Lusia justru tak ambil pusing dengan kondisi hidungnya yang kerap berdarah. Ia lebih memilih jalan-jalan ke pantai Kuta bersama teman barunya itu. Melihat suasana pantai yang dipenuhi para pengunjung berbagai rupa kulit. Namun tak berniat untuk ikut menceburkan diri ke air laut
Ia hanya duduk di bawah kanebo yang disewa seharga lima puluh ribu rupiah, seraya menyeruput air kelapa yang ia pesan. Tika justru asik berenang di pantai dengan hanya mengenakan bikini.
"Gak ikut berenang kak?" tanya Tika setelah beberapa saat puas berendam di laut. Kulitnya agak gelap karena terpapar sinar matahari.
Lusia menggeleng sambil tersenyum kecut. "Gak ah! Takut ada gelombang tsunami!"
"Kak Lusia terlalu berlebihan. Kalau takut sama tsunami semestinya jangan berada di dekat pantai!" Tika tertawa geli.
Tiba-tiba seseorang yang terlihat unik menghampirinya. Seorang perempuan setengah baya, mengenakan beragam aksesories dari batu di pergelangan tangan dan lehernya.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com