webnovel

EP. 024 - Duel

Musim Panas Tahun 1350

Suasana laut di siang itu sangat tenang. Ombak bergerak dengan halus. Terdengar suara burung yang berkicau di atas kapal. Angin yang berhembus menghilangkan keringat yang membasahi Grizelle.

Tiba-tiba "BOOM… !!!" sebuah meriam melesat cepat tepat di depan Grizelle. Meriam itu langsung menghancurkan tubuh Pak Man yang duduk di depan Grizelle seketika.

Semua orang yang ada di dek bawah kaget dan terdiam. Mereka masih tak percaya dengan apa yang mereka lihat. Meriam itu berhasil membuat lubang besar di lambung kapal dan menghancurkan apapun yang ada di dalamnya.

Jantung Grizelle berdegup kencang. Telinganya masih berdegung karena suara keras Meriam. Grizelle tak percaya bahwa dia melihat tubuh Pak Man hancur dalam 1 detik saja di depannya.

"BOOM… !!!" serangan meriam kedua mengenai lambung kapal di belakang Grizelle. Suara keras itu menyadarkan Grizelle dari lamunannya.

"Aaaargh…!!!" Seseorang mulai berteriak. Teriakan itu menyadarkan semua orang tentang apa yang terjadi. Panik lah semua pedayung. Seketika, dek itu dipenuhi oleh suara teriakan yang mengerikan.

Grizelle segera mengintip keluar kapal melalui lubang bekas tembakan meriam di depannya. Dia melihat ada sebuah kapal besar yang semua meriamnya sedang mengarah ke kapal yang dinaiki Grizelle.

"SEMUANYA TIARAP!" teriak Grizelle.

Satu detik setelah semua pedayung tiarap. Muncullah rentetan tembakan meriam lagi yang tak berujung, mengerikan, dan tak terhindarkan. Air mulai masuk ke dalam kapal dengan deras dan cepat.

"KAPAL AKAN TENGGELAM!" teriak seseorang.

Semua orang panik. Beberapa pedayung langsung menceburkan diri ke laut. Mereka menyelamatkan diri mereka masing-masing.

Grizelle segera mencari benda yang bisa dipakai sebagai pelampung. Untungnya ada gentong kayu di samping kirinya. Segera dia merayap untuk mengambilnya dan segera menceburkan diri ke laut.

Semua orang mulai mengikuti Grizelle. Grizelle berenang menjauhi kapal yang sedang berduel. Gentong kayu membantunya berenang lebih cepat. Terlihat beberapa bagian kapal mulai terbakar.

Kapal yang membawa meriam mulai mendekati kapal ikan dan menempel padanya. Seperempat bagian kapal ikan sudah tenggelam. Andaikan Grizelle masih di dalam sana, tinggi air sudah seleher Grizelle. Untung Grizelle dan beberapa pedayung berhasil keluar kapal dan menjauh.

"Itu kapal bajak laut Tirtanu", kata seseorang yang turut memegang gentong Grizelle.

Setelah mendengar itu, Grizelle langsung melihat sekelilingnya. Dia memeriksa apakah ada kapal lain yang mengarah padanya. Ternyata, di sana hanya ada laut lepas dan dua kapal. Satu kapal milik bajak laut dan satunya lagi kapal ikan yang dia naiki.

"Dari mana anda tahu kalau itu kapal bajak laut Tirtanu?" tanya Grizelle penasaran.

"Dari simbol benderanya. Selain itu, kita sekarang ada di laut barat Kepanu. Rumor tentang keberadaan bajak laut di sini sudah beredar lama" jawab seorang pria yang turut memegangi gentong bersama Grizelle.

"Untunglah sekarang musim panas. Air tidak terlalu dingin. Entah apa yang terjadi jika kita terapung begini di musim dingin", ucap Grizelle.

Kapal bajak laut benar-benar menempel pada kapal ikan. Sebuah papan kayu dijadikan jembatan penghubung antar kapal. Beberapa orang bajak laut menaiki dek atas kapal ikan dan menyerang semua orang di sana.

Beberapa bajak laut berhasil merebut sebuah kotak dan mengusungnya ke kapal mereka. Kapten dan para anak buahnya sedang berduel melawan para bajak laut. Kapten tidak mau hartanya dirampok para bajak laut.

Semua kekacauan ini terlihat oleh Grizelle dan pedayung lain yang berada di kejauhan. Para pedayung yang mengapung di atas laut melihat kejadian ini seperti menonton film laga yang seru. .

"Tak kusangka ternyata karma benar-benar ada! Rasanya menyenangkan melihat orang yang menyiksa kita sedang dihukum oleh pihak lain", kata Grizelle.

"Ya, mari kita nikmati pemandangan ini sejenak", kata pria di samping Grizelle.

Kapten kapal ikan dan anak buahnya berhasil ditawan oleh bajak laut. Beberapa barang berharga milik kapten disita termasuk uangnya. Setelah pertempuran usai, kapal ikan mulai tenggelam sedikit demi sedikit.

"Sudah selesai! Kita sembunyi sambil menyelam", kata Grizelle.

Grizelle dan pedayung lain mengambil napas panjang dan menyelam. Tak disangka, kapal bajak laut bergerak maju ke arah Grizelle dan teman-temannya. Grizelle sadar akan hal itu lalu memberi isyarat agar segera minggir dari jalur kapal.

