webnovel

EP. 030 - Kuda

Eiham segera berlari ke arah kudanya secepatnya. Lalu dia menaiki kuda dan mengendarainya menuju menara mercusuar. Setibanya di sana, dia membuka pintu menara. Ternyata, menara itu kosong. Karena kosong, Eiham mengajak kudanya masuk sekalian.

Sebuah kapal sedang mendekat ke dermaga pelabuhan yang didatangi Eiham. Di kapal itu ada seorang pemuda yang meneropong pelabuhan. Dia berdiri di tiang kapal tertinggi.

"Kok sepi ya? Perasaan tadi aku lihat ada orang", kata pemuda itu.

"Mungkin itu hanya fatamorgana saja" kata temannya.

"Mungkin. Jadi, apa tugas kita kapten?", kata pemuda itu.

"Kita bongkar semua barang yang ada di kapal. Nanti akan ada rombongan gerobak yang menjemput barang kita", kata kapten.

Tidak ada satu orangpun di dalam menara mercusuar yang ada di pelabuhan pertama. Bau debu di sana sangat menyesakkan hidung. Jaring laba-laba menjadi hiasan dan saksi bahwa menara itu sudah lama kosong. Tidak ada meja dan kursi di sana, hanya ada lemari kosong dan bola meriam.

Eiham segera menaiki tangga. Sesekali, dia mengintip ke lubang jendela yang ada pada dinding samping tangga. Eiham melihat kapal yang tadi masih dalam proses pembongkaran barang. Tidak ada yang aneh dari aktivitas kapal itu. Eiham terus menerus menaiki tangga hingga ke lantai teratas.

Tibalah Eiham di lantai tertinggi. Hanya ada obor yang mati di sana. Eiham menerogoh sakunya dan mengambil sebuah korek. Ingin rasanya menyalakan obor mati itu namun dia mengurungkan niatnya. Kemudian, Eiham memutuskan untuk mengamati aktivitas kapal tersebut.

Hari sudah malam, Eiham masih berada di atas menara untuk mengamati kapal. Proses bongkar barang yang dilakukan kapal itu masih belum selesai. Yang berbeda hanyalah keberadaan obor yang menerangi seluruh kapal.

Datanglah sebuah kereta kuda dan beberapa gerobak beberapa saat kemudian. Seorang berpakaian ninja tiba-tiba muncul entah dari mana. Orang itu memeriksa semua isi kotak yang diturunkan dari kapal. Eiham mengamati semua hal itu dan tetap diam.

Pintu kereta kuda terbuka. Dari kereta itu, keluar seorang pria berbaju hitam bermotif pegasus emas. Sang pegasus emas itu juga memeriksa isi semua kotak. Setelah selesai, di berbincang dengan seorang ninja yang ada di sana. Entah apa yang mereka bicarakan, Eiham tidak dapat mendengarnya karena terlalu jauh.

"Kikkkhkk… .. Kikkhkkk… . ", suara kuda tiba-tiba memecah keheningan.

Eiham kaget. Semua orang yang ada di dermaga juga kaget. Mereka langsung diam saat mendengar hal itu.

"Matilah kau!" ucap Eiham pada dirinya sendiri.

Melihat reaksi itu, Eiham langsung bergegas turun ke lantai bawah. Dia berlari menuruni tangga. Dia tidak peduli jika langkah kakinya sangat berisik, yang penting dia cepat sampai.

Pria pegasus emas memerintahkan bawahannya untuk memeriksa sekitar. Saat itu, Eiham masih berada di dalam menara. Sesampainya Eiham di bawah, dia langsung membuka pintu dan menaiki kudanya.

"ITU DIA!!!" teriak anak buah pegasus emas. Mereka memergoki Eiham yang sedang berkuda keluar dari menara. Sontak, Eiham menjadi pusat perhatian. Ninja yang melihat Eiham langsung menaiki kuda.

Ada sekitar tiga kuda yang mengejar Eiham. Sementara itu, proses bongkar barang sudah selesai. Pria pegasus emas memerintahkan awak kapal untuk segera pergi. Dia juga memerintahkan gerobak dan kereta kuda untuk pergi dari dermaga juga. Sekarang, pelabuhan itu sepi dan diselimuti kabut putih.

Di sebuah jalur pedesaan yang gelap, terdengar suara kuda meringkik. Eiham memacu kudanya secepat kilat sehingga terdengar suara tapak kuda yang sangat bising. Suara itu memecah keheningan malam.

