webnovel

MOMMY KOMA

Di Thomas Garden.

"Mommy, apa yang terjadi?"

Stephanie begitu terkejut sampai menjatuhkan semua barang belanjaannya dari luar negeri, dia tidak menyangka pemandangan menyedihkan seperti ini yang akan dia lihat ketika tiba di rumah.

Ya, sejak tahu Jaz meninggal, Shirley terbaring lemah di kamarnya karena serangan jantung saat pulang dari Villa Kencana siang itu.

Karena dia menolak dibawa di rumah sakit, alhasil kepala pelayan memanggil dokter keluarga dan mengubah kamar Shirley menjadi ruang perawatan dengan tiga suster yang menjaganya.

"Mommy!"

Stephanie menghampiri mommynya yang terbaring lemah dan dia menatapnya dengan sorot mata penuh kesedihan.

Kepala pelayan menghampiri Stephanie dan mengusap punggungnya untuk menenangkannya.

"Nona Stefi!"

"Bibi Mer. Apa yang terjadi dengan Mommy? Mommy bahkan tidak bisa berbicara denganku!"

Setphanie tidak bisa lagi membendung bulir air matanya saat bertanya kondisi mommynya.

"Nona Stefi, Nyonya Shirley mengalami koma sejak tiga hari terakhir kemarin karena serangan jantung, tapi Nyonya menolak dibawa di rumah sakit waktu itu."

"Kenapa Mommy tiba-tiba mengalami serangan jantung lagi, Bi?"

Bibi Mer terdiam begitu lama sebelum mengumpulkan keberaniannya untuk mengungkapkannya pada Stephanie.

"Sesuatu terjadi pada Tuan Muda Jaz."

"Kenapa dengan Kak Jaz?"

"Tuan Muda Jaz... Tuan Muda Jaz sudah meninggal Nona!"

Bibi Mer menunduk sedih saat harus mengatakan kenyataan itu pada Stephanie.

Di sisi lain, Stephanie seperti baru saja tersambar petir, dunianya seakan berhenti beberapa detik dan tubuhnya langsung merosot ke lantai dengan wajah yang dipenuhi air mata.

Dia terisak dalam waktu yang begitu lama dan Bibi Mer bersimpuh di sampingnya untuk menenangkannya.

"Bi, aku harap itu tidak benar."

Stephanie terus menolak kenyataan itu karena dia lebih dekat dengan Jaz daripada Jenson.

"Nyonya Shirley dan kami semua juga berharap hal itu tidak benar, Nona. Tapi..."

Bibi Mer berderai air mata dan dia seakan tidak sanggup mengatakannya bahwa dia sendiri juga ikut menyaksikan makam Jaz yang berdampingan dengan ayahnya.

"Lalu kenapa Kak Jenson tidak memberitahu hal ini padaku?"

Bibi Mer menggeleng dan dia menyeka air matanya.

"Bibi tidak tahu soal itu, tapi mungkin saja Tuan Muda Jenson tidak ingin membuat Nona Stefi sedih."

Stephanie mengatur nafasnya untuk meredakan tangisannya dan dia menyeka air matanya.

"Kalau begitu aku akan menemuinya Bi, tolong jaga Mommy!"

Stephanie bangkit dan dia keluar dengan terburu-buru dari Thomas Garden dengan dorongan amarah, banyak sekali yang ingin ia tanyakan pada Jenson terutama kematian Jaz dan juga kemunculannya di media bersama Liora beberapa hari yang lalu.

Jadi dia tidak sabar dan segera melompat ke mobilnya untuk mengemudi dengan kecepatan penuh menuju Villa Emerald.

Tak butuh waktu lama bagi dia untuk tiba di Villa Jenson, tapi ketika di sana Stephanie tidak menemukan Jenson atau Christabella, yang ada dia hanya bertemu dengan para pengawal dan pelayan Jenson yang memenuhi villa.

"Dimana Kak Jenson?" tanya Stephanie pada kepala pelayan.

"Tuan ada di kantor, Nona."

"Lalu Kak Bella?"

Stephanie menginterogasi kepala pelayan itu dengan tidak sabar.

"Nona Bella sudah beberapa hari dirawat di rumah sakit."

"Dirawat di rumah sakit? Kak Bella sakit apa?"

"Nona Bella diduga depresi, tapi saya tidak tahu permasalahan detailnya seperti apa, Nona."

Stephanie mendesah dan dia menyugar rambut panjangnya dengan frustasi. Dia berada di luar negeri hanya selama satu bulan untuk mengurus kuliah S2, tapi begitu dia kembali berbagai kejutan menyambutnya.

