webnovel

Perjuangan

Ketika aku baru keluar dari kamar dan sudah berseragam lengkap dan menyeret tas, aku tak sengaja menemukan kak risky sedang menelfon seseorang. Di ujung tangga bawah, aku mendengar sebagian dari inti pembicaraan itu "Iya pak, sekarang saya mau bawa motornya. Iya pak totalnya segitu, iya sebentar lagi saya mau berangkat, kita ketemuan di mall arion, oke pak siap. Iya, assalamualaikum. Alaikum salam"

"Lhoo... " Aku langsung menuruni tangga bergegas menyusul kak risky dibawah." Kakak mau ngejual motor? nanti kita mau kemana-mana giman ? "

Aku cemberut. Kepalaku diusap-usap, aku tak mengerti, tapi dia tersenyum, "Kan ada mobil. Ya gampang itu fi, tinggal beli lagi nanti, uang mah bisa dicari, tapi yang ini, sulit buat dicari "

"Yang ini ? maksudnya ?"

"Udah ya, kakak mau pergi dulu, assalamualaikum." Pamit kak risky.

Ibu yang tengah sibuk didapur menyiapkan sarapan langsung ngomel-ngomel seperti biasa karna anak sulungnya main nyelonong pergi.

Aku tak mengerti yang sedang terjadi dengan kak risky sekarang. Ia bahkan sempat kulihat membawa amplop coklat ke dalam tasnya. Seperti halnya mau melamar pekerjaan. Apa gerangan yang ia sedang lakukan. Apa mungkin ia sedang membutuhkan banyak uang ? apa itu untuk uang kuliahnya ?

Pagi itu aku pun berangkat dengan kembali diselimuti pertanyaan lagi seputar kak risky, sama halnya kemarin juga sama saja dengan fairial yang setahuku sudah tiga hari ini tak kulihat keluar rumah maupun ke sekolah.

Ada yang mengatakan kalau ia sakit, seseorang tak dikenal menitipkan surat sakit fairial ke satpam sekolah. Katanya ia sakit tifus, dan sekarang ia sedang dirawat oleh orang tuanya dirumah sakit tapi tidak ada satu orang pun yang tahu ia dirawat dimana. Rumah sakit nya juga misteri.

Aku juga tak terlalu mengerti maksud orang tuanya itu yang mana, ayah kandungnya atau ibu kandungnya ? bukankah mereka sudah lama bercerai ? dan itu tidak mungkin ayah kandungnya.

Pagi harinya, semua siswa jadi saling menyerbuku dengan beberapa pertanyaan, hanya karna aku dan dia sering terlihat bersama sejak dulu. Terlebih lagi ia tetanggaku.

Padahal aku tak cukup tahu, lagipula itu orang lain yang mengantar suratnya, bukan aku.

Malah aku sebenarnya tidak tahu ia sedang sakit apa. Aku jadinya bingung mengapa fairial sakit parah tapi tidak memberitahu sakitnya itu kepada keluargaku. Padahal selama ini. Dia adalah keluarga kami.

Sepanjang trotoar itu membentang risky berjalan menyusuri bahu jalan. Teriknya mentari tak mampu menyurutkan semangatnya untuk terus melangkah. Gedung-gedung tinggi menjulang yang saat itu jauh mengalahkan tingginya pepohonan disepanjang perjalanan ditiap kali mata itu menerawang.

Risky takut-takut untuk mengalihkan langkahnya masuk ke area perusahaan besar ini. Ternyata ini lebih tepatnya adalah sebuah apartemen. Tapi disana tanpa masuk lebih dalam pun, seorang satpam sudah menyambutnya dengan awal "Ada yang bisa dibantu pak? "

"Ini saya mau melamar pekerjaan, apa disini ada lowongan ya pak saya lagi kuliah semester lima?"

"Duh, anda telat. Waktu itu ada lowongan tuh, sekarang orang nya baru aja masuk."

"Yah, yaudah deh pak."

"Tapi kalo masnya mau nitip juga gak apa-apa, nanti kalo ada lowongan saya panggil "

"Gitu ya pak. Tapi masalahnya saya butuhnya sekarang-sekarang, yaudah saya nitip deh."

Risky pun mengeluarkan surat lamaran didalam tasnya yang disana total ada dua lamaran lagi tersisa. Lalu ia berikan kepada sang satpam. Setelah beberapa langkah ia berlalu dari perusahaan pertama , ia kembali berjalan menelusuri jalanan ibukota.

Ia bingung harus kemana, arah kakinya kembali menuju ke deretan perusahaan lagi. Bedanya ini adalah restoran jepang. Risky menepikan sepatunya dihadapan pintu masuk otomatis , ia memasuki restoran tersebut dan kepada salah satu pegawainya ia menanyakan ada lowongan atau tidak.

Lantas dari pegawai itu ia langsung dialihkan langsung ke manajer hrd. Kebetulan ada walk in interview saat itu.

Risky mulai memperkenalkan diri ditengah ruangan yang kecil itu, tentunya dihadapan sang hrd. Mereka berdua saling duduk berhadapan dikursi masing-masing. Risky dimuntahkan oleh beberapa pertanyaan oleh hrd dan ia mulus menjawabnya dengan mudah.

Meskipun ia belum pernah pengalaman interview untuk melamar pekerjaan. Tapi ia terus berikhtiar dalam hati dan terus mengingat allah agar dimudahkan. Terlebih ini adalah penentuannya. Ia sangat mengerti mencari pekerjaan memang tidak mudah. Tapi ia harus menepis semua itu dengan keyakinannya kepada Allah.