webnovel

Keluarga

Pagi ini aku agak heran ketika melihat kak risky, ia jadi rajin bangun pagi. Yang biasanya suka bablas molor setelah solat subuh. Ia malah jadi rajin nungguin ibu memasak didapur. Padahal itu makanan bukan untuk dia, tapi untuk aku dan fairial. Tepatnya untuk sarapan pagi kami dan bekal kami nanti siang disekolah.

Aku yang biasa mengantar itu semua kepada fairial sebelum berangkat sekolah, terlebih hari ini adalah giliranku piket sekolah aku juga ingin berangkat agak pagian, tapi ada beberapa hal yang kembali aku bingungkan ketika nampan makanan dan bekal untuk fairial sudah keduluan diambil kak risky, aneh sekali kulihat, mengapa kak risky tiba tiba mau mengantar makanan kepada fairial ?

Perasaan dibayar berapapun ia paling malas mengerjakan tugas-tugas yang katanya "Kecewean" itu.

Sampai aku keluar pagar rumah pun kak risky masih tetap setia menunggu didepan rumah fairial.

Pintunya masih terkunci.ia berkali-kali mengetuknya, padahal sudah dari setengah jam yang lalu kak risky ada didepan rumahnya. Mengapa fairial tidak muncul-muncul menyambut makanan itu. Apa mungkin orangnya sedang tidak ada? atau sudah berangkat? masa iya kesiangan

Aku memahami gelagat kak risky yang lantas jadi menunggu di atas kursi plastik. Aku melihat kebersikerasan kak risky ketika menunggu fairial dan aku rasa itu cukup mengganjal.

"Kamu duluan aja fi, nanti telat " Teriak kak risky ketika melihatku yang sudah keluar pagar.

Aku sempat terkejut mendengar teriakan itu, seakan-akan kak risky tahu bahwa fairial tak akan keluar dari pintu itu. Aku lantas menuruti perkataan kakak semata wayangku dengan memulai langkahku dengan bismillah.

###

Berjam-jam berselang, risky masih tetap menunggu fairial diatas kursi dan juga dihadapan nampan makanan yang ditutupi oleh tisu, bahkan rela-rela ia menunggu dibukakannya pintu itu sampai ia kebablasan molor. Ia masih tetap yakin fairial sedang ada didalam.

Ia tak bosan-bosan menunggu bahkan sampai tidurnya terbangun lagi. Seraya duduk, ia melamun sambil mengetuk-ngetuk kaca jendela, mengintip.

"Mau sampe kapan lu menghindar begini? " Tanya risky.

Lampu Philips itu masih benderang diatas kepalanya, fairial belum sempat mematikan lampu didalam rumah sepetaknya padahal waktu sudah menjelang siang. Ia sengaja melakukan itu.

Supaya siapapun mengira bahwa ia tak ada dirumah saat ini. Namun mungkin itu tidak akan berlaku untuk risky, ia sudah mengetahui nya sejak awal. Apalagi ialah yang mengantarnya pulang tadi malam.

Di atas kasur kecil, punggung fairial dingin tersentuh dinding. Ia bersandar merenung. Frustasi. Fairial menjanggut rambutnya berulang kali

"Ayo lah rial, lu kan sahabat gua sama shafiyya dari kecil. Lu tau sendiri kan kita udah kayak keluarga."

"Dari kecil bareng, besar bareng, main-main bareng, nangis bareng, ketawa bareng, kita bertiga udah kayak kakak adek. Rial kalo lu ada masalah lu cerita dong. Gua janji gua gak akan cerita ke siapa-siapa tentang ini, gimanapun lo udah gue anggep sebagai adik gue sendiri sama halnya shafiyya, gue tahu ini pasti berat, tapi seenggaknya lo butuh seseorang yang harus tahu tentang penyakit lo itu, nggak dengan ngurung diri begini... "

Suara putaran kunci dari pintu coklat itu terdengar jelas dari telinga risky, pintu itu terbuka, risky tersentak dan sangat senang. Akhirnya perjuangannya berjam-jam ini membuahkan hasil. Ia lantas tiba tiba bangun dan melihat fairial berdiri dihadapannya, fairial melotot ketika kak risky langsung memeluknya. "Rial, gua gak akan pernah ninggalin lo...."

Fairial tersentak oleh perkataan itu, bahkan kedua tangannya tak berdaya untuk menghindari pelukan itu. Padahal baru saja ia niat mau mengusir kak risky dari rumahnya. Padahal baru saja ia ingin bersikap tega padanya. Padahal baru saja ia ingin mengakhiri ini semua secara ringkas. Tapi nyatanya semua gagal.

Fairial tersenyum lirih. Seumur-umur Ia bahkan tak pernah melihat kak risky yang seperti ini.

"Jangan kasih tau shafiyya, om dan tante juga." Tutur fairial

Kak risky langsung melepas pelukan itu dan mengangguk pasti, ketika dua tangannya memegang bahu fairial

"Iya, gua gak akan, tapi lo harus janji, lo gak boleh putus asa, lo masih punya harapan! gua yang akan membantu lo! untuk menggapai itu semua ! takdir bukan ditangan dokter!"

Fairial tersentak. Kata-kata mengejutkan itu keluar dari mulut risky. Orang yang tak pernah ia sangka akan hadir ditengah topan yang meluluh lantakkan dunianya. Ia juga paham, hidup ini masih terus berjalan. ia memiliki beberapa orang yang mencintainya dan ia tidak ingin mengecewakan mereka.

###

Dari balik benaman pintu kamar yang tertutup aisyah berulang kali mengetuk pintu seraya memanggil-manggil nama si penghuni kamar ini. "Ki, bangun ki, udah subuh, katanya mau bangun pagi-pagi, mau pergi kan ? Risky ?"

Tanpa diketuk-ketuk juga ternyata risky sudah terlebih dulu bangun karna alarmnya. Ia berjalan kesana-sini merapikan tempat tidurnya . "Iya bu " seraya itu ia juga sempat-sempatnya mengecek hape mengira ada sms dan mempersiapkan pakaian seperti kemeja kotak-kotak dan celana jinsnya dari lemari.

Tas dan amplop coklat ia kumpulkan diatas kasurnya. Sembari itu ia pun berdiri tegak untuk melaksanakan sholat subuh. Ada beberapa hal yang sangat ia harapkan untuk hari ini. Keberhasilannya, izin Allah dan bagaimana caranya ia harus mendapatkan banyak uang untuk pengobatan Fairial.

Ia ingin semua harapan yang ia inginkan hari ini tercapai. Ia ingin belajar menjadi orang yang lebih bertanggung jawab dan mandiri. Ia ingin mencobanya tanpa bantuan siapapun. Dan mungkin dengan kehadiran kak risky yang sekarang ini ada disampingnya sudah lebih dari cukup untuk fairial sendiri.