Kepalanya mendadak sakit dalam pemikiran itu dan dia semakin tidak sabar bertemu Jenson, jadi dia menyuruh kepala pelayan itu kembali bekerja dan dia mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Jenson.

"Kak Jenson, aku ada di Villa Emerald sekarang, pulanglah!"

Stephanie langsung to the point begitu panggilan terhubung.

"Ada apa?"

"Aku ingin bertemu denganmu Kak, aku tunggu sekarang juga!"

"Stephanie, sejak kapan kamu menjadi tidak begitu sopan? Kamu sadar telah memerintah kakakmu?"

Di seberang sana, Jenson si manusia dingin menegurnya dengan penuh emosi.

"Aku tahu, tapi aku hanya tidak ingin membicarakan masalah keluarga kita di kantormu."

"Masalah apa?"

"Jangan memaksaku Kak!"

Stephanie langsung memutus teleponnya untuk memancing Jenson, tapi dasar Jenson begitu keras kepala dan dia tetap tidak muncul meski Stephanie sudah merelakan waktunya untuk menunggunya hampir satu jam.

Stephanie meradang dan dia melupakan Jenson, dia justru berminat mengunjungi Christabella di rumah sakit.

Tapi begitu dia tiba di rumah sakit, dia hanya bertemu ruangan yang begitu rapi dan tidak ada siapapun di ruang perawatan Christabella.

Stephanie mendesah lelah dan dia akhirnya bertanya pada suster.

"Dimana pasien yang bernama Christabella?"

"Pasien atas nama Christabella sudah keluar dari rumah sakit."

"Terimakasih Sus."

Stephanie duduk dan dia mencoba bersabar saat menghubungi Christabella, tapi yang tidak dia duga, nomornya non aktif.

Dia mengatupkan giginya untuk menahan emosinya dan memutuskan untuk kembali ke Villa Emerald.

"Nona Stefi, Tuan Jenson menunggu anda di ruangannya di lantai empat."

Kepala pelayan memberitahu Stephanie saat dia baru saja tiba.

"Oke terimakasih."

Stephanie langsung menuju lift pribadi Jenson.

Tiba di ruangannya, Stephanie langsung disambut dengan sikap dingin Jenson.

"Ada apa?"

"Mommy sakit."

Ekspresi dingin Jenson seketika berubah.

"Sejak kapan?"

Stephanie mengedikkan bahunya dan berkata, "Aku baru saja kembali dari LA tadi pagi dan aku sudah disambut oleh Mommy yang terbaring lemah di kamarnya dengan alat bantu pernafasan dan kamar yang tidak ada bedanya dengan ruangan di rumah sakit."

Jenson mengubah posisi duduknya dan kekhawatiran langsung muncul di kedalaman matanya yang terlihat begitu jelas.

"Kamu serius?"

Stephanie tersenyum kecut dan dia mencibir, "Menurutmu aku bisa bercanda soal Mommy, Kak?"

Wajah Jenson berubah suram, terlebih lagi dia terakhir bertemu Mommy dalam keadaan mereka tidak sepemikiran.

Benarkah Mommy begitu shock atas kematian Jaz dan terlalu memikirkan perasaan Christabella hingga membuat dia kembali sakit seperti dua tahun lalu?

Jenson mendesah dan merasa bersalah dalam pemikiran itu.

"Aku akan menjenguk Mommy nanti."

Stephanie menarik sudut bibirnya ke atas dan dia menatap Jenson dengan tatapan mencibir.

"Kak, apa kamu tidak berpikir bahwa sakitnya Mommy ada hubungannya denganmu? Kamu menyembunyikan kematian Jaz dan terlalu sibuk dengan Liora, kamu bahkan tidak memikirkan perasaan Kak Bella."

Stephanie berderai air mata saat mengatakan itu. Entah kenapa dia ikut merasasakan sakit hati yang luar biasa mengingat Jenson berani membagi cinta Christabella pada Liora.

Jenson menurunkan pandangannya dan dia merasakan hatinya seolah dicubit dengan sangat keras hingga matanya tiba-tiba terasa perih menahan air mata.

Dia tahu semua itu salahnya.

"Aku akan meminta maaf sama Mommy."

"Di saat kondisi Mommy sudah selemah itu? Asal kamu tahu kalau Mommy sekarang koma karena terkena serangan jantung."

Stephanie meneriaki Jenson karena dia sudah tidak bisa menahan emosinya lagi.