webnovel

EP. 017 - Desir

Musim Dingin, Awal Tahun 1345

"Jadi, Gaharunu masih menyimpan cairan sarin hingga sekarang. Sarin yang digunakan untuk meracuni Raja Cedric adalah Sarin dari Gaharunu. Lalu siapa yang membawa Sarin dari Gaharunu ke kamar Raja Cedric di Tirtanu?" pikir Alatariel.

Alatariel segera pulang setelah mendapat cukup informasi. Dia sudah berjanji dengan Tim Araukaria kalau dia akan menjadi kepala koki khusus untuk makan malam nanti. Setiba di istana, dia segera berganti baju dan masuk ke dapur.

"Yuhuuu… surprise…", sapa Alatariel.

Berhenti, itu yang dilakukan semua pekerja yang ada di dapur. Penasaran dengan siapa yang datang, semua orang yang ada di dapur menoleh ke sumber suara.

"Gak ada yang kangen sama aku ya?" sapa Alatariel lagi.

"Putri Mahkota", teriak beberapa pekerja bersamaan.

"Apa kabar kalian semua?" tanya Alatariel.

"Baik. Walaupun kami dianaktirikan", sindir seorang dayang.

"Lha kok gitu?", tanya Alatariel.

"Sudah satu tahun lebih nih, Putri Mahkota tidak pernah datang ke dapur. Jadi kangen nih", jawab datang tersebut.

"Uuughh… yuk sini peluk yuk!" ajak Alatariel.

Mereka semua berpelukan melepas rindu. Alatariel seorang tuan putri yang ramah dan tidak pernah malu-malu menyapa orang lain. Dia juga tidak gengsi untuk membuka diri dan bergaul dengan berbagai kalangan.

"Aku mau buat makan malam spesial khusus hari ini. Jadi, sore ini aku adalah kepala koki kalian!" kata Alatariel.

Alatariel meminta semua pekerja untuk menyiapkan semua bahan makanan di meja mulai ikan hingga ketumbar. Setelah semuanya siap, Alatariel mengambil pisau tersebar dengan cepat.

Ikan yang pertama dipotong adalah ikan tuna. Alatariel mulai membelah leher ikan dengan sayatan yang tidak terlalu dalam. Kemudian daging ikan dipotong dari samping dan memutar.

Selesai, ikannya dibalik. Dagingnya dipotong dari samping juga hingga menyisakan kepala dan tulang ikan saja. Alatariel paling benci duri ikan. Agar aman, daging tuna yang terpotong diperiksa lagi. Jika masih ada duri kecil atau tipis maka durinya langsung dibuang.

Alatariel menghaluskan bawang putih dengan pisaunya secepat kilat. Dia juga bisa mengiris bawang merah tipis-tipis tanpa melihat. Ternyata, Alatariel punya skill memasak level dewa. Skill memasak Alatariel jadi hiburan tersendiri bagi pekerja dapur. Itulah mengapa Alatariel bisa bikin kangen parah.

Malam sudah datang, menu makan malam sudah siap. Biasanya, ada tradisi makan malam bersama semua anggota keluarga kerajaan di aula makan dekat Istana Amayuni. Tradisi makan malam dipimpin oleh Alatariel karena pangkat tertingginya setelah Ehren.

"Karena saya sedang bahagia, menu makan hari ini saya yang buat. Tentu saja saya tidak membuat sendirian karena ada pekerja di dapur yang membantu. Ini ada nasi goreng hangat dengan tiram yang segar", begitulah Alatariel memperkenalkan masakannya.

Tapi khusus malam ini, Alatariel makan dengan cepat dan segera pamit setelah habis makanannya. Dia buru-buru pergi dan menuju ke Istana Okaru untuk makan malam bersama Tim Araukaria. Dia dibantu beberapa dayang membawa banyak makanan lezat.

"Selamat malam semuanya… Wah, sudah berkumpul semua ya!" sapa Alatariel.

10 anggota Tim Araukaria sudah menunggu di sana. Wajah mereka cerah seketika saat para dayang mengeluarkan makanan lezat dari rantang. Makanan tersebut ditata berjajar di tengah-tengah mereka.

"Ini ada bakso ikan tuna, nasi goreng tiram, pempek ikan buri, lumpia isi makerel, dan soto ikan sama", kata Alatariel memperkenalkan masakannya.

