webnovel

EP. 016 - Dokumen

"Berhenti...!!!" teriak seorang penjaga memergoki Bu Dianti.

Refleks, Bu Dianti menengok ke belakang setelah mendengar suara itu. Ternyata di belakangnya ada prajurit yang sedang berjaga. Dia segera lari menjauh dari penjaga itu. Merasa ada yang aneh dengan Bu Dianti, penjaga itu berlari untuk menyusulnya.

Bu Dianti semakin panik saat dikejar oleh penjaga. Dia segera bersembunyi di hutan. Hutan itu sangat gelap saat malam. Hanya ada sinar bulan yang menerangi hutan itu. Tempat persembunyian yang paling aman bagi Bu Dianti sekarang adalah hutan di malam hari.

Untungnya, Bu Dianti berhasil kabur dari penjaga karena bersembunyi di sebuah gua kecil. Penjaga yang kehilangan jejak kembali ke posnya. Penjaga itu juga melaporkan kepada atasannya bahwa ada seorang dayang istana yang kabur.

Putri Mahkota Alatariel masih berada di aula besar. Dia memikirkan banyak hal. Hal-hal seperti jenazah dayang istana, cara untuk membuktikan bahwa suaminya tidak bersalah, menjaga tahta dari segala konflik, dan lain sebagainya.

"Putri Mahkota, ada seorang dayang istana yang kabur. Penjaga kami sudah mengejarnya, namun dia kehilangan jejak", kata salah satu penjaga.

"Oooohhh… apalagi ini? Bisakah kamu mengikuti… eits ga jadi, percuma. Ok, biarkan saja dia kabur. Tugasmu adalah mencari tahu identitas dayang yang kabur", kata Alatariel.

"Baik, Yang Mulia", jawab penjaga itu.

Musim Dingin Awal Tahun, 1345

Seminggu kemudian, Tim Araukaria tiba di Istana Tirtanu. Mereka masuk melalui gerbang samping dekat Istana Okaru secara diam-diam. Istana Okaru kini sepi karena Putri Mahkota sekarang bekerja di Istana Amayuni sebagai penjaga tahta. Putra Mahkota Ehren juga masih ditahan sehingga tidak ada yang tinggal di Istana Okaru.

Jenazah dayang yang dibawa oleh Tim Araukaria langsung dipindahkan ke ruang rahasia Istana Okaru. Di sana sudah ada tim eviden yang bertugas untuk mencatat dan memeriksa jenazah untuk mengetahui penyebab kematian dan reka ulang adegan sebelum kematian.

Jenderal Calvin dan Jiru yang kondisinya masih belum pulih 100% dibawa ke klinik kerajaan untuk diobati dan beristirahat. Anggota Araukaria yang lain sibuk membongkar barang bawaan mereka di aula tengah Istana Okaru ditemani oleh Putri Mahkota.

"Terima kasih sudah kembali dengan selamat. Terima kasih sudah berjuang", kata Alatariel.

"Sama-sama. Ditunggu bonusannya ya", kata Darsh.

"Ok. Siap. Mau pilih bonusan apa? Makanan, emas, atau uang?" tanya Putri Mahkota.

"Uang!" kata Eiham.

"Jangan! Pilih ketiganya dong. Kita sudah lama tidak makan enak. Masak setiap hari cuma makan mie doang", kata Ghazi.

"Ok, siap. Nanti malam kita meeting lagi di ruangan ini sambil makan malam tim. Aku akan siapkan makanan enak. Aku akan jadi koki kepala khusus hari ini untuk kalian. Oh ya, sekalian ajak Jenderal Calvin dan Jiru juga ya!", jawab Alatariel.

"Ok, beres", kata Ren.

"Berikutnya, apa saja penemuan kalian selama ini?" tanya Alatariel.

"Kami menemukan bahwa semua dari 7 kerajaan besar mempunyai stok cairan sarin. Ini dokumennya", kata Hoshi.

"Berarti di Kerajaan Tirtanu ada cairan sarin yang tersembunyi entah di mana. Atau mungkin ada sarin yang masih tersembunyi di dalam istana ini", ucap Alatariel.

"Tapi kata pemilik toko 'Semua Barang Ada' tidak ada satupun orang di Kerajaan Tirtanu yang menjual cairan sarin", lanjut Ian.

"Hmmm… Berarti ada dua kemungkinan. Ada yang berbohong atau memang hanya dijual oleh kalangan tertentu", tebak Alatariel.

Kemudian Tim Araukaria menceritakan semua rangkaian kejadian mulai berangkat hingga tiba di Terra Nullius. Alatariel meminta mereka untuk menyerahkan semua dokumen yang ditemukan di Terra Nullius. Beliau juga berpesan pada mereka untuk segera mandi dan beristirahat hari ini. Lalu, Alatariel pergi menjenguk Jenderal Calvin dan Jiru di klinik kerajaan.

"Bagaimana kondisimu, Jenderal Calvin?" sapa Alatariel.

"Sebenarnya sudah membaik. Anggota tim merawat saya dengan baik sewaktu di penginapan desa terakhir sebelum Terra Nullius. Jadi sekarang, saya sudah bisa jalan", jawab Jenderal.

"Nama dayang yang meninggal itu adalah Hala, Bu Hala", ungkap Alatariel.

"Ada sisa gas Sarin dalam hidungnya. Sudah saya cek dengan alat yang anda berikan. Oh ya, tadi aku lihat tidak ada satupun pejabat pemerintah yang menyambut kami?" tanya Jenderal Calvin.

