webnovel

EP. 029 - Keluar

Musim Semi, Tahun 1345

Hoshi hampir kehabisan napas, namun dia mendengar suara gelembung air. Dia mengikuti suara gelembung air yang ternyata ada di depannya. Dia menambah kecepatannya dan melihat cahaya. Ternyata di depannya ada dataran kering. Dia segera menaikkan kepala dan melihat ada seseorang yang duduk di sana.

"Apakah anda anak dari Pak Sun toko herbal?" tanya Hoshi.

"Ya, benar", jawab pria muda anak Pak Sun.

"Pak Sun mencarimu. Dia ada di seberang terowongan ini. Apa rencanamu setelah ini?" tanya Hoshi

"Saya mau pulang", jawab anak Pak Sun.

"Anda bisa menyelam?" tanya Hoshi.

"Tidak", jawab anak Pak Sun.

"Apakah anda tahu jalan rahasia ke Gaharunu?" tanya Hoshi.

"Ini sudah dekat, kok. Tinggal lurus saja ke terowongan ini. Tapi terowongannya terendam air", jawab anak Pak Sun.

"Baiklah, tutup matamu dengan ini. Lalu tarik napas panjang sebelum masuk air. Aku akan mengantar anda secepatnya", kata Hoshi sambil menyerahkan kain yang kedap air.

Hoshi membantu pemuda anaknya Pak Sun untuk menutup matanya dengan kain. Hoshi juga meminta pemuda itu untuk memeluk pundaknya dari belakang dan tidak melepasnya apapun yang terjadi nanti. Setelah semuanya siap, Hoshi dan pemuda itu menghirup napas panjang.

"BYUUR… !", Hoshi dan pemuda itu menyelam ke dalam air.

Tidak mudah untuk menyelam dalam gua sambil menggendong seseorang. Jika orang yang digendong panik, maka nyawa penyelam akan terancam. Serba hitam seperti mati lampu, itulah yang dirasakan Hoshi. Yang bisa dia lakukan hanyalah meraba dan memegang tali.

Perjalanan gelap yang mengerikan berakhir. Hoshi berhasil membawa pemuda yang terjebak itu untuk bertemu ayahnya. Ayah dan anak itu berpelukan melepas rindu. Mereka sangat bersyukur karena masih bisa dipertemukan lagi dalam keadaan sehat.

"Terima kasih, terima kasih, terima kasih", kata Pak Sun.

Hanya dua kata itu yang ada di kepala Pak Sun, sang pemilik toko herbal. Beliau berterima kasih pada tim Araukaria yang mau membantunya. Jenderal Calvin meminta ayah dan anak itu untuk beristirahat dan makan. Jenderal Calvin juga memerintahkan Hoshi untuk makan dulu. Sedangkan anggota yang lain, mempersiapkan diri untuk menyelam. Setelah selesai, Jenderal membuka obrolan.

"Kemana arah Gaharunu?" tanya Jenderal.

"Di tempat saya terjebak ada terowongan. Anda tinggal masuk dan berenang lurus. Masalahnya, terowongan itu sekarang masih terendam banjir", kata pemuda itu.

"Lalu bagaimana sekarang?" tanya Eiham.

"Seberapa panjang terowongannya?" tanya Dhafi.

"Panjang terowongan hanya sekitar 211 langkah kaki saja. Setelah itu, langsung masuk ke hutan Gaharunu", kata pemuda itu.

"Yang perlu diingat adalah Gaharunu punya bahasa yang berbeda. Sebenarnya, Eldamanu juga punya bahasa yang berbeda. Tapi, kami masih bisa mengerti bahasa warga Tirtanu dan Kepanu. Kalian dari Tirtanu kan?" kata Pak Sun.

"Ya, benar. Kami dari Tirtanu", jawab Ren.

Jawaban Ren membuat semua mata rekan Araukaria melotot padanya. Tapi Ren cuek saja karena menyangkalpun tidak ada gunanya. Toh mereka selama ini memang menggunakan bahasa Tirtanu ke mana-mana. Wajar jika mereka ketahuan sebagai warga Tirtanu.

"Baiklah. Terima kasih Pak Sun dan adek karena sudah membantu kami menemukan jalan ke Gaharunu", ucap Jenderal untuk memecah kecanggungan.

"Terima kasih kembali sudah membantu kami. Kami berjanji tidak akan memberitahukan pada siapapun bahwa ada warga Tirtanu yang pergi ke Gaharunu", kata pemuda itu.

"Benar. Kami akan merahasiakan hal ini sebagai bentuk terima kasih kami", lanjut Pak Sun.

"Terima kasih sudah mengantar kami hingga ke sini. Untuk selanjutnya, kami bisa pergi ke Gaharunu sendiri. Pak Sun dan adek boleh langsung pulang. Jika Pak Sun mengantar hingga ke Gaharunu, anda belum tentu bisa pulang", kata Jenderal Calvin.

"Baiklah. Tidak apa-apa. Kami mengerti. Lagipula saya juga tidak bisa berenang. Terima kasih sudah membantu kami. Hati-hati di jalan", kata Pak Sun.

Pak Sun dan anaknya kembali pulang setelah berpamitan. Tim Araukaria bersiap untuk menyelam. Semua perbekalan yang bisa rusak jika terkena air, semuanya diamankan dalam kain anti air. Ren yang tidak bisa berenang sekarang matanya ditutup kain anti air.