"Tiram favoritku! Susu dari lautan memang yang terbaik!" kata Ghazi.

Sekarang masih musim dingin di Kerajaan Tirtanu. Di musim dingin, bahan makanan yang mudah didapat adalah ikan. Ada ikan buri, tuna, sarden, makerel, sanma (sauri pasifik), tiram, dan ikan kod. Sebenarnya, ada banyak sapi tapi susah untuk disembelih pada musim dingin.

Putri Mahkota dan sepuluh anggota tim Araukaria menyantap hidangan dengan riang gembira. Sudah lama Tim Araukaria tidak makan enak. Sudah lama juga Alatariel tidak menghabiskan waktu bersama tim Araukaria. Sudah saatnya mereka bangkit dari duka.

"Makan yang banyak ya… karena setelah ini akan ada misi untuk pergi ke Gaharunu", kata Alatariel.

"Lha, baru saja sampai sudah pergi lagi?" kata Jiru.

"Gaharunu itu jauh! Kita harus melewati Kepanu, Eldamanu, baru deh sampai ke Gaharunu", protes Hoshi.

"Bisa lebih cepat kalau potong jalur lewat laut. Jangan lupa, pusat kapal terbaik ada di Tirtanu. Tetap lewat Eldamanu tapi perjalanan lebih cepat beberapa hari daripada lewat jalur darat", jawab Alatariel.

"Ada apa dengan Gaharunu?" tanya Jenderal Calvin.

"Gaharunu masih menyimpan 10 ton cairan Sarin hingga sekarang. Sarin yang dipakai untuk meracuni Raja Cedric kemungkinan berasal dari Gaharunu. Tugas kita adalah mencari tahu siapa yang membawa sarin dari sana ke kamar Raja Cedric", kata Alatariel.

"Apa kita akan berangkat besok?", tanya Darsh.

"Tentu saja tidak. Kita berangkat saat musim semi, sambil menunggu salju mencair. Kan kita berangkat naik kapal. Untuk sekarang silakan beristirahat dulu. Mau menikmati hidup juga boleh. Mau kencan juga boleh. Mau pulang kampung menyapa keluarga juga boleh", jawab Alatariel.

"Yes! Hidup Putri Mahkota Alatariel!" sorak Ezra.

"Hidup Putri Mahkota!" jawab semua anggota Araukaria yang ada di sana.

Makan malam telah usai. Intuisi mengajak Alatariel untuk memasuki kamar lamanya di Istana Okaru. Kotor dan berdebu. Itulah kesan pertama, yang muncul setelah membuka pintu kamar. Seakan memasuki dunia yang berbeda, suasana kamar itu sangat hening. Saking heningnya, tetesan jam pasir terdengar jelas mengiringi langkah kaki Alatariel di kamar itu.

Desir pasir di atas meja, menyadarkan Alatariel dari lamunan panjang. Dia baru sadar, ada yang terlupa. Dia baru sadar, ada yang hilang. Dia baru sadar ada yang janggal.

Dinginnya hembusan angin malam seakan merobohkan kaki Alatariel dan membuatnya terduduk di atas kasur. Seketika, butiran debu kasur menusuk hidung dan menyadarkan Alatariel bahwa dia masih terjaga di malam yang semakin larut.

Saat menoleh ke kiri, Alatariel melihat seseorang berbaring di sampingnya sambil tersenyum. "Yang Mulia Ehren", sapa Alatariel. Bukannya menjawab, suaminya malah menghilang. Ternyata dia hanyalah bayangan.

"Kurasa saat ini sepi rasanya hatiku. Tenang hati ini jika kau ada disampingku, sayangku. Apakah kamu juga merasakan hal yang sama, Enziku".

Tak kuat menahan rindu, Alatariel segera bangun dan bergegas untuk pergi ke dapur yang jaraknya agak jauh dari Istana Okaru. Dia segera membuat makanan baru lagi. Sudah hampir tengah malam, semua orang yang bekerja di dapur itu sudah pulang. Hanya ada Alatariel sendiri. Dia hanya ditemani oleh suara angin yang menabrak dedaunan. Sepi dan sunyi.

