"Yuk," ucap Carolina ketika telah selesai berganti pakaian. Carolina memakai kemeja pantai longgar berwarna krem dengan motif daun kelapa, dipadukan dengan hotpants jeans berwarna biru cerah.
Andrew tertegun melihat penampilan Carolina. Ini adalah pertama kalinya kaki Carolina terekspos karena biasanya wanita itu selalu memakai jeans panjang.
Dengan tinggi 173 cm, kaki nya jenjang dengan betis yang ramping. Belum lagi warna kulitnya yang memang putih membuat kaki itu terasa mulus, setidaknya begitu pikir Andrew.
"D*mn, mulus banget. Itu kaki terseksi yang pernah gue lihat," batin Andrew yang memang memiliki fetish* terhadap kaki.
(*semacam kelainan seksual (?), gugel aja untuk penjelasan lengkapnya, soalnya bingung juga jelasinnya, wkwk)
"Ndrew," Carolina memanggil Andrew sekali lagi karena dia sepertinya hanya diam saja.
"Ah iya, bentar aku juga ganti pakaian dulu kayaknya," ucap Andrew kemudian mengambil pakaiannya dan menuju ke toilet.
"Woah~ Carol~ kamu terlihat wow!" ucap Riko setelah selesai menelepon dan mengacungkan kedua jempolnya.
"Makasih," ucap Carolina sambil tersenyum.
"Fashion pantai lo keren juga! Tumben nih lo berpakaian kayak gini," ucap Clara yang juga terpesona dengan penampilan Carolina.
"Makasih Ra! Aku cuma gak mau berpakaian salah tempat aja pas ke pantai, hehe," jawab Carolina. Orang lain akan mengira bahwa Carolina merasa insecure sehingga berpenampilan seperti ini.
Padahal sebenarnya yang terjadi adalah ini salah satu dari hadiah yang diberikan Carolina sendiri untuk dirinya. Setelah Andrew menelepon untuk mengatakan bahwa besok adalah hari mereka akan merayakan ulang tahun Andrew, Carolina melakukan me time untuk membeli beberapa pakaian.
"Itu kemejanya beli di mana? Gue juga pengen!" ucap Clara dengan tatapan iri.
"Di Mall M, Ra. Mama ngasih uang lebih sebagai hadiah IPK aku yang bagus. Jadi aku pake untuk beli kemeja deh. Aku gak ada pakaian untuk ke pantai soalnya," ucap Carolina yang telah menentukan alasannya terlebih sebelumnya.
Kemeja ini dari brand yang lumayan terkenal sehingga harganya sedikit mahal. Bisa gawat kalau sampai ada rumor aneh-aneh karena dia membeli sebuah kemeja.
"Oh di Mall M, pantes aja. Kalau tahu selera fashion lo sebagus ini, kapan-kapan kita harus belanja bareng nih!," ucap Clara kemudian memalingkan tubuhnya ke arah Riko.
"Tuh lihat! Carol aja terlihat seksi cuma pake kemeja sama hotpants. Kenapa lo ngotot banget sama bikini, sih?!" protes Clara.
"Eits! Gak ada protes-protes ya! Tadi kita sudah sepakat! ucap Riko mengingatkan kembali kesepakatan mereka tadi.
"Udah yuk," ucap Andrew ketika keluar dari toilet dan kemudian merapikan celana yang dia kenakan sebelumnya.
Andrew memakai kemeja pantai berwarna merah dengan motif bunga, dia sengaja tidak mengancingkan kemejanya dan memperlihatkan kaos abu-abu yang dia kenakan sebelumnya, dengan celana pantai berwarna putih yang memiliki motif bunga berwarna merah.
"Oh kalian mau ke pantai?" tanya Riko ketika menyadari penampilan mereka berdua.
"Iya nih, mau jalan-jalan bentar. Kalian masih di sini atau mau nyusul?" tanya balik Andrew.
"Nyusul dong! Setelah si penggemar plastik ini selesai melakukan hal yang gak guna," ucap Riko yang kemudian mengambil kesempatan untuk berbaring di kasur.
"Enak aja! Ini berguna tau! 30 menit lagi deh baru kami nyusul! Hati-hati ya!" ucap Clara tanpa menatap mereka dan sibuk dengan handphonenya.
