webnovel

Bisakah Kita Kembali Seperti Dulu? (9)

Éditeur: Wave Literature

"Ya," jawab Ji Yi jujur.

Dia memang menyukai pesta itu. Ia lupa, entah sudah berapa lama sejak terakhir kalinya mendapatkan kejutan yang menyenangkan seperti ini.

Jawaban Ji Yi membuat He Jichen sangat bahagia. Sembari menatap pemandangan malam hari di depannya, sudut-sudut bibir pemuda itu sedikit terangkat dan suaranya terdengar santai ketika berkata, "Bagus. Asalkan kau menyukainya..."

Suaranya secara alami enak didengar, tapi nada suaranya-lah yang membuat jantung Ji Yi berpacu. Ia tak dapat menahan diri dan menoleh ke arah He Jichen. Kemudian, semua kebingungan dan kecurigaannya selama di ruangan tadi kembali memenuhi hatinya. Ia mengatupkan bibir dan dengan ragu bertanya, "He Jichen, mengapa... kau melakukannya?"

Pertanyaan Ji Yi datang dengan tiba-tiba, sehingga He Jichen tidak tahu bagaimana harus bereaksi dan tampak sangat kaget.

Ji Yi kembali berbicara. "Kita jelas..."

Ji Yi tidak tahu apa yang hendak ia katakan selanjutnya, maka ia pun hanya mengucapkan kedua kata itu, lalu berhenti.

He Jichen mengerti apa yang dimaksud oleh Ji Yi. Dia tahu Ji Yi ingin berkata bahwa hubungan mereka tidak baik dan dia memperlakukan Ji Yi dengan sangat buruk, jadi mengapa dia berubah hanya dalam waktu singkat?

Ya. Dia mengakui bahwa sikapnya terhadap Ji Yi berubah terlalu cepat. Sebenarnya bukan sikapnya terhadap Ji Yi berubah drastis, tetapi lebih tepatnya ia sudah sepenuhnya menerima Ji Yi apa adanya.

Ketika ia melihat bahwa Ji Yi mempertaruhkan nyawa, di bawah pengawasannya, hanya untuk melawan Qian Ge dan melindungi dirinya sendiri, ia merasa kasihan pada Ji Yi, dan menyalahkan dirinya karena hal itu.

Ketika ia menemukan bahwa Ji Yi hampir kehilangan nyawa di meja operasi empat tahun yang lalu, sebagai akibat dari malam yang mereka habiskan bersama karena mabuk, ia merasa sangat menyesal dan juga ada perasaan takut yang tak kunjung hilang.

Malam itu ketika ia tidak dapat mengendalikan diri dan mendekap Ji Yi begitu erat, ia memahami bahwa mencintai seseorang dengan tulus tidak berarti harus memilikinya, tetapi cukup dengan mengharapkan bahwa orang itu bahagia.

Segala bentuk harga diri dan kesedihan yang selama ini dipertahankannya, telah dibuangnya jauh-jauh. Dia hanya ingin agar Ji Yi bahagia, dan ingin membuatnya lebih bahagia...

Ji Yi menatap He Jichen, tapi tidak mengatakan apapun. Karena melihat He Jichen kesusahan untuk berbicara, ia kembali teringat pada permintaan maafnya malam itu.

Empat tahun yang lalu, dia menyatakan perasaannya pada orang yang salah, dan hal pertama yang didengarnya adalah, "Sebutkan hargamu." Dia tidak menginginkan apapun dari pria itu dan menghilang begitu saja dari dunianya...

Mengingat hal itu, Ji Yi seolah baru memahami sesuatu. Ia tidak menunggu He Jichen berbicara dan lalu berkata, "...Kau melakukan semua ini hanya untuk menebus kesalahanmu padaku?"

Menebus kesalahan padanya? Di matanya, dia menganggap bahwa semua yang kulakukan didasari oleh rasa bersalah dan hanya untuk menebus kesalahanku padanya?

Kesedihan mengisi mata He Jichen. "Tidak... bukan untuk menebus kesalahan padamu, tapi..."

Di tengah kalimatnya, He Jichen tiba-tiba berhenti. Aku melakukannya karena aku menyukaimu, dan aku ingin agar kau bahagia.

Suka... Dia menganggap niat baikku sebagai sebuah kompensasi, jadi kalau aku mengatakan bahwa aku menyukainya, bagaimana mungkin dia akan mempercayaiku?

Siapa yang bisa menjamin dia tidak akan berbalik dan mencoba menjauhkan dirinya lagi setelah aku memberitahunya? Dia mungkin tidak memiliki perasaan apapun padaku dan, setelah melalui begitu banyak kesulitan demi membawa kami lebih dekat, dia bahkan akan semakin menjauh.

Jari-jari He Jichen mengepal erat dan ia berusaha sekuat tenaga menahan rasa sakit dalam dadanya. Ia menatap lurus ke depan dan mengganti kalimatnya dengan: "...Tidak, tidak, bukan untuk menebus kesalahanku padamu. Uhm.. bukan hanya untuk menebus kesalahanku padamu..."

Bukan hanya untuk menebus kesalahanku padamu... jadi memang benar ini ada hubungannya dengan permintaan maafnya, atau mungkin juga karena mereka sudah saling mengenal cukup lama. Mungkin seperti bagaimana ia sangat membenci He Jichen, tetapi tidak pernah dapat melupakan bahwa pria itu dulunya adalah teman paling penting baginya di SMA Yizhong, Sucheng.