Setelah menarik napas panjang. Ren digendong Jenderal Calvin dan maju pertama. Jenderal berenang secepat mungkin agar Ren tidak perlu menahan napas terlalu lama. Ternyata Jenderal Calvin juga penyelam handal. Dia sering menyelam di danau Abbot bersama Ratu Alatariel.

Sesaat kemudian, Jenderal Calvin sudah tiba di tempat pemuda anak Pak Sun terjebak. Setibanya disana, dia meminta Ren untuk memenangkan diri dan mengambil napas. Dia hanya butuh waktu 50 detik untuk tiba di sana. Jenderal bisa tiba dengan cepat karena dibantu oleh tali petunjuk.

Tak menunggu lama, Jenderal dan Ren langsung melanjutkan perjalanan ke terowongan akhir sebelum ke Gaharunu. "BYUUR… !" Mereka langsung masuk ke terowongan. Perjalanan mereka berakhir saat Jenderal melihat cahaya. Saat itu, dia langsung berdiri. Ternyata tinggi air di sana cuma setinggi perut. Jenderal dan Ren berhasil tiba dalam 25 detik saja.

Di sisi lain, anggota Araukaria yang lain ikut menyusul Jenderal Calvin. Satu persatu dari mereka masuk ke dalam air. Dibuka dari Jiru, Ian, Ghazi, Eiham, Dhafi, Ezra, Darah, dan ditutup Hoshi sebagai sweeper. Jenderal Calvin duduk diatas baru yang beralaskan lumpur yang lembek dan licin. Tim Araukaria langsung keluar dari gua bersama-sama setelah semua anggota langkap.

"Jadi ini yang namanya Kerajaan Gaharunu", kata Jiru sambil melihat-lihat pemandangan yang ada di sana.

"Itu ada sungai. Aku membersihkan kakiku dulu. Aku tidak tahan lagi", kata Darsh.

Darsh segera berlari ke arah sungai. Air sungai itu sangat jenih. Di dasar airnya dipenuhi oleh batu sehingga sungai tidak coklat karena tanah lumpur. Darsh segera melepaskan sepatunya lalu membawanya dengan tangan. Perlahan, dia menahan sakit saat menginjak batu tepi sungai.

Saat tiba di posisi yang pas, Darsh duduk di atas batu dan mencelupkan kakinya ke dalam air sungai. "CESSS… " Dinginnya air sungai menjalar dari telapak kaki ke lutut. Rasanya dingin-dingin sakit tapi Darsh menahannya dan mulai membersihkan kakinya.

Melihat Darsh yang asik mencuci kaki dan sepatunya, prajurit Araukaria lain mengikuti Darsh. Mereka juga mencuci kaki dan sepatu dengan air sungai yang dingin. Setelah semuanya bersih, mereka melanjutkan perjalanan keluar dari hutan menuju pemukiman.

Keesokan harinya, tim Araukaria berpencar menuju sepuluh pelabuhan di Kerajaan Gaharunu. Mereka berangkat dari penginapan menaiki kuda yang mereka beli kemarin. Masing-masing dari mereka sudah dibekali peta Gaharunu oleh Ratu sebelum berangkat.

Perjalanan terjauh harus ditempuh oleh Eiham. Eiham adalah anggota paling pendiam di Araukaria. Walaupun pendiam, Eiham adalah anggota Araukaria yang paling tampan. Namun, Eiham lebih memilih menutup wajah tampannya dengan cadar dalam perjalanan ini. Dia memilih hal ini agar lebih fokus dan tidak menjadi pusat perhatian.

Hutan adalah tempat yang pas bagi Eiham untuk beristirahat diam-diam. Di sana dia memetik buah dan memakannya. Dia juga menyisakan beberapa buah untuk bekal perjalanan. Dia tahu, dia tidak bisa berbicara dengan warga Gaharunu karena tidak bisa bahasanya. Dia tidak ingin misinya gagal karena lapar dan membeli makanan ke warga Gaharunu.

Akhirnya, Eiham tiba di sebuah pelabuhan. Perjalanan Eiham memakan waktu dua hari satu malam. Di luar dugaan, pelabuhan itu sangat sepi. Tidak ada satupun rumah penduduk di tepi jalan menuju pelabuhan. Hanya ada tiga dermaga kosong dan satu menara mercusuar di sana.

Eiham turun dari kuda coklatnya. Kuda itu diikatkan di sebuah pohon yang paling dekat dengan garis pantai. Dia berjalan-jalan di tepi pantai. Sesekali dia berjalan ke dermaga dan mencelupkan kakinya ke air laut. Dia melihat sekelilingnya. Tidak ada bangunan mencurigakan di sana. Hanya ada satu hal yang aneh, yaitu dia adalah satu-satunya manusia yang ada di sana.

"TUUUT… . ", suara misterius itu mengagetkan Eiham.

Eiham menoleh ke kanan, kiri, belakang, depan. Ternyata, suara misterius itu adalah bunyi bel kapal yang menuju ke arahnya.

"Gawat… !" kata Eiham panik.

Eiham segera berlari ke arah kudanya secepatnya. Lalu dia menaiki kuda dan mengendarainya menuju menara mercusuar. Setibanya di sana, dia membuka pintu menara. Ternyata, menara itu kosong. Karena kosong, Eiham mengajak kudanya masuk sekalian.

"Kok sepi ya? Perasaan tadi aku lihat ada orang", kata seorang berdiri di tiang kapal yang mendekat ke pelabuhan.