"Oke," jawab Andrew kemudian membuka pintu kamar. Mempersilakan Carolina untuk keluar duluan.
"Eh, kira-kira Andrew bakal nembak gak hari ini?" tanya Clara yang tiba-tiba bersemangat.
"Nembak apaan?" tanya Riko cuek sambil tetap memainkan handphonenya.
"Dih lo gak peka banget! Kelihatan jelas kali Andrew suka sama Carol dari dulu!" ucap Clara yang kemudian menyadari bahwa Riko ada di tempat tidur.
"Ngapain lo di sini? Sana sana, ini tempat gue,"
"Ini kasurnya besar juga! Udah tidur di sebelah aja sih! Lagi pula lo tumben peka sama hal hal begituan,"
"Sana sana, masa kita tidur satu kasur. Iya dong gue peka! Orang kelihatan jelas banget Andrew suka sama Carol. Emang lo gak sadar, ya? Dasar gak peka!" ucap Clara yang mulai menendang nendang kaki Riko.
"Iya iya, apa kata lo, deh!" ucap Riko yang akhirnya bangkit berdiri.
"Sebenarnya yang gak peka itu siapa sih?" batinnya.
***
"Pemandangannya indah, ya!" ucap Carolina ketika berjalan di trotoar untuk menuju ke arah pantai.
Warna air laut yang mulai berwarna jingga akibat bias dari matahari yang sebentar lagi tenggelam membuat pemandangan itu menjadi luar biasa menawan.
"Iya, cantik," ucap Andrew yang sesekali mencuri pandang ke arah Carolina.
"Hoah, pantai," ucap Carolina seperti anak kecil ketika kakinya menginjak pasir putih dari pantai itu. Dia bisa merasakan sepoi-sepoi angin laut mulai menyapa wajahnya, dan suara ombak yang menenangkan.
"Kamu suka banget ya sama pantai?" tanya Andrew sambil tersenyum. Dia ikut senang ketika melihat Carolina yang juga senang.
"Banget! Aku ingat dulu sering diajak papa ke pantai waktu masih kecil," ucap Carolina sambil memainkan pasir dengan kakinya
"Kamu dekat sama papamu, ya?" tanya Andrew. Meski dia sudah mengenal Carolina selama 3 tahun, tapi wanita itu tidak benar-benar pernah menceritakan keluarganya. Yang dia tau Carolina berasal dari Manado dengan keluarga biasa. Itu sebabnya Carolina berjuang sangat keras untuk mempertahankan beasiswanya.
"Banget! Tapi ingatanku sama papa cuma sampai aku berusia 6 tahun," ucap Carolina yang sepertinya tenggelam dalam ingatannya.
"Oh, maaf," ucap Andrew yang merasakan bahwa papa Carolina sudah tidak ada lagi. Kalau ingatan wanita itu cuma sampai usia 6 tahun, berarti papa Carolina meninggal saat usia Carolina masih 6 tahun, bukan?
"Papaku masih hidup kok! Dia cuma menghilang aja! Tapi aku yakin dia masih hidup!" ucap Carolina dengan yakin bahwa papanya masih hidup. Meski sudah 14 tahun papanya menghilang, tapi dia yakin bahwa papanya masih hidup!
Andrew yang melihat perubahan suasana hati Carolina mencoba memikirkan sesuatu untuk meningkatkan suasana hati wanita itu.
"Mau mendekat ke air, gak?" tanya Andrew, berharap suasana hati Carolina menjadi membaik.
"Boleh! Biar lebih asik, ayo kita lomba dari sini sampai ke pinggir laut. Yang menang yang kakinya duluan menyentuh air," usul Carolina yang tiba-tiba bersemangat. Andrew langsung tersenyum ketika mendengarnya.
"Oke! Yang kalah hukumannya apa nih?" tanya Andrew sambil tersenyum.
Carolina terdiam sejenak, mencoba memikirkan hukumannya, tapi beberapa saat kemudian senyum usil terlihat di bibirnya.
"Mencebur ke air dalam posisi telentang," ucap Carolina sambil tersenyum menantang dan mulai melepaskan sandal yang dia kenakan.
"Deal!"
