"Bangsa kami memang seperti itu," jawab Riska.
Mata Lusia kembali berkedip memancarkan cahaya biru. Ia merasakan ada sesuatu yang tidak beres.
"Kau sembunyilah ke tempat yang aman...! Ada sesuatu yang mesti kubereskan...!" desis Lusia. Ia bergegas beranjak meninggalkan Riska yang sebagian kaki cumi-cumi nya membelit lengan Lusia. Entah kenapa insting gadis itu berasa semakin tajam dari waktu ke waktu.
Riska justru merayap melata mengikuti langkah Lusia yang tampak tergesa-gesa menuju kembali ke kamar penyimpanan jasad misterius.
"Kau jangan mengikutiku, Riska...! Aku ingin kau berada di tempat yang aman...!" Lusia menoleh ke belakang. Memprotes Riska yang menguntitnya bagai anak kucing yang manja.
"Aku ingin menjaga kakak, seperti kakak juga menjaga aku," kata Riska.
"Aku tidak ingin kehilanganmu...!" Lusia bergegas menyeret Riska ke ruang kerja Om Doni. Memasukannya, lalu menutupnya dari luar. Sekilas dilihatnya Riska menatapnya dengan khawatir.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com