Alatariel berdiri di depan pintu jeruji. Di dalam pintu itu ada Ehren yang tidur dengan rambut panjang yang terurai. Ehren tidur dalam posisi duduk di pojok ruangan.

"Halo sayang" ucap Alatariel dengan pelan. Suara pelan itu berhasil membangunkan Putra Mahkota Ehren. Namun sayangnya, Ehren hanya menatap sinis. Dia masih kesal dengan Alatariel karena telah menyudutkan di persidangan. Dia juga masih kesal pada Alatariel yang menjadi penjaga tahta sedangkan dia meringkuk sendirian di tahanan bawah tanah yang dingin.

Sipir membukakan pintu penjara dan mengizinkan Putri Mahkota untuk masuk ke dalam. Kemudian sipir itu pergi. Sekarang, hanya ada mereka berdua di dalam.

"Bagaimana rasanya jadi penjaga tahta, Tuan Putri? Apakah penjaga tahta punya banyak waktu luang hingga punya waktu untuk datang ke sini!" sindir Ehren.

"Kenapa anda marah kepadaku? Ok. Apapun kesalahan saya, saya minta maaf. Ini aku bawakan makanan dan jus stroberi kesukaan anda", jawab Alatariel.

Ehren mengambil gelas stroberi itu dan menyiramkannya ke wajah Alatariel. Jus stroberi itu membuat wajah, rambut, dan baju Alatariel basah.

"Lepaskan saja topengmu yang penuh kemunafikan. Bagaimana jika durasi investigasi kita diperpanjang? Aku masih ingat kalimat itu. Lucunya, saat itu aku berharap kau membelaku tapi ternyata kau malah menusukku dari belakang!" kata Ehren dengan kesal.

"Anda marah karena itu? Sungguh anda masih marah karena itu. Saya mengatakan itu karena saya percaya bahwa anda tidak mungkin membunuh ayah anda sendiri demi tahta. Saya butuh waktu yang lebih banyak untuk mencari barang bukti", jawab Alatariel.

Alatariel meyakinkan diri bahwa dirinya tidak apa-apa. Dia mencoba berpikiran positif dalam hati. Mungkin suaminya lapar. Mungkin suaminya masih sedih karena masih berduka setelah kehilangan ayahnya. Itu wajar.

Tidak apa-apa dan sabar adalah kata-kata yang diucapkan Alatariel dalam hati berkali-kali. Namun matanya berkata lain, setetes demi setetes air mata mulai jatuh ke pipinya. Aliran air mata tak terbendung lagi saat Alatariel menatap sepasang mata Ehren yang penuh amarah. Kakinya mendadak lemas dan yang bisa dilakukannya adalah menenangkan diri.

Ehren masih marah dan semakin kesal saat melihat Alatariel menangis. Akhirnya, dia duduk di samping istrinya dengan jarak yang cukup jauh. Suasana menjadi hening seketika tanpa obrolan.

Setelah cukup tenang, Alatariel memberanikan diri untuk membuka obrolan baru.

"Di Gaharunu, ada 10 ton Sarin. Kemungkinan, Sarin yang dipakai untuk meracuni Yang Mulia Raja berasal dari sana. Seumur hidup, Anda belum pernah pergi ke Gaharunu sekalipun. Jadi orang yang membawa Sarin dari Gaharunu ke kamar Yang Mulia Raja sudah jelas bukan anda. Seorang Enzi yang saya kenal, tidak pernah melakukan hal sekeji itu", kata Alatariel.

Putra Mahkota Ehren hanya diam mendengar kalimat itu. Namun, kalimat itu berhasil membuatnya menengok ke arah Alatariel. Dia melihat Alatariel yang terduduk lemas, kaget, tapi masih berusaha untuk tegar dan kuat.

Tak kuat melihat Alatariel dalam kondisi seperti itu, tiba-tiba Ehren menyelipkan tangannya ke rambut Alatariel yang basah dan lengket. Hal itu mengagetkan Alatariel. Wajah Ehren semakin mendekat.

Serasa ada percikan listrik mengalir dari tangan Ehren. Ehren mendekatkan tubuhnya ke Alatariel. Saat bibir mereka bertemu, mereka tenggelam dalam ciuman hangat. Hangatnya pelukan Ehren membuat dinginnya baju basah menghilang.