"Ohh… yang benar saja. Apakah anda lupa kalau ini misi rahasia? Apakah anda lupa hari ini Putra Mahkota Ehren dipenjara karena ditemukan cairan sarin di kamar Raja? Tidak mungkin dong, cairan sarin bisa jalan sendiri ke kamar?" balas Alatariel.

Setelah mengobrol ringan dengan Jenderal Calvin, Alatariel pindah ke ruangan Jiru untuk menyapanya. Kemudian dia kembali ke ruang kerjanya. Alatariel membaca ulang semua dokumen yang ditemukan di Terra Nullius.

"Sarin… oh… Sarin. Ini bukan cairan sembarangan. Cairan ini jika menguap akan menjadi gas beracun. Cairan serumit ini hanya bisa ditemukan dengan penelitian di laboratorium. Jika cairan ini ada itu artinya ilmuwan penemunya juga ada. Entah masih hidup atau sudah meninggal", pikir Alatariel sambil menatap sampul dokumen satu persatu.

Intuisi Alatariel menuntunnya pada sebuah dokumen. Dokumen itu bertuliskan angka 1294. Jika sekarang tahun 1345, artinya dokumen itu telah berusia 50 tahun alias setengah abad. Alatariel langsung penasaran dengan isi dokumen itu lalu segera membacanya.

Buku itu menceritakan bahwa dahulu Kerajaan Kepanu pernah melakukan uji coba Sarin pada seorang cendekiawan berusia 20 tahun yang bernama Fuyuki. Fuyuki bersedia menjadi kelinci percobaan karena dia butuh uang untuk melamar kekasihnya.

Sayangnya, Fuyuki langsung pingsan setelah dimasukkan ke dalam ruang tertutup dan tangannya ditetesi 5 tetes Sarin. Fuyuki dinyatakan meninggal dunia dalam waktu 40 menit setelah ditetesi Sarin. Percobaan ini berlangsung di pusat penelitian Phyre (dibaca fir) yang masih dekat dengan Istana Kerajaan Kepanu.

"Ternyata Sarin sudah ditemukan jauh sebelum aku lahir. Tugas berikutnya adalah mencari tahu tempat penyimpanan Sarin di Kerajaan Tirtanu. Tapi bagaimana caranya?" batin Alatariel kebingungan.

Alatariel memutuskan untuk segera pergi ke Huanran mumpung hari masih siang. Huanran adalah pusat pendidikan terbaik. Huanran juga memiliki perpustakaan terlengkap. Ada banyak buku catatan sejarah 7 kerajaan juga di sana. Dia pergi ke sana dengan mengendarai kuda agar lebih cepat. Alatariel adalah tuan putri tidak suka naik tandu karena lama dan merepotkan banyak orang.

Putri Mahkota Alatariel tiba di Huanran. Dia meminta pengawal untuk menunggu di luar saja karena dia akan lama. Setelah itu, Alatariel langsung memasuki pintu gerbang. Ada banyak murid yang berlalu lalang di halaman Huanran. Mereka berseragam jubah putih dengan sabuk hitam.

"Aku mendengar dan aku lupakan. Aku melihat dan aku mengingat. Aku melakukan dan aku mengerti", ucap seorang guru di ruang kelas.

Guru yang dikelas itu mengajarkan konfusianisme. Alatariel mengintip kegiatan belajar mengajar di kelas sang guru melalui jendela.

"Aku mendengar dan aku lupakan. Aku melihat dan aku mengingat. Aku melakukan dan aku mengerti. Semua itu artinya jika kita hanya mendengar, kita akan mudah melupakan pengetahuan yang diterima. Sesuatu yang terlihat akan mudah diingat. Namun kita baru dapat ilmu bermanfaat apabila mau mempraktikkan ilmunya", bisik Alatariel sambil mengintip jendela.

Alatariel segera menuju ke perpustakaan setelah puas melihat-lihat suasana Huanran. Alatariel adalah salah satu alumni Huanran. Dia alumni Huanran cerdas yang gigih saat memperjuangkan suatu hal. Terkadang, kenangan masa sekolah yang indah dan bertabur ambisi membuatnya rindu.

Di dalam perpustakaan, Alatariel memindai buku dengan cepat. Dia mengambil satu persatu buku yang berkaitan dengan sejarah tujuh kerajaan. Ada 8 buku yang dia ambil dan segera dibaca di meja kursi dalam perpustakaan.

"Sarin dikembangkan oleh organisasi rahasia dari Kerajaan Gaharunu. Sarin ditemukan pada tahun 1260 oleh ilmuwan Gaharunu. Awalnya, ilmuwan Gaharunu itu berniat membuat racun pembunuh serangga yang ampun. Namun naasnya, racun itu juga membunuh manusia dan binatang selain serangga. Jadi percobaan itu gagal", ungkap tulisan di buku itu.

Alatariel melanjutkan bacaannya, "Pada 1262, Kerajaan Gaharunu mulai memproduksi 10 ton Sarin namun tidak pernah dipakai. Kerajaan Gaharunu takut kalau tiba-tiba Kepanu dan Jamujunu menjatuhkan gas beracun lainnya untuk balas dendam".

Sekarang, Alatariel mengerti alasan mengapa tujuh kerajaan besar menyimpan cairan Sarin. Yaitu karena mereka saling curiga. Mereka menyimpan Sarin untuk berjaga-jaga dari serangan Kerajaan lain.