget deh" sahut Sari dengan suara yang pelan, membuat aku harus mendekatkan mukaku kearahnya.

"ah Harin mah apa sih yang gadisuka, playboy gitu anaknya" celetukku

"iya juga sih, eh tapi dulu gua pernah suka sama Harin loh" kata Dinda yang mukanya udah nahan ketawa gitu karena mengingat ia pernah menyukai cowo yang bernama Harin.

"gue juga sih pernah, tapi duluu" kata Sari dengan memanjangkan huruf 'u' nya dengan bentuk bibir yang mengikuti huruf tersebut.

Aku sih jujur ga pernah suka atau menaruh perasaan lebih sama Harin. aku, Sari dan Harin memang sekelas dari kelas 1-6. Hanya saja ada kejadian aku dan Harin yang ga bisa aku lupain sampe saat ini.

Kejadian yang cringe pada jamanya waktu aku masih duduk dibangku kelas 1SD, dulu harin sedang bermain polisi-maling. Dan aku sedang berdiri disebelah tembok yang letaknya bersebrangan dengan perpustakaan, aku sedang menunggu Sari yang katanya lagi mengambil buku di perpustakaan.

Satu kakiku memang sedikit maju kedepan, aku bingung menyebutnya apa jadi ya seperti itu gambaranya. Dari arah berlawanan harin lari dan tidak melihat bahwa kakiku sedikit lagi akan tertabrak oleh kakinya.

Dan benar saja ia terselengkat oleh kakiku yang membuatnya menoleh kearahku hingga ingin jatuh, tapi itu ga jadi karena ia menghindar dan aku yang sontak menghindar kearah yang sama menyebabkan kejadian Harin yang tidak sengaja menyium pipiku.

Aku diam karena merasakan sentuhan bibir yang tiba-tiba mencium pipiku, Harin sama canggungnya denganku. tapi itu tidak berlangsung lama setelah Adit memanggilnya

"maaf la, ga sengaja" katanya sambil menggaruk kepalanya yang aku yakini engga gatal sama sekali.

Aku hanya diam dan ia lari karena adit mengerjanya tanpa ampun. Aku memegang pipiku yang kena ciuman tadi.

"yah udah ga halal lagi deh" gumamku pelan

Tak lama Sari keluar dari perpustakaan dan aku menghampirinya.

"lama banget lu" kataku dengan menepuk bahunya.

Sari yang lagi memakai sepatunya pun menyuruhku melihat kedalam perpus yang ternyata antri panjang. Aku tertawa melihatnya yang cemberut. Dan tanpa dosa aku seperti sudah melupakan kejadian tadi.

Begitulah kejadianya.

~•~

"Alfi kemana? ada yang tau?" tanya Bu Werni yang sekarang menjadi wali kelasku.

"sakit bu" kata Sari yang membuat Harin gemas dan menyautinya.

"yaelah pacar tau aja"

Sari memutar badanya menghadap kebelakang yang langsung tertuju ke meja harin, dan berbicara 'bodo amat' hanya dengan gerakan mulut untuk menanggapi perkataan Harin tadi.

"sudah-sudah, ibu cuma nanya Alfi kemana sampe heboh begini" katanya yang sejak kapan sudah berdiri didepan papan tulis membuat seisi kelas diam seketika.

"lo sih rin" kataku dengan mendorong bangkunya dari belakang, kebetulan mejaku berada dibelakang mejanya.

"peramai ini namanya"

"yaudah ibu sebentar lagi akan ke kantor dinas jadi ibu titipkan tugas saja ya, dan tetap jangan berisik! awas saja"

Tentu saja membuat seisi kelas senang bukan main, ini kesempatan bagus untukku membeli permen, permen i'am coming!.

"kemarin Alfi bener duduk sama lu La?"