webnovel

EP. 031 - Istana

Kejadian ini sangat menegangkan bagi Eiham. Jika dia terlambat sedikit saja untuk melompat, maka dia juga akan ikut terjatuh ke bawah sungai. Eiham masih diam membeku. Jantungnya seakan copot dan ikut jatuh bersama jembatan gantung. Eiham berusaha mengatur napasnya kembali lalu melanjutkan perjalanan untuk pulang ke basecamp.

"Krrrrrrkkrrrrkk…", pintu penginapan terbuka. Eiham yang sudah pulang langsung memasuki pintu tersebut. Dia langsung melempar tas dan pedangnya. Kemudian, dia berbaring di ruang tengah yang beralaskan lantai kayu. Yang tadi itu, benar-benar menegangkan bagi Eiham.

Eiham mencoba mengingat-ingat kembali tentang apa yang terjadi di pelabuhan yang dikunjunginya. Tak berselang lama, Teman-teman Eiham yang lain datang. Setelah Jenderal Calvin datang, rapat evaluasi diadakan.

"Apa saja yang kalian temukan?" tanya Jenderal.

"Saya tidak menemukan apapun selain gudang kosong", kata Ian.

"Tiidak ada yang aneh di pelabuhan tadi. Hanya ada warga yang menyebrangi lautan dan jual beli ikan", kata Darsh.

"Satu-satunya hal yang aneh adalah kuburan yang terletak di dekat pelabuhan. Kenapa bisa ada kuburan, ya? ", kata Ghazi.

Tim Araukaria berpencar untuk mencari informasi tentang lokasi penyimpanan sarin. Satu anggota memeriksa satu pelabuhan. Malam ini, mereka melaporkan hasil temuannya pada Jenderal Calvin.

"Kalau pelabuhan yang saya datangi tadi adalah pelabuhan khusus kapal pengangkut kayu. Jadi hanya ada hutan, kapal, dan tempat pemotongan kayu", kata Ren.

"Tadi saya menemukan ruang bawah tanah di pelabuhan tadi. Setelah pintunya saya buka, ternyata hanya ada tong berisi ikan", kata Ezra.

"Hanya ada perahu nelayan kecil dan tambak garam di sana", kata Hoshi.

"Tidak ada yang aneh di pelabuhan tadi. Tadi ada gua, tapi setelah diperiksa, kosong", kata Jiru.

"Pelabuhan yang saya datangi hanya berisi padang pasir", kata Dhafi.

"Kalau saya menemukan banyak hal di pelabuhan tadi. Jantung rasanya mau copot", kata Eiham.

"Ada apa saja tadi?", kata Jenderal Calvin.

"Tadi pelabuhannya sepi. Tidak ada satupun manusia di sana. Namun, tiba-tiba ada satu kapal yang datang lalu melakukan bongkar barang. Barangnya dibungkus dengan kotak kayu. Di malam hari, datanglah rombongan kereta kuda dan dari sana muncul seorang ninja dan pria berbaju hitam dengan motif pegasus emas. Lalu saya ketahuan, dikejar, dan untungnya masih bisa pulang", kata Eiham.

"Apa kau baik-baik saja?", tanya Jenderal Calvin.

"Ya. Saya baik-baik saja sekarang", jawab Eiham.

"Baju hitam pegasus emas? Bukankah itu baju milik Raja Adhulpus? Raja Gaharunu yang kontroversial?" kata Dhafi.

"Aishh… Gak mungkin. Bukankah Raja yang itu sudah meninggal 30 tahun yang lalu?", kata Ghazi.

"Kemungkinan itu anaknya. Tapi setahuku, anaknya yang menjadi Raja sekarang seragamnya bukan pegasus emas tapi beruang emas. Anggaplah, sarin disimpan oleh keluarga kerajaan Gaharunu dan diangkut dengan kereta kuda dari kapal. Kira-kira, mereka meletakkannya di mana?", pikir Jenderal.

"Mungkinkah di istana?", tanya Ren.

Jenderal Calvin membuka peta lokasi Kerajaan Gaharunu. Dia langsung menandai letak 10 pelabuhan dengan tinta hitam. Setelah itu, dia juga menandai istana.

"Jarak istana dari pelabuhan yang didatangi Eiham hanya sekitar 3 km saja. Yang perlu diperhatikan adalah sungai yang ada di antara pelabuhan dan istana", kata Jenderal Calvin.

"Kalau benar-benar ada di istana. Rasanya mustahil untuk mengambil sarin. Kita tidak bisa menyamar dan ini misi rahasia", kata Jiru.