"Tiga… dua… satu…," Carolina menghitung hitungan mundur untuk mereka. Namun, Carolina sudah berlari terlebih dahulu pada hitungan kedua.
Wanita itu mencuri start!
Tapi Andrew sama sekali tidak keberatan, sejak awal dia memang tidak peduli dengan hukuman yang dikatakan oleh Carolina.
Melihat wanita itu berlari-lari sambil tertawa lepas jauh lebih berharga daripada terkena hukuman. Dia bahkan rela menceburkan dirinya berkali-kali asal bisa melihat tawa itu lagi.
"Dasar curang! Awas ya nanti kutangkap" ucap Andrew tapi wajahnya yang tersenyum dengan perkataannya jelas bertolak belakang.
Seketika Andrew memikirkan banyak hal.
Apakah dia harus berlari dengan tujuan menangkap Carolina, memeluk wanita itu dari belakang dan mengangkatnya, mengingat suasana mereka saat ini?
Atau dia harus bersikap seperti biasa, mencoba untuk mencapai air laut, tapi tentu saja akan membiarkan Carolina untuk menang.
Setelah beberapa pertimbangan, dia memilih pilihan yang terakhir. Dia bisa melakukan pilihan yang pertama ketika wanita itu telah menjadi miliknya.
"Yeay, hahaha," ucap Carolina ketika ombak menerpa kakinya.
"Curang woi curang, kamu lari duluan," ucap Andrew mendekati Carolina yang bermain air dengan kakinya.
"Gak ya! Sana sana, nyebur ke air!" ucap Carolina menginjak injak air dengan semangat, dan berusaha menargetkan Andrew untuk mendapatkan cipratan airnya.
"Iya iya!" ucap Andrew dengan nada terpaksa, tapi lagi-lagi suaranya tak selaras dengan wajahnya yang tersenyum lebar.
"Sini handphone kamu, biar sekalian ku rekam sekalian," ucap Carolina mengulurkan tangannya. Andrew langsung mengeluarkan handphonenya dan membuka kemeja yang dia kenakan. Tapi setelah dia memikirkannya lagi, mending dengan baju deh sekalian.
Akhirnya tubuh Andrew terekspos, dadanya yang bidang dan perutnya memiliki 4 pack abs hasil dari dia yang sering berolahraga, dengan kulit yang kecoklatan membuat Andrew tampak seksi.
Carolina memegang pakaian Andrew dan mulai merekam video menggunakan handphone Andrew.
"Ini lah dia, pria yang berulang tahun hari ini," ucap Carolina sambil merekam Andrew.
"Mundur lagi Ndrew, terus, airnya harus sampai di paha biar gak sakit jatuhnya!" teriak Carolina. Andrew pun menurutinya.
"Bilang sesuatu dulu Ndrew sebelum nyebur!" teriak Carolina lagi.
"CAROLINA AKAI!" teriak Andrew, yang mulai menarik perhatian orang-orang disekitar.
Pikiran Andrew sekali lagi memikirkan banyak hal mengenai apa yang harus dia katakan.
Apakah dia harus mengatakan sesuatu seperti:
"Aku akan membalasmu nanti! Tunggu saja!" sebagai pengingat momen mereka saat ini dan mempererat hubungan pertemanan mereka.
Atau dia harus menyatakan perasaannya.
Setelah beberapa pertimbangan, akhirnya dia memilih pilihan kedua. Sudah saatnya dia untuk berani dan menyatakan perasaannya.
"AKU MENYUKAIMU!"
Terima kasih buat kalian yang sudah membaca sampai di chapter ini!
Kali ini aku akan memberikan penawaran, jika sampai hari selasa pukul 22:00 WIB, ada 3 orang yang memberikan ulasan dan mendukung dengan batu kuasa
Hari itu aku akan merilis 2 chapter sekaligus!
Cara memberikan ulasan dan batu kuasa itu gampang banget!
Di aplikasi, kalian pergi ke informasi novelnya, lalu scroll ke bawah dan tekan tombol mengundi.
Untuk ulasan kalian tekan ulasan di bawah tombol mengundi lalu setelah itu tekan tombol bergambar pensil, lalu tulis deh ulasan kalian.
Gampang banget, bukan?
Kalian bebas mau kasi bintang berapa, mau kritik dan saran juga boleh, lho ;)