webnovel

HUTAN TERKUTUK

"Jangan coba-coba merambah hutan yang kami lindungi!" demikian selalu ucapan warga jika ada pihak perusahaan perkebunan berniat ingin memperluas lahannya ke area hutan itu. Hutan itu memang selalu dijaga warga, bukan hanya puluhan tahun, bahkan ratusan tahun tak ada yang boleh berani menginjakkan kaki di sana. Warga selalu menutup dan menjaganya, bahkan jika ada pihak luar yang berani melanggar mereka tak segan-segan untuk bertindak bahkan mengancam nyawa nya. Ada apa yang disembunyikan warga selama ratusan tahun tak ada yang tahu persis. Dan itu pulalah yang membuat perusahaan yang dipimpin oleh Om Doni menjadi penasaran. Karena ngototnya warga ingin mempertahankan keberadaan hutan itu, ia pihak perusahaan akhirnya nekad mengirimkan dua orang staffnya untuk meneliti kebenaran mitos yang dihembuskan warga, bahwa hutan itu mengandung kutukan yang sangat mematikan. "Aku tugaskan kalian untuk membuktikan ketidakbenaran akan mitos yang dihembuskan warga itu!" kata Om Doni kepada staffnya, Hendra dan Lusia. Dengan setengah terpaksa akhirnya keduanya memasuki area hutan itu, dengan harapan bisa membuktikan ketidakbenaran kutukannya. Tapi sesuatu yang mengerikan justru menunggu mereka di sana. Sesuatu yang selama ratusan tahun menunggu untuk dibangkitkan...! Dan sesuatu itu terus mengejar siapapun di sekitarnya dengan teror dan kutukan yang mengerikan...!

naramentaya20 · Horreur
Pas assez d’évaluations
115 Chs

58. Ramalan dan Kondisi Lusia

Lusia justru tak ambil pusing dengan kondisi hidungnya yang kerap berdarah. Ia lebih memilih jalan-jalan ke pantai Kuta bersama teman barunya itu. Melihat suasana pantai yang dipenuhi para pengunjung berbagai rupa kulit. Namun tak berniat untuk ikut menceburkan diri ke air laut

Ia hanya duduk di bawah kanebo yang disewa seharga lima puluh ribu rupiah, seraya menyeruput air kelapa yang ia pesan. Tika justru asik berenang di pantai dengan hanya mengenakan bikini.

"Gak ikut berenang kak?" tanya Tika setelah beberapa saat puas berendam di laut. Kulitnya agak gelap karena terpapar sinar matahari.

Lusia menggeleng sambil tersenyum kecut. "Gak ah! Takut ada gelombang tsunami!"

"Kak Lusia terlalu berlebihan. Kalau takut sama tsunami semestinya jangan berada di dekat pantai!" Tika tertawa geli.

Tiba-tiba seseorang yang terlihat unik menghampirinya. Seorang perempuan setengah baya, mengenakan beragam aksesories dari batu di pergelangan tangan dan lehernya.

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com