"Tugas kita bukan mengambil sarin. Tugas kita hanyalah mencari tempat penyimpanan 10 ton sarin di Kerajaan Gaharunu. Lalu, mencari informasi dan bukti tentang cara sarin itu bisa sampai ke Tirtanu lalu terhirup oleh Yang Mulia Raja Cedric", kata Jenderal Calvin.

"Sekarang, kita tahu bahwa lokasi sarinnya di istana Gaharunu. Jadi, apakah kita bisa pulang sekarang?", tanya Ian.

"Belum. Ini baru dugaan. Sebenarnya, kita hanya perlu bertanya pada pekerja kerajaan. Tapi kita tidak tahu bahasa Gaharunu", kata Eiham.

"Kita awasi dulu istana Gaharunu besok", kata Jenderal Calvin untuk menenangkan anggota.

"TIDAK… AAARGGH…", tiba-tiba Eiham berteriak. Teriakan itu mengagetkan anggota yang lain. Eiham teringat sesuatu.

"Ada apa?" tanya Ghazi panik.

"Tunggu, sepertinya tadi saya melewati sungai. Di sana ada jembatan gantung. Tapi jembatannya saya putus untuk kabur ke sini", kata Eiham.

"Tidak apa-apa. Selalu ada 1001 cara untuk ke Roma. Besok kita cari tahu cara lewatnya", hibur Jenderal Calvin.

Keesokan harinya, tim Araukaria berangkat ke istana Gaharunu. Benar. Ternyata di sana ada sungai. Untuk menyebranginya, mereka harus mengambil rute yang lebih jauh.

Tibalah tim Araukaria di komplek istana. Mereka segera berkeliling di luar komplek istana dulu. Ian mengamati dayang yang sedang berbincang dari balik pagar tembok. Ian mendengar mereka berbicara, tapi tidak bisa memahami satupun kata.

Jiru mengamati cara keluar masuk istana. Ada 4 gerbang utama, yaitu gerbang timur, barat, utara, dan selatan. Masing-masing gerbang dijaga 8 orang. Untuk masuk ke sana harus menunjukkan gulungan surat kepada penjaga.

Ren berjalan dan menggambar denah lokasi. Ren memang punya klaustrophobia, namun gambarnya sangat cantik. Dia menggambar bentuk bangunan istana lengkap dengan pintu dan jendelanya. Dia juga memeriksa apakah ada jalan rahasia di sana.

Ghazi, melihat-lihat bangunan di sekitar istana. Dia menemukan sebuah piramida misterius. Ghazi kemudian bersembunyi untuk mengamati apakah ada orang yang mengunjungi piramida itu. Dia menunggu dan menunggu. Namun penantiannya tidak sia-sia, dia melihat seorang perempuan yang masuk memakai baju hitam.

Perempuan yang masuk ke piramida membawa sesajen. Dia berada di dalam sekitar 10 menit lalu keluar lagi. Sepertinya, piramida itu adalah sebuah kuil tempat ibadah. Ghazi mengamati perempuan itu saat berada di sekitar piramida.

Setelah selesai, perempuan tadi kembali memasuki istana Gaharunu. Namun, dia tidak melewati gerbang utama, perempuan itu melambaikan tangannya ke arah semak-semak. Ajaibnya, semak-semak itu berputar dan bergerak ke samping. Ghazi kaget melihat itu dan mengusap matanya tak percaya.

Semak-semak bergerak ke samping, hingga menunjukkan sebuah pintu, lewat pintu itulah perempuan yang tadi ke piramida masuk ke istana. Sepertinya, dia adalah seorang penyihir yang hebat.

"Apa yang dilakukan seorang penyihir di dalam piramida?" tanya Ghazi penasaran.

Darsh juga berkeliling di sekitar istana. Dia berada di atas bukit di timur istana. Bukit itu dipenuhi banyak rumput. Ternyata, tak jauh dari sana ada kandang kuda milik istana. Saat pagi, kuda-kuda itu dikeluarkan dan dibiarkan makan di padang rumput tempat Darsh berada.

Merasa lelah, Darsh kemudian duduk di sebuah pohon di padang rumput. Dia duduk santai sambil mengamati kuda-kuda makan. Tiba-tiba seseorang datang, dia menggunakan baju sederhana dan topi caping. Dia membawa sebuah tongkat panjang yang ujungnya diberi tali.

"Sebentar. Sepertinya aku kenal orang itu?", pikir Darsh. Dia mengingat-ingat kembali tentang semua orang yang pernah dia temui.

"Oh, anaknya Pak Sun yang di gua", Darsh teringat kembali.

Darsh kemudian mendatangi pemuda itu. Saat sudah dekat, dia menyapanya.

"Hai, anaknya Pak Sun! Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Darsh.

"Oh, Paman Darsh. Saya memang bekerja di sini mengembala kuda", kata anak Pak Sun.