webnovel

HUTAN TERKUTUK

"Jangan coba-coba merambah hutan yang kami lindungi!" demikian selalu ucapan warga jika ada pihak perusahaan perkebunan berniat ingin memperluas lahannya ke area hutan itu. Hutan itu memang selalu dijaga warga, bukan hanya puluhan tahun, bahkan ratusan tahun tak ada yang boleh berani menginjakkan kaki di sana. Warga selalu menutup dan menjaganya, bahkan jika ada pihak luar yang berani melanggar mereka tak segan-segan untuk bertindak bahkan mengancam nyawa nya. Ada apa yang disembunyikan warga selama ratusan tahun tak ada yang tahu persis. Dan itu pulalah yang membuat perusahaan yang dipimpin oleh Om Doni menjadi penasaran. Karena ngototnya warga ingin mempertahankan keberadaan hutan itu, ia pihak perusahaan akhirnya nekad mengirimkan dua orang staffnya untuk meneliti kebenaran mitos yang dihembuskan warga, bahwa hutan itu mengandung kutukan yang sangat mematikan. "Aku tugaskan kalian untuk membuktikan ketidakbenaran akan mitos yang dihembuskan warga itu!" kata Om Doni kepada staffnya, Hendra dan Lusia. Dengan setengah terpaksa akhirnya keduanya memasuki area hutan itu, dengan harapan bisa membuktikan ketidakbenaran kutukannya. Tapi sesuatu yang mengerikan justru menunggu mereka di sana. Sesuatu yang selama ratusan tahun menunggu untuk dibangkitkan...! Dan sesuatu itu terus mengejar siapapun di sekitarnya dengan teror dan kutukan yang mengerikan...!

naramentaya20 · Horreur
Pas assez d’évaluations
115 Chs

38. Pesan Astral Dari Hutan Terkutuk

"Lus... Lusia...?" Rina merasa prihatin mendengar Lusia menangis tersedu-sedu. "Mana Hendra?"

Lusia makin terisak. Ia menempelkan ponselnya di kuping sambil duduk bersandar di dinding gedung walet

""Baiklah! Kau jangan jauh-jauh ya. Posisi mu sudah terlacak di GPS, nanti polisi akan menjemputmu. Posisi mu sekitar dua puluh kilo meter dari perusahaan, berada di desa Dukuh Sati dan masih masuk kawasan hutan terlarang..."

"Hendra sudah tidak ada lagi, Rin..." Lusia menyela cepat. Isaknya masih terdengar.

Rina di seberang telepon terdiam sesaat. "Maksudmu apa, Lus?"

Lusia tak mampu menjawab. Ia hanya mampu mengusap air matanya.

"Oke, Lus! Kau tetap saja di tempat yang aman. Nanti petugas akan menjemputmu..."

"Gak ada tempat yang aman di manapun! Apakah ada jaminan kalau mereka benar-benar petugas?" Lusia menyahut cepat.

"Memangnya kenapa, Lus?"

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com