webnovel

EP. 025 - Serangan

"BOOM, BOOM, BOOM!" bom meriam diluncurkan satu persatu ke arah dua kapal bajak laut. Para bajak laut itu pun tidak tinggal diam, mereka segera membalas serangan angkatan laut Eldamanu. Ternyata bajak laut itu juga menyiapkan diri untuk menyerang kapal Jenderal Aiden.

"BOOM, BOOM, BOOM!" mereka saling menembaki satu sama lain.

Kedua kapal bajak itu berlayar menjauh dari satu sama lain. Salah satu kapal bajak laut mengarah ke bagian belakang kapal Jenderal Aiden. Kapal itu belok kanan, lalu menembaki kapal jenderal dengan meriam di sisi kirinya.

"Tim belakang, berhenti menembak lambungnya. Tembaklah nahkoda dan kaptennya!" perintah Jenderal Aiden sambil berlari ke belakang kapal.

Penembak meriam belakang berkonsentrasi, mencoba memiringkan meriamnya pada nahkoda dan kapten. Namun sayangnya, panah mulai menghujani pasukan angkatan laut. Penembak meriam itu bersembunyi, berdiri, menghindari panah ke kanan dan ke kiri.

"BOOM… !"

Penembak meriam belakang berhasil membunuh nahkoda, kapten, dengan menghancurkan tempatnya berdiri.

Kapal bajak laut di belakang panik. Melihat hal itu, Jenderal memerintahkan kapal untuk mundur dan menempel pada kapal bajak laut. Tepat setelah menempel, beberapa pasukan angkatan laut segera menaiki kapal bajak laut. Mereka beradu pedang dengan anggota bajak laut untuk mengambil alih kapal.

"BOOM… !"

Kapal bajak laut yang di depan kapal Jenderal meledakkan dek atas untuk membalas dendam. Ternyata tembakan mereka berhasil mengenai nahkoda dan kapten kapal angkatan laut Eldamanu. Nahkoda dan kapten kapal langsung meninggal seketika.

Meninggalnya kapten dan nahkoda membuat semua pasukan angkatan laut ini kaget. Tapi tidak ada waktu untuk bersedih. Pertempuran masih berlangsung. Jenderal Aiden langsung mengambil alih kepemimpinan di kapal itu.

"SEMUANYA DENGARKAN AKU!" teriak Jenderal Aiden sambil berlari ke bagian depan kapal.

"Tim pemanah, hujani kapal depan dengan panah terus menerus. Untuk penembak meriam, tembak ke arah tim meriam lawan. Ingat! Tembak orangnya, jangan meriamnya!", perintah Jenderal Aiden.

Ratusan panah langsung meluncur ke arah kapal bajak laut depan. Tim Jenderal Aiden juga berhasil menembaki penembak meriam lawan. Dengan begitu, tidak ada lagi tembakan meriam yang mengarah ke kapal Jenderal.

"TEMBAK!" teriak Jenderal Aiden.

"BOOM…!" penembak meriam berhasil meledakkan ruang kemudi. Nahkoda dan Kapten kapal bajak laut terluka parah. Mereka sudah tidak bisa lagi berdiri, mereka hanya bisa berbaring berselimutkan darah.

"Dae, pegang kemudinya dan kita maju sekarang!" perintah Jenderal Aiden.

Tembakan tadi membuat kemudi patah. Untungnya, tuas kemudi masih ada walau hanya setinggi 50 cm. Dae segera memengang tuas itu dan memajukan kapal.

"MAJU…!" teriak Jenderal.

Kondisi angin sedang baik sore itu. ABK kapal angkatan laut segera membentangkan layar sebanyak-banyaknya. Dengan begitu, kapal masih bisa maju walau kemudinya patah. Ketika ingin belok, yang mereka belokkan adalah layar kapal mereka.

Kapal angkatan laut Eldamanu bergerak maju. Kapai itu meninggalkan pasukan Eldamanu yang berada di kapal bajak laut belakang. Situasi di kapal belakang sudah kondusif.

Para bajak laut sudah diikat dan diamankan di kapal belakang. Sayangnya, dek bawah kapal sudah terendam air. Air itu masuk melalui lubang-lubang bekas tembakan meriam. Semakin lama, semakin banyak bagian yang terendam.

"Bagaimana ini? Ketua, kapal ini akan tenggelam", kata salah seorang prajurit di kapal bajak laut belakang.

"Tenanglah! Mereka tidak akan meninggalkan kita sendirian. Mereka akan menjemput kita sebelum kapal tenggelam. Percayalah!", kata ketua tim.

"Apakah kita hanya menunggu saja di sini?" tanya prajurit itu.

"Tidak. Kita tidak boleh diam saja. Suruh semua anggota kita untuk naik ke dek teratas. Lalu kumpulkan juga barang-barang yang bisa digunakan sebagai pelampung. Untuk para sandera, ikatlah pada gentong kayu! 1 gentong untuk 5 orang agar mereka bisa mengambang jika kapal ini benar-benar tenggelam!" perintah ketua tim.

Bagian depan kapal Jenderal Aiden sudah menempel pada kapal bajak laut depan. Prajurit berpedang langsung menyerbu kapal bajak laut. Duel pedang yang sengit terjadi.

Jenderal Aiden masih di atas kapal angkatan laut. Dia melihat ke arah belakang. Saat itu juga, dia tahu bahwa kapal belakang sudah tenggelam separuh dan masih ada anggotanya di sana. Dia melihat lagi ke arah depan, rupanya semua pasukan pedang sudah berpindah di kapal bajak laut itu.

