webnovel

Bisakah Kita Kembali Seperti Dulu? (8)

Editor: Wave Literature

Ada banyak hal yang tidak dimengerti oleh Ji Yi yang membuatnya bingung, dan terus mengaduk-aduk hatinya. Semua perasaan itu membuat hatinya yang tenang menjadi galau tak menentu.

Bagaimanapun Ji Yi memikirkannya, ia tak mengerti mengapa He Jichen berubah begitu drastis. Gadis itu mulai resah, maka ia pun bangkit dari sofa dan pergi ke arah balkon untuk menghirup udara segar.

Melihat Ji Yi bergerak, Chen Bai mengikuti tanpa mengganggunya, dengan menjaga jarak yang nyaman bagi gadis itu.

Dia melihat Ji Yi melangkah ke arah pintu balkon dan kemudian menghentikan langkahnya.

Gadis itu mengulurkan tangan, hendak mendorong pintu balkon hingga terbuka, tetapi baru ia mengangkat jarinya, melalui pintu kaca ia melihat He Jichen yang sedang berdiri membelakanginya di balkon.

Garis tubuhnya terlihat agak samar, karena tidak ada lampu di balkon, maka Ji Yi memanfaatkan cahaya dari dalam ruangan yang agak redup untuk memandanginya.

Dengan rokok yang menyala di sela jari-jarinya, ia terlihat sedang resah memikirkan sesuatu.

Gadis itu memandangi He Jichen dari balik kaca selama beberapa saat. Baru saja ia mengalihkan pandangan dan hendak berbalik pergi, He Jichen tiba-tiba membalikkan tubuhnya. Pemuda itu menjentikkan abu rokok di asbak yang ada di meja tak jauh darinya.

Dari sudut matanya ia menangkap bayangan Ji Yi dan untuk sesaat mengira gadis itu hanya sebatas khayalan saja. Pemuda itu lalu berhenti, mendongakkan wajah, dan mata mereka tak sengaja beradu.

Dengan adanya cahaya yang menerangi punggung He Jichen, Ji Yi tidak dapat melihat dengan jelas ekspresi dalam matanya, tetapi ia tahu bahwa pria itu sedang menatapnya. Jantungnya mendadak berhenti berdetak untuk sesaat.

Karena He Jichen sudah mengetahui kehadirannya, ia ragu sejenak, tetapi akhirnya menyadari bahwa ia tak bisa berlalu begitu saja. Perlahan gadis itu mendorong pintu balkon hingga terbuka.

Tindakannya itu sepertinya mengejutkan He Jichen karena ia tertegun menatap Ji Yi, lalu matanya berkedip, dan pemuda itu buru-buru mematikan rokoknya di asbak.

Ji Yi melangkah memasuki balkon dan menutup pintu di belakangnya. "Mengapa kau sendirian di sini?" tanya Ji Yi dengan suara yang terdengar berhati-hati.

"Sudah terlalu lama berada di dalam ruangan. Rasanya agak gerah, jadi aku keluar sebentar untuk cari angin," kata He Jichen, yang sedang berdiri di tengah-tengah balkon. Dia minggir ke pagar pembatas, memberi Ji Yi sedikit ruang.

Setelah Ji Yi menghampirinya dan lalu berhenti, ia bertanya. "Kau sendiri bagaimana? Mengapa kau ke sini?"

"Sama. Aku datang untuk mencari angin." Ji Yi menoleh dan melihat ke arah He Jichen.

He Jichen mengangguk pelan, namun tidak mengucapkan apapun.

Saat itu, Ji Yi tidak tahu harus berkata apa kepada He Jichen, dan balkon itu diselimuti keheningan yang memekakkan.

Setelah sekitar satu menit,mereka berdua merasa bahwa suasana menjadi agak tegang, maka mereka pun berbicara, pada saat yang bersamaan.

He Jichen: "Hari in-..."

Ji Yi: "Apakah..."

Keduanya mendengar satu sama lain saling bicara, maka keduanya lantas terdiam.

Ji Yi ingin memberi He Jichen kesempatan untuk bicara terlebih dahulu, dan He Jichen juga ingin agar Ji Yi melanjutkan berbicara, akibatnya keduanya terdiam cukup lama.

"Hari i-..." Baru saja He Jichen berbicara untuk memecah kesunyian, Ji Yi memiliki pemikiran yang sama: "Apakah..."

Mereka berdua tidak melanjutkan tetapi kali ini, He Jichen tidak tinggal diam dan kemudian berkata dengan lembut, "Kau duluan."

Ji Yi tidak menolaknya dan kemudian bertanya, "Apakah kau yang mengatur semua ini?" Ia sangat ingin mengetahui kebenarannya.

He Jichen tahu bahwa yang dimaksud oleh Ji Yi adalah pesta ulang tahun itu. Dia tidak menyangkalnya. Pemuda itu mengangguk pelan, dan menjawab dengan "Mhm." Sekitar tiga detik kemudian, dia bertanya, "Apakah kau menyukainya?"