Seakan tak puas dengan menenggelamkan kapal ikan, bajak laut itu juga menembakkan meriam ke arah kayu pelampung yang dipegangi para pedayung tadi. Untungnya, para pedayung sudah tidak berada di sana. Mereka berhasil menjauh ke sebelah kiri kapal.

Semakin lama, kapal bajak laut semakin maju. Ombaknya terasa hingga ke tempat Grizelle berada. Walaupun begitu, Grizelle tetap bersembunyi di bawah air. Gentong kayu yang tadi dipegang Grizelle langsung ditabrak oleh kapal bajak laut.

Setelah kondisi aman, para pedayung mengapung kembali. Grizelle menarik napas panjang. Tidak mudah menyelam dalam waktu lama. Belum lagi dia harus melawan arus bawah laut sangat kuat.

Grizelle berenang mengambil potongan kayu yang tersisa. Dia mengambil potongan kayu paling besar sebagai pelampung. Walaupun jago berenang, keberadaan pelampung sangat membantu untuk menghemat energi.

"Syukurlah kita bisa selamat. Berikutnya adalah bagaimana cara kita minum dan makan? Bagaimana cara kita naik ke daratan?", kata pria tadi yang berenang bersama Grizelle.

"Menunggu keajaiban! Semoga ada kapal lain yang segera datang menolong kita", kata Grizelle.

"Kalau tidak?" sahut pria itu.

"Berarti kita menunggu kematian dengan damai", jawab Grizelle.

Musim Panas Tahun 1350

Di hari yang sama, sebuah kapal melaju ke arah perbatasan Kepanu dan Tirtanu di laut barat. Ada tiga orang berdiri di dek tertinggi di atas kapal. Tiga orang itu adalah nahkoda yang memegang kemudi, kapten kapal, dan pria berbadan kekar dan tinggi.

"Kapal bajak laut Tirtanu sudah terlihat", kata pria kekar itu.

"Bagaimana selanjutnya, Jenderal?", tanya kapten.

"Kita pertahankan kecepatan kapal 20 knot, siapkan amunisi dan meriam, lalu kita bersiap-siap untuk menyerang", perintah pria itu.

Ternyata, orang itu adalah Jenderal Kerajaan Eldamanu yang bernama Aiden Woody Blair. Setelah mendengar perintah dari Jenderal, kapten segera turun dari dek teratas lalu berjalan menuju kerumunan para pasukan angkatan laut yang sedang sibuk dengan tugasnya masing-masing.

"SEMUANYA BERKUMPUL SEKARANG!" panggil kapten kapal pada seluruh pasukan yang ada di sana.

"Kapal bajak laut Tirtanu sudah dekat. Siapkan amunisi, siapkan senjata, siapkan meriam, dan ambil posisi kalian masing-masing, SEKARANG!" perintah sang kapten.

Kapal angkatan laut Kerajaan Eldamanu melaju dengan kecepatan 20 knot. Semakin lama, mereka semakin dekat dengan kapal bajak laut. Ternyata, kapal bajak laut Tirtanu ada dua sedangkan kapal kerajaan Eldamanu hanya ada satu.

"Setelah tiba di posisi, kita ambil gerakan memutar. Kita belok kanan agar meriam di sebelah kiri bisa menembak dua kapal beruntun", perintah Jenderal Aiden.

"Baik Jenderal", jawab nahkoda kapal.

Sekarang, giliran Jenderal Aiden yang menuruni dek teratas lalu berdiri di tengah-tengah dek kedua. Dia memandang lautan dari kanan ke kiri. Terakhir dia melihat semua pasukan sudah berjajar rapi dan bersiaga di pos mereka masing-masing.

"Semuanya dengarkan aku! Setelah ini, kapal akan belok ke kiri lalu memutar ke kanan. Saat posisi meriam kiri sudah menghadap kedua kapal di depan, kita langsung menembaki mereka. Jadi, dengarkan aba-abaku sebaik-baiknya", perintah Jenderal Aiden.

Semakin lama kapal Jenderal Aiden semakin dekat dengan kapal bajak laut. Jenderal mulai menghitung mundur. 10… 9… 8… 7… 6… 5… 4… 3… 2… 1

"BELOK KIRI SEKARANG!" perintah Jenderal.

Nahkoda segera memutar kemudinya ke arah kiri. Para penjaga layar juga memutar layar agar bisa belok ke kiri. Para pedayung yang berada di sebelah kiri mempercepat gerakannya. Mereka semua bekerja sama dengan baik.

"BELOK KANAN SEKARANG!" perintah Jenderal.

Kemudi segera diputar ke arah kanan. Layar kapal juga diputar miring ke kanan. Para pedayung di sebelah kiri langsung memasukkan dayungnya dan bersembunyi. Meriam di kiri kapal mulai dinyalakan. Para pedayung di sisi kanan mempercepat gerakannya.

"TEMBAAK…!!!" perintah Jenderal Aiden.

"BOOM, BOOM, BOOM!" bom meriam diluncurkan satu persatu ke arah dua kapal bajak laut. Para bajak laut itu pun tidak tinggal diam, mereka segera membalas serangan angkatan laut Eldamanu. Ternyata bajak laut itu juga menyiapkan diri untuk menyerang kapal Jenderal Aiden.

"BOOM, BOOM, BOOM!" mereka saling menembaki satu sama lain.