Eiham mendengar suara hentakan kaki dan kuda yang mengeram di belakangnya. Semakin lama, suara itu semakin dekat. Eiham yang mulai berkeringat ketakutan langsung mempercepat laju kudanya. Namun, ketiga kuda yang mengikutinya berhasil mendekati Eiham.

Sebuah pedang mematikan berayun ke arah Eiham yang masih menunggangi kuda. Untung, dia segera menunduk sehingga pedang itu hanya memotong rambutnya yang terikat. Rambut berantakan Eiham yang menutupi wajah tampannya, tidak memperlambat laju kudanya.

Eiham dan tiga kuda hitam yang menyeramkan itu melintasi sebuah jalan yang kanan dan kirinya adalah ladang yang telah dibajak. Setelah keluar dari ladang, Eiham belok ke pepohonan di sebelah kanan. Kudanya berlari zigzag di sini untuk mengecoh pengejarnya.

Semakin lama, deretan pepohonan yang di lalui Eiham semakin rapat. Lalu, kabut putih tiba-tiba datang dan menyembunyikan Eiham dan kudanya. Ketiga anak buah pegasus emas memperlambat laju kudanya hingga akhirnya mereka berhenti dan mengamati sekitar untuk menangkap mangsanya. Suasana menjadi hening dan gelap.

Tiba-tiba terdengar suara tapak kaki kuda dari arah belakang. Ketiga kuda yang mengejar Eiham langsung berbalik arah. Daun-daun yang berserakan naik ke udara saat dilewati oleh kuda Eiham. Daun itu berputar-putar sesaat, jatuh, lalu terbang lagi saat dilewati ketiga kuda hitam yang berlari di belakang Eiham.

Awalnya, Eiham ingin kembali ke penginapan yang menjadi basecamp-nya di Gaharunu tapi dia berubah pikiran. Eiham berbelok, dan menggiring kudanya ke tempat lain. Eiham mengarungi sebuah sungai dangkal.

Ketiga penunggang kuda itu melihat Eiham menyebrangi sungai. Sontak, mereka yang ada di atas sungai langsung berbelok turun ke sungai melalui jalan setapak yang miring.

"Kihhhkkk… .. Khikkhhh…", suara ringkikan kuda terbawa oleh angin, seperti tangisan makhluk yang jahat dan kesepian. Seketika, jantung Eiham rasanya mau copot karena ketahuan. Eiham sudah mulai lelah dengan aksi kejar-kejaran.

Eiham memutuskan untuk naik ke tepi sungai dan berbelok ke kiri. Dia melaju secepatnya hingga bertemu sebuah jembatan gantung. Dia segera menaiki jembatan itu, dan langsung diam saat berada di tengah. Eiham menunggu ketiga pengejarnya.

3…2…1… Eiham langsung memacu kudanya saat pengejarnya sudah sampai di tepi jembatan. Jembatan itu cukup panjang, butuh waktu sekitar 30 detik untuk menyebranginya dengan berkuda. Waktu 30 detik ini sangat berharga bagi Eiham.

Saat pengejarnya sudah berada di jembatan, Eiham mengeluarkan sebuah pedang dari punggungnya dan menebas tali jembatan di sisi kanannya. Jembatan miring seketika. Ketiga pengejarnya, mulai kuwalahan untuk menyebrangi jembatan. Mereka memperlambat laju kudanya.

Eiham juga kuwalahan, namun miringnya jembatan tidak berdampak besar bagi Eiham karena dia hampir sampai ke tepi. Karena tak sanggup menahan beban ketiga kuda, jembatan mulai bergoyang hebat hingga akhirnya membuat tapi di sisi kiri ikut terputus.

Bagian tengah jembatan mulai terjatuh. Eiham segera menarik tali kekang kudanya dan mereka melompat tinggi dan mendarat di tepi jembatan di waktu yang pas. Sedetik setelah Eiham selamat, jembatan itu langsung jatuh ke bawah bersama ketiga kuda pengejarnya.

Kejadian ini sangat menegangkan bagi Eiham. Jika dia terlambat sedikit saja untuk melompat, maka dia juga akan ikut terjatuh ke bawah sungai. Eiham masih diam membeku. Jantungnya seakan copot dan ikut jatuh bersama jembatan gantung. Eiham berusaha mengatur napasnya kembali lalu melanjutkan perjalanan untuk pulang ke basecamp.