"Lus... Lusia...?" Rina merasa prihatin mendengar Lusia menangis tersedu-sedu. "Mana Hendra?"
Lusia makin terisak. Ia menempelkan ponselnya di kuping sambil duduk bersandar di dinding gedung walet
""Baiklah! Kau jangan jauh-jauh ya. Posisi mu sudah terlacak di GPS, nanti polisi akan menjemputmu. Posisi mu sekitar dua puluh kilo meter dari perusahaan, berada di desa Dukuh Sati dan masih masuk kawasan hutan terlarang..."
"Hendra sudah tidak ada lagi, Rin..." Lusia menyela cepat. Isaknya masih terdengar.
Rina di seberang telepon terdiam sesaat. "Maksudmu apa, Lus?"
Lusia tak mampu menjawab. Ia hanya mampu mengusap air matanya.
"Oke, Lus! Kau tetap saja di tempat yang aman. Nanti petugas akan menjemputmu..."
"Gak ada tempat yang aman di manapun! Apakah ada jaminan kalau mereka benar-benar petugas?" Lusia menyahut cepat.
"Memangnya kenapa, Lus?"
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com