"Dae, kita mundurkan kapal sekarang!" perintah Jenderal Aiden.

Apakah kapal bisa mundur? Tentu saja bisa. Bila sudut daun baling-baling ke arah depan maka bergerak maju. Bila sudut daun baling-baling ke arah belakang kapal maka kapal bisa bergerak mundur.

"TUTUP LAYARNYA, KITA MUNDURKAN KAPAL! Kita jemput semua saudara kita sebelum kapal tenggelam!", perintah Jenderal Aiden.

Dae membalik daun baling-baling dengan tuas kemudi. Layar kapal juga sudah ditutup. Pedayung menggerakkan kapal mundur dengan kecepatan penuh.

Untunglah, kapal angkatan laut tiba tepat waktu di kapal belakang. Para prajurit angkatan laut yang tersisa segera mengevakuasi rekan-rekannya yang ada di belakang. Para tawanan juga dipindahkan ke kapal angkatan laut. Semuanya berjalan dengan cepat, tepat, dan aman.

Kapal bajak laut itu langsung tenggelam tepat saat anggota terakhir dievakuasi. Di sinilah, senyum mulai terlihat. Para prajurit itu saling berpelukan untuk merayakan kemenangan mereka.

"Tugas kita belum selasai. Masih ada satu tugas lagi. Kita jemput saudara kita yang di kapal depan. MAJU… !!!" teriak Jenderal Aiden.

Semua layar kapal dibentangkan. Dae memutar daun baling-baling. Para pedayung mempercepat gerakannya untuk maju. Kapal angkatan laut Jenderal Aiden maju dengan kecepatan penuh. Kapal itu membelah ombak lautan dengan gagahnya.

Aman dan terkendali, itulah situasi di kapal bajak laut depan sekarang. Setelah kedua kapal saling menempel, semua anggota angkatan laut di sana dievakuasi. Para bajak laut juga diamankan di kapal angkatan laut.

"KITA BERHASIL! KITA MENANG!" semua anggota angkatan laut bersorak riang gembira.

Tawa bahagia menyelimuti kapal itu. Para prajurit saling berpelukan dan memberikan ucapan selamat. Para ikan yang ada di laut bisa mendengar suara riuh dari mereka.

"SEMUANYA DIAM! Kapten dan nahkoda kapal telah meninggalkan kita. Ada banyak rekan kita yang gugur di pertempuran ini. Misi terakhir kita adalah memakamkan mereka dan memberikan penghormatan yang layak", ucap Jenderal Aiden.

Pidato Jenderal Aiden membuat suasananya ramai dan menyenangkan berubah menjadi keheningan seketika. Canda tawa berubah menjadi duka.

Jenazah kapten, nahkoda, dan rekan-rekan prajurit yang meninggal lainnya dikumpulkan di bagian tengah dek atas kapal. Jenazah mereka ditutupi kain putih dan bendera Eldamanu di atasnya. Para prajurit berbaris rapi dibelakang para jenazah.

"Mengheningkan cipta, mulai!" Jenderal Aiden memimpin do'a.

Semua prajurit angkatan laut berdiri dan menundukkan kepala. Mereka mendo'akan rekan mereka yang gugur dan memberi penghormatan terakhir. Suasana itu berlangsung dengan khidmat. Beberapa prajurit tak kuasa menahan air mata termasuk Jenderal Aiden.

Semakin lama, semakin banyak air mata yang jatuh ke lantai. Terlintas di pikiran Jenderal Aiden kenangan dan kebersamaannya dengan Kapten dan Nahkoda. Ada banyak cerita yang teruntai, misi yang terpenuhi, tawa dan tangis menghiasi perjalanan hidup mereka.

"Selesai!" Jenderal Aiden menutup do'a. "Kita pulang sekarang!" perintahnya.

Semua layar kapal dibentangkan. Dae memutar daun baling-baling. Kapal angkatan laut berputar arah dan melaju dengan kecepatan penuh. Kapal itu membelah ombak lautan dengan gagahnya.

Baru berjalan sekitar 15 menit, tiba-tiba terlihat sesuatu.

"Jenderal, ada yang terapung!" kata seseorang yang berdiri di tiang paling tinggi. Awalnya dia ragu, tapi setelah melihatnya dengan teropong dia menjadi yakin.

"Jenderal, ada manusia yang terapung di depan!" kata orang itu.

Jenderal Aiden langsung berlari ke arah depan. Awalnya, samar tapi lama-kelamaaan menjadi jelas. Terlihat ada belasan manusia yang mengapung atas laut. Mereka berpegangan dengan potongan kayu.

"APAKAH KALIAN MENDENGARKU?" teriak Jenderal Aiden. Namun sayangnya, tidak ada yang menyahut padahal mereka tepat di bawah kapal.

"HENTIKAN KAPALNYA! Dae, bunyikan bel kapal!", perintah Jenderal.

"TEEEEET…" terompet bel kapal berbunyi keras, namun orang-orang terapung itu tidak ada yang bergerak.

"Kita turunkan sekoci lalu cek kondisi mereka!" perintah Jenderal Aiden.

Beberapa prajurit menghampiri orang-orang terapung itu dengan sekoci. Ada 3 sekoci yang diturunkan. Ternyata orang-orang yang terapung itu adalah Grizelle dan teman-temannya. Para prajurit segera mengangkat mereka dan memeriksa kondisinya.

"Mereka masih hidup. Mereka hanya pingsan!" kata seorang prajurit.

"Ya sudah, kita angkat saja semuanya", kata